Loading...
INDONESIA
Penulis: Martahan Lumban Gaol 16:35 WIB | Minggu, 20 September 2015

Damai Itu Saat…

Penandatanganan petisi perdamaian di Halaman Balai Kota DKI Jakarta, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Minggu (20/9). (Foto: Dok. satuharapan.com/Francisca Christy Rosana)

SATUHARAPAN.COM – Sidang Umum Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) pada tahun 1981 mengadopsi resolusi Nomor 36/67menetapkan tanggal 21 September setiap tahun sebagai Hari Perdamaian Internasional atau International Day of Peace. Kemudian, pada tahun 2001 Majelis Umum PBB mengadopsi resolusi Nomor 55/282 dan mengukuhkan 21 September sebagai hari tanpa kekerasan dan gencatan senjata.

Masyarakat Indonesia, terutama di Provinsi Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta, sudah mulai memperingati Hari Perdamaian Internasional, sejak hari Minggu (20/9). Melalui tagar #BeraniDamai, The Wahid Institute mengajak ribuan orang serta tokoh-tokoh perdamaian dari berbagai elemen untuk merayakannya. Para partisipan penyeru perdamaian itu berkumpul di Halaman Gedung Balai Kota sejak pukul 08.00 WIB.

Mereka menandatangani petisi perdamaian di atas spanduk putih yang digelar di halaman tersebut. Terdapat harapan besar dari setiap tanda tangan yang dibubuhkan.

Apa Damai Itu?

Salah satu tokoh penyeru perdamaian yang merupakan musikus Indonesia, Agnes Monica, mengatakan hal terpenting untuk hidup damai adalah kasih dan pengampunan. Masyarakat Indonesia harus mampu menyebarkan kasih dan pengampuna. Sebab damai harus dimulai dari diri sendiri, dengan menerima kekurangan dan kelebihan pribadi masing-masing.

"Generasi kita harus mampu untuk menyebarkan kasih dan pengampunan. Damai itu mulainya dari diri sendiri dengan menerima kekurangan dan kelebihan diri,” ucap Agnes.

Sementara itu, Direktur Utama The Wahid Institute yang merupakan putri kandung Presiden Republik Indonesia kedua Gus Dur, Yeni Wahid, mengajak seluruh masyarakat menunjukkan pada dunia bahwa Indonesia adalah negara damai. Dia mengaku khawatir melihat banyak masyarakat Indonesia bertikai karena terkotak-kotakkan oleh suku, agama, etnis dan perbedaan lainnya

“Kita sebar kasih, sebar perdamaian. Kita bisa melakukannya. Sikap damai tak berhenti hari ini. Perdamaian tak hanya bisa disikapi pasif. Tapi harus aktif,” ujar Yeni.

Bahkan, sosok menteri yang belakangan kerap menuai kontroversi dengan berbagai pernyataan yang bersebrangan dengan “Istana”, Rizal Ramli, ikut angkat suara tentang perdamaian. Rizal mengajak masyarakat berdamai dengan hati. Apabila  hati damai, maka tindakan pun akan turut mencitrakan perdamaian.

"Semoga hari ini kita mulai suasana damai dari hati pikiran dan tindakan. Indonesia bisa maju kalau kita damai," ujar Rizal.

Damai Versi Netizen

Hampir sama dengan The Wahid Institute yang mengeluarkan tagar #BeraniDamai, sejumlah netizen (internet citizen) yang berkeliaran di dunia Twitter juga membuat tagar #DamaiItuSaat dan bercoleteh jelang Hari Perdamaian Internasional. Namun, kebanyakan celotehan mereka tidak berkaitan dengan makna Hari Perdamaian Internasional sesungguhnya.

Salah satunya, Dea. Pemilik akun Twitter @Deaaa00 itu mengatakan damai itu saat dia mengetahui esok hari tidak ada ulangan di sekolahnya.

“#DamaiItuSaat besok gue ke sekolah gada ulangan –‘,” twit Dea.

Kemudian, pemilik akun Twitter @pocongrainbow mengatakan perasaan damai itu hadir ketika seseorang menyuguhkan kopi dengan senang hati. “#DamaiItuSaat kamu bikinin kopi dan menyuguhkannya dengan senang hati,” ujar dia dalam twit-nya.

Meski begitu, masih ada komentar sejumlah netizen yang terlihat berhubungan dengan Hari Perdamaian Internasional. Salah satunya pemilik akun Twitter, @okii1999_, yang mengatakan damai itu ketika sesame manusia memahami bahwa perbedaan itu indah.

“#DamaiItuSaat manusia memahami bahwa perbedaan itu indah,” twit dia.

Satu lagi, Mohamad Nurpajri. Pemilik akun Twitter, @mohamadpajri itu mengatakan damai adalah ketika toleransi antarumat beragama bisa terwujud. “#DamaiItuSaat bisa saling toleransi antar umat beragama,” celoteh dia.

Saat berita ini diturunkan, tagar #DamaiItuSaat telah masuk dalam lima besar trending topic Indonesia di Twitter. Apakah ini sinyal masyarakat Indonesia rindu hadirnya perdamaian?

Editor : Bayu Probo


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home