Loading...
RELIGI
Penulis: Prasasta Widiadi 13:52 WIB | Senin, 25 Juli 2016

Diskriminasi Terhadap Muslim, Vatikan Kecam Polandia

Ilustrasi. Para perempuan migran berbaris untuk mengantre makanan di stasiun pengisian bahan bakar (SPBU) sekitar 20 km dari perbatasan Yunani-Makedonia, 25 Mei 2016 di Polykastro. (Foto: AFP/Sakis Mitrolidis)

KRAKOW, SATUHARAPAN.COM – Otoritas tertinggi umat Katolik dunia, Vatikan, mengeluarkan pernyataan resmi yang mengecam pernyataan warga Polandia yang menuduh umat Muslim akan mengacaukan World Youth Day (Hari Pemuda Dunia) yang akan dihelat mulai dari hari Senin (25/7) sampai dengan Minggu (31/7) di Krakow, Polandia tersebut.

World Youth Day akan diisi berbagai kegiatan seperti doa, ziarah, dan pesan dari Paus Fransiskus.

Seperti diberitakan Premier Christian Radio, hari Minggu (24/7) dalam pernyataan resmi, Vatikan menyebut ketakutan Polandia terjadi karena negara tersebut kurang terbuka terhadap imigran, dan tetap negara yang tergolong  homogen dari sudut pandang budaya.

“Fenomena imigrasi pada dasarnya adalah fenomena yang berbeda, dan tidak lazim bagi warga Polandia,” menurut pernyataan resmi tersebut.  

Dalam pernyataan resmi tersebut dijelaskan saat ini pemerintah Polandia kurang mengalakkan tentang toleransi, sehingga muncul kekhawatiran umat Muslim akan menganggu acara.

Otoritas Vatikan berharap umat Kristiani di seluruh dunia tidak melupakan dan memberi perhatian kepada mereka yang mengungsi dan bermigrasi karena krisis, alasan utamanya yakni karena perang di Timur Tengah, dan Afrika.

Otoritas Vatikan juga mengajak umat untuk berdoa  bagi perdamaian di kawasan tersebut dan juga melanjutkan upaya mediasi.  

“Kami meminta umat untuk berdoa dan memberikan bantuan kepada mereka yang membutuhkan. Kita tidak bisa meninggalkan mencari solusi untuk krisis saat ini,” demikian lanjutan pernyataan tersebut.

Polandia Keluarkan Penolakan Migran

Menjelang kedatangan Paus – yang akan menghadiri World Youth Day – Menteri Dalam Negeri Polandia, Mariusz Blaszczak mengeluarkan pernyataan beberapa waktu lalu yang mengatakan tragedi aksi teror dengan truk di Nice, Prancis adalah konsekuensi dari sebuah negara yang multikulturalisme.

Sebagian besar pengungsi Polandia berasal dari Rusia, Ukraina dan tetangga lainnya di bekas Uni Soviet, bukan berasal dari Suriah, Afganistan, Irak atau Afrika.

Selain Blaszczak, menurut European Union Observer, beberapa penduduk Polandia juga tidak setuju dengan kebanyakan imigran dari Afrika dan Timur Tengah di Eropa.

Seorang penjual bunga, Malgorzata Szczepanik, mengatakan tidak terlalu respek dengan tingkah laku imigran asal Timur Tengah.

Szczepanik mengatakan imigran dari Timur Tengah bagaikan orang-orang yang datang dari daerah perang. Dia mengatakan saat ini banyak teman-temannya di sosial media yang berkomentar negatif terhadap para imigran dari Timur Tengah.

“Kami orang Polandia, mayoritas Kristen, dan tidak ada alasan kami harus menyetujui gagasan mereka mendirikan masjid,” kata Szczepanik.  (premierchristianradio.com/euobserver.com)

Editor : Eben E. Siadari


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home