Loading...
RELIGI
Penulis: Prasasta Widiadi 12:39 WIB | Kamis, 10 Juli 2014

Gereja Harus Tanggapi Perubahan Iklim

Anders Wejryd (paling kanan). (Foto: oikumene.org).

JENEWA, SATUHARAPAN.COM - Anders Wejryd, salah satu presiden Dewan Gereja Dunia (WCC), pada Rabu (9/7) mengungkapkan bahwa gereja di Swedia, lembaga tempat ia berasal, telah berkomitmen pada isu perubahan iklim sejak awal tahun 1970-an.,

Wejryd mengatakan saat ini WCC  akan mengkampanyekan perubahan iklim dengan tujuan mencapai visi hidup dalam Kerajaan Allah, sekaligus mencapai visi kemanusiaan yang berkeadilan, kebebasan, dan penuh nuansa perdamaian.

Saat menjabat Pemimpin Gereja Swedia pada 2008, dia menyelenggarakan pertemuan antaragama dengan sekitar 30 pemimpin agama dari seluruh dunia. “Bagi saya itu wajar untuk bekerja menggunakan pendekatan agama karena kita milik bersama. Kita perlu untuk bertemu dan mendiskusikan isu-isu bersama, seperti iklim,” tutur Wejryd.

Dia menambahkan, saat pertemuan antaragama itu dikeluarkan maklumat manifesto perubahan iklim kepada Pemerintah Swedia, dan juga ke konferensi yang lebih tinggi, yakni Konferensi Perubahan Iklim Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di Kopenhagen.

Wejryd punya harapan untuk KTT iklim di New York pada September 2014. “WCC dapat berperan dengan memberi pandangan untuk diskusi. Ini adalah kesempatan untuk menginspirasi keberanian dan harapan. Kami percaya pada kesempatan individu untuk mengambil bagian dan perubahan,” lanjut Wejryd.

Tekadnya memerangi perusakan iklim dipicu sejak awal studinya di perguruan tinggi Sandöskolan, Swedia pada 1973. Tesis doktornya mengulas tentang Nathan Söderblom (Uskup Agung Gereja Swedia pada 1914 dan peraih Nobel Perdamaian pada 1930), memicu komitmennya untuk masalah ekumenisme dan perdamaian.

“Krisis energi fosil saat ini membuat saya tersadar, betapa gaya hidup kita mempengaruhi perubahan iklim dan perdamaian milik bersama. Semuanya saling terkait satu sama lain," lanjut Wejryd.

“Saya memperoleh kesempatan untuk bergerak di perubahan iklim sejak saya bertugas di Dewan Gereja Swedia sepanjang 1970-an. Pada waktu itu saya berpikir akan ada orang lain yang menangani masalah iklim, jadi itu mungkin bukan tugas utama gereja," kata Wejryd.

"Tapi setelah beberapa saat, saya menyadari perubahan itu harus kita mulai sendiri, dan menyadari bahwa hidup adalah karunia dari Allah,” kata Wejryd. (oikumene.org). 


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home