Loading...
OLAHRAGA
Penulis: Prasasta Widiadi 19:24 WIB | Jumat, 14 Agustus 2015

Dalam Menangani Doping, Atletik Harus Tiru Balap Sepeda

Ilustrasi pebalap sepeda, Chris Froome. (Foto: telegraph.co.uk)

LONDON, SATUHARAPAN.COM – Pebalap sepeda Inggris, Chris Froome mendesak atletik untuk mengikuti contoh dari bersepeda dengan berinvestasi lebih banyak uang dalam prosedur anti-doping.

Seperti diberitakan eurosport.com, Jumat (14/8) laki-laki dari Inggris yang pernah memenangkan Tour de France ini memberi contoh International Cycling Union (UCI)–Persatuan Balap Sepeda Dunia–menghabiskan  dana  empat kali jumlah Asosiasi Internasional Federasi Atletik (IAAF) dalam anti doping.

"Pengujian (dalam balap sepeda) telah benar-benar berkembang dan UCI sekarang telah menerapkan pengujian 24 jam. Saya memiliki keyakinan bahwa sistem anti doping benar-benar bekerja,” kata Froome.  

Dalam wawancara dengan  BBC beberapa waktu lalu,  Froome mengklaim atletik menghabiskan  Rp 33 miliar pada anti-doping dibandingkan dengan Rp 41 miliar di cabang balap sepeda. 

"Dari apa yang saya mengerti, pengujian kami belum sampai pada tingkat seorang pebalap selesai mengendarai sepeda, namun sebelum mengendarai sepeda," kata  Froome.

“Saya percaya beberapa hal yang telah berubah cukup substansial [untuk bersepeda] karena sejak  10  tahun  sampai  dengan 15 tahun yang lalu, olahraga ini (balap sepeda) benar-benar ‘kotor’–ternodai doping–dan harus ada perubahan,” kata Froome.

“Saya yakin banyak orang telah kehilangan tes (doping), dan adalah sebuah hal yang lazim ketika banyak penggemar mengatakan anda  tidak profesional,” Froome menambahkan.

Froome berharap olah raga profesional dapat kembali ke keadaan yang melihat masyarakat percaya sebagian besar atlet yang bersih. Bersepeda telah berjuang untuk mengatasi rasa malu terhadap kasus Lance Amstrong–medali dicopot karena doping–akibatnya Armstrong tidak diizinkan bertanding lagi.

Froome mengemukakan dalam olah raga langkah yang sebaiknya dilakukan adalah berusaha untuk menjadi atlet terbaik di cabang yang ditekuni.

“Jika anda sebagai atlet mencontoh orang-orang yang terkena doping, maka tidak ada gunanya anda berolahraga,” kata Froome.

Bagaimana atletik mencapai titik ini?

Awal tahun ini, sebuah penyelidikan BBC mengungkapkan tuduhan doping dari lembaga anti doping terkemuka AS mensinyalir pelatih atletik Alberto Salazar dan salah satu murid atletnya, pelari jarak jauh Amerika Galen Rupp bekerja sama dalam doping. Namun dua orang tersebut telah menyangkal. 

Ini memukul olahraga keras, terutama kepercayaan para penggemar cabang atletik yang selama ini dirajai  Kenya dan Jamaika.

Beberapa waktu lalu,  penyelidikan bersama oleh stasiun televisi Jerman, ARD  dan surat kabar Inggris The Sunday Times menemukan banyak atlet terindikasi doping terutama atlet yang berpartisipasi pada enam Kejuaraan Dunia Atletik dan tiga Olimpiade.

Dugaan kuat lain skandal doping di dalam tubuh IAAF mencuat disinyalir karena ada persaingan perebutan   untuk menggantikan lama Presiden IAAF saat ini Lamine Diack, dengan dua pesaing,  legenda lompat galah Ukraina Sergey Bubka dan atlet jalan cepat Inggris, Lord Coe. Keduanya memiliki pekerjaan rumah harus membersihkan citra  olahraga yang sedang diperlakukan tidak adil. (eurosport.com/bbc.com)

Ikuti berita kami di Facebook

Editor : Eben E. Siadari


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home