Loading...
FLORA & FAUNA
Penulis: Sotyati 18:25 WIB | Kamis, 04 Agustus 2016

Cocor Bebek, “The Miracle Leaf”

Cocor bebek (Kalanchoe pinnata (Lamk.) Pers.). (Foto: worldofsucculents.com)

SATUHARAPAN.COM – Nama lokal tanaman ini cocor bebek atau suru bebek, dan dikenal karena metode reproduksinya yang mudah. Tinggal meletakkan daun di tanah, tunasnya akan tumbuh.

Kemampuan itu pula yang membuat penulis Jerman Johann Wolfgang von Goethe, yang juga dikenal sebagai naturalis, pencinta alam, mengaguminya. Beberapa referensi menyebutkan Goethe selalu menghadiahkan satu pot tanaman ini bagi tamu yang berkunjung ke rumahnya.

Cocor bebek, yang memiliki nama ilmiah Kalanchoe pinnata, (Lamk.) Pers., dengan nama sinonim Bryophyllum calycinum atau Bryophyllum pinnatum, adalah tumbuhan sukulen (mengandung air) yang berasal dari Madagaskar.

Dari daerah asalnya, cocor bebek menyebar ke daerah beriklim tropika seperti Asia, Australia, Selandia Baru, India Barat, Makronesia, Galapagos, Melanesia, Polinesia, Hawaii. Tumbuhan ini hidup dengan baik hingga ketinggian 1.500 meter di atas permukaan air laut, di tempat yang panas atau agak teduh, dan tidak begitu kering. Di banyak daerah tersebut, seperti di Hawaii, tanaman ini dianggap sebagai spesies yang invasif.

Penyebarannya yang luas didorong kepopuleran tanaman ini sebagai tanaman hias. Di daerah penyebarannya, cocor bebek dikenal dengan berbagai nama lokal. Dalam bahasa Inggris, seperti dikutip dari situs US National Plant Germplasm System, cocor bebek dikenal dengan nama airplant, cathedral-bells, curtainplant, floppers, good-luck-leaf, lifeplant, Mexican loveplant, mother-in-law, tree-of-life, hingga miracle-leaf.

Cocor bebek juga dikenal dengan nama schwiegermutterpflanze (Jerman), hoja del aire  (Spanyol), fjäderkalankoe (Swedia), dan kataka-taka (Filipina). Tumbuhan ini ternyata juga sangat terkenal di India, dan seperti dikutip dari researchgate.net, memiliki beragam nama daerah, seperti zakhm-hayat (Hindi), koppata (Bengali), asthi-bhaksha (Sanskrit), simajamudu (Telgu), ranakalli (Tamil), ganduklinga (Kannad), elamurunga (Malayalam). Dalam bahasa Persia dan Urdu, tumbuhan ini dikenal dengan nama chubehayat, sementara di Arab dikenal dengan nama kushnulhayat.

Dr A Seno Sastroamidjojo dalam bukunya, Obat Asli Indonesia (1967), menyebutkan di Indonesia cocor bebek dikenal dengan aneka nama, seperti gerji, guru walang, daun duduk, ganteng cangkeng, ki congcorrang, dan cencen.

Ia juga mendeskripsikan cocor bebek sebagai tumbuhan berbatang basah, tegak, beruas, banyak cabang, dengan tinggi mencapai 3 meter.

Daunnya tunggal, berdaging tebal, mengandung banyak air. Warna daunnya hijau muda, dan kadang-kadang hijau keabu-abu. Bunganya majemuk, buahnya kotak.

Wikipedia menyebutkan cocor bebek dapat dimakan, dengan rasa agak asam dan dingin.

Manfaat dan Khasiat Cocor Bebek

Mengutip dari Wikipedia, cocor bebek mengandung asam malat, damar, zat lendir, magnesium malat, kalsium oksalat, asam formiat, dan tanin.

Penelitian Quazi Majaz Ahamad Aejazuddin, AU Tatiya, Molvi Khurshid, Shaikh Siraj dari Ali-Allana College of Pharmacy dan Ibn Sina National College for Medical Studies, India, dikutip dari researchgate.net, menyebutkan kandungan kimia cocor bebek terdiri atas alkaloid, diterpenoidal lactona, glycosida, steroid, fenolik, campuran alifatik. Kandungan bahan-bahan farmakologi penting dalam tumbuhan ini termasuk anti-diabetik, anti-neoplastik, antioksidan, immunomodulasi, anti-lipidemik, anti-alergik, dan bahan kandungan aktif lain yang belum dieksplorasi.

Bukan hanya kemampuan bereproduksi yang mengagumkan yang membuatnya dijuluki “miracle-leaf”, khasiatnya sebagai obat herbal tersebut juga membuatnya dijuluki “The Wonder of the World”.  

Di Trinidad and Tobago, tumbuhan ini dimanfaatkan sebagai obat hipertensi.

Tak mengherankan pula cocor bebek sejak lama di India dikenal sebagai tanaman berkhasiat obat yang digunakan secara luas dalam pengobatan tradisional. Tanaman ini umum ditanam di halaman rumah, dan banyak dijumpai tumbuh liar di kawasan perbukitan di barat laut India dan di kawasan Bengali.

Wikipedia menyebutkan cocor bebek sejak lama digunakan sebagai obat tradisional untuk menyembuhkan sakit kepala, batuk, sakit dada, borok, dan penyakit kulit lain, juga untuk menyembuhkan demam, memperlancar haid yang tidak teratur, dan menjadi obat luka serta bisul.

Sastroamidjojo dalam buku Obat Asli Indonesia, menyebutkan bubuk dari daun cocor bebek kering secara tradisional dimanfaatkan sebagai obat wasir.

Beberapa penelitian juga dilakukan di Indonesia untuk menggali khasiat obat cocor bebek, seperti penelitian yang dilakukan di Fakultas Farmasi UGM, seperti dimuat di Media Informasi Penelitian Herbal Fakultas Farmasi UGM (mipto.farmasi.ugm.ac.id). Di antaranya, penelitian Maryanto, “Daya Antiinflamasi Infus Sosor Bebek (Kalanchoe pinnata, Pers.) pada Tikus Putih Jantan”, penelitian Rianasari Felicitas “Daya Melarutkan Fraksi Air dan Fraksi Etil Asetat Daun Sosor Bebek (Kalanchoe pinnata (Lamk.) Pers.) terhadap Batu Ginjal Kalsium In Vitro”, dan penelitian Erna Winarni Praptiningsih “Uji Daya Antibakteri Ekstrak Etanol 70 % Daun Sosor Bebek (Kalanchoe pinnata (Lamk.) Pers.) terhadap Staphylococcus aureus dan Escherichia coli beserta Skrining Fitokimianya”.

Penelitian terhadap cocor bebek terus dilakukan untuk menggali lebih dalam khasiatnya, seiring dengan peningkatan perhatian para ahli untuk menggalakkan produksi obat dari kandungan bahan alam. 

Editor : Sotyati


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home