Eks Penasihat Clinton: Hillary Mungkin akan Digantikan Biden
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM - Sorotan tentang keadaan kesehatan Capres AS dari Partai Demokrat, Hillary Clinton membawa spekulasi bahwa istri dari mantan Presiden AS, Bill Clinton itu tak akan cukup fit untuk melanjutkan persaingan menuju kursi presiden. Jika hal itu terjadi, Wakil Presiden AS saat ini, Joe Biden, akan menggantikannya.
Ramalan ini datang dari Dick Morris, penulis buku laris "Armageddon: How Trump can Beat Hillary," dan pernah menjadi penasihat Bill Clinton.
Morris mengisyaratkan kondisi kesehatan Hillary Clinton mengalami gangguan yang serius. Menurut dia, Hillary tidak akan meninggalkan upacara peringatan 11 September kecuali bila dia benar-benar harus meninggalkannya. Sebab, menurut Morris, Hillary selalu membuat tragedi 11 September sebagai simbol perjuangannya. Jadi, menurut Morris, bila Hillary tidak mengalami gangguan kesehatan yang serius, ia pasti tidak meninggalkan tempat itu terburu-buru.
Ia mengatakan Hillary saat masuk ke mobilnya, ia tampak pingsan. "Dia tidak akan pergi kecuali ia harus. Tapi kalangan Demokrat kini cemas jika dia gagal untuk melanjutkan kampanye dan kesehatannya meningkat sebagai isu yang mungkin akan membawa tekanan tak tertahankan agar dirinya minggir," kata dia, sebagaimana diberitakan oleh kantor berita AP..
Di saat yang sama, Daily Express melaporkan para petinggi Demokrat hari ini (12/9) akan menggelar pertemuan untuk mempertimbangkan pengganti Hillary setelah kondisinya memburuk. Tim dokternya mengatakan Hillary didiagnosis menderita pneumonia dan dehidrasi sehingga pulang lebih awal dari peringatan serangan teror 11 September di New York.
Dilaporkan pula bahwa Hillary kini sedang mempertimbangkan untuk menjadwal ulang kampanyenya. Ia juga disarankan untuk mengurangi kegiatan rutin.
Menurut Morris, Demokrat semakin khawatir karena keunggulan Hillary dalam berbagai jajak pendapat semakin tipis di banding bulan Agustus lalu. Dan akan semakin berbahaya jika ia absen dari kampanye selama beberapa waktu.
Dengan adanya insiden ini, menurut Morris, Hillary akan dipaksa untuk menerbitkann catatan medisnya secara teratur, langkah yang sampai sekarang ia enggan melakukannya.
Menurut Morris, bila Hillary berhalangan atau mengundurkan diri sebagai capres, aturan Partai Demokrat menyatakan bahwa Komite Nasional Demokrat - dua orang dari masing-masing negara bagian - akan diberdayakan untuk mencalonkan calon presiden baru.
Menurut dia, Tim Kaine yang saat ini jadi cawapres, tidak akan memiliki klaim khusus untuk dinominasikan dan kemungkinan ia akan tetap sebagai cawapres.
Selain Kaine, kandidat lain yang mungkin muncul adalah Bernie Sanders, pesaing Hillary dalam pencalonan di internal Partai Demokrat.Ketua DPR AS dari Partai Demokrat, Nancy Pelosi, juga termasuk yang bisa menjadi kandidat.
Namun, Morris meyakini bila Hillary dipinggirkan, yang akan menggantikannya adalah Joe Biden, wakil presiden As saat ini. Morris tidak memberikan alasan mengapa Biden lebih layak. Yang jelas, menurut dia, mengalahkan Biden lebih sulit bagi Trump ketimbang mengalahkan Hillary.
Sebagai catatan, Dick Morris yang bernama lengkap Richard Morris, dikenal sebagai penulis di bidang politik dan sebelumnya menerjuni jasa jajak pendapat serta konsultan politik.
Ia merupakan teman dan penasihat Bill Clinton ketika menjabat gubernur Arkansas dan menjadi penasihat Gedung Putih tatkala Clinton jadi presiden.
ia menjadi manajer kampanye Bill Clinton untuk kampanye pemilihan presiden masa jabatan kedua pada 1996. Namun ia diberhentikan dua bulan sebelum pemilu karena memperbolehkan seorang PSK mendengarkan percakapannya dengan presiden.
Editor : Eben E. Siadari
Petugas KPK Sidak Rutan Gunakan Detektor Sinyal Ponsel
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Petugas Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menggelar inspeksi mendadak di...