Loading...
RELIGI
Penulis: Sabar Subekti 09:40 WIB | Kamis, 29 Agustus 2013

Gereja Indonesia Kontribusi di Sidang WCC tentang Keberagaman dan Persaudaraan

Perserta refleksi dan konsultasi. (Foto: oikoumene.org)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Gereja-gereja di Indonesia akan berkontribusi dalam pengalaman tentang semangat keberagaman dalam sidang raya Dewan Gereja-gereja Dunia (World Council of Churches / WCC) akhir Oktober mendatang di Busan, Korea Selatan.

Sekitar 15 Juta warga gereja di Indonesia yang hidup berdampingan dengan warga Muslim yang merupakan komunitas Muslim terbesar di dunia, bisa menjadi kontribusi di mana  keragaman menjadi dasar kebijaksanaan dan berpotensi besar memperkuat upaya mewujudkan keadilan dan perdamaian, terutama di tengah konflik yang berkembang di berbagai belahan dunia.

Dalam refleksi dan konsultasi menjelang sidang raya yang diselenggarakan oleh Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI) beberapa waktu lalu, peserta membahas tema” Alah Kehidupan, bimbing kami menuju keadilan dan perdamaian.” Dr. Henriette Hutabarat Lebang, Sekjen Konferensi Kristen Asia (Christians Conference of Asia) mengungkapkan, "Saya percaya keragaman tidak hanya relevan bagi orang Kristen, tetapi juga bagi orang percaya lainnya. Ini berarti lebih banyak orang ingin melihat bagaimana keragaman dapat membantu menciptakan tindakan yang dapat diimplementasikan di luar tembok gereja.”

"Masyarakat Pluralistik adalah identitas Asia dan saat ini menjadi kenyataan, dan hal ini harus menjadi kontribusi khusus untuk sidang raya di Busan," kata Lebang dari Gereja Toraja.

Keragaman Memperkuat Keadilan Dan Perdamaian

Sementara itu, Dr Soritua Nababan mengatakan, "Gravitasi kekristenan telah bergeser ke Selatan dan Timur." Hal ini berarti panggilan yang kuat bagi gereja-gereja Indonesia untuk berpartisipasi secara aktif, baik secara regional maupun global, dalam membentuk agenda ekumenis.

Dengan 88 gereja menjadi anggotanya di seluruh negeri, PGI  mewakili anggota dengan berbagai latar belakang. Dan Nabadan menegaskan bahwa Indonesia memiliki banyak kesempatan untuk berkontribusi pada sidang raya WCC. "Pengalaman tersebut akan menyumbang kebijaksanaan agung untuk memperkuat keadilan global dan perdamaian," kata dia.

Persaudaraan Vital untuk Perdamaian

Dr Margaretha Hendriks - Ririmasse, selaku moderator Komite Pusat WCC, juga berbagi keyakinannya bahwa dialog dihayati dengan semangat persaudaraan dan persaudaraan merupakan alat vital dalam membangun perdamaian. Dan semangat ini ada pada agama-agama.

Ririmasse, dari Gereja Protestan Maluku, mengatakan bahwa keyakinannya dalam dialog didasarkan pada pengalamannya bekerja dengan wanita memfasilitasi proses rekonsiliasi di tingkat akar rumput selama konflik sektarian di Maluku. Dia menegaskan pentingnya tema siding raya WCC, dan  mengungkapkan harapannya untuk melihat refleksiyang  berorientasi aksi dilakukan di Busan.

Sedangkan Dr. AA Yewangoe, Ketua PGI, menyoroti relevansi tema dalam konteks Indonesia. “Dampak kebijakan pasar bebas dan globalisasi membawa kita ke dalam krisis di mana orang miskin lebih menderita, dan karena itu gereja perlu mengatasi ketidakadilan tersebut,” kata Yewanggoe.

Dia mengatakan bahwa perdamaian tidak hanya ketiadaan perang, tetapi juga membutuhkan yang besar, dan keberanian memulai tindakan konkret terhadap pelanggaran hak asasi manusia. Dia mengingatkan  gereja-gereja Indonesia bahwa “iman kepada Allah Yang Hidup bukan hanya menjelaskan kepada dunia, tapi harus terus ditemukan dan disaksikan di dunia, dalam semua interaksi dan refleksi sekitar keadilan dan perdamaian." (oikoumene.org)

Editor : Sabar Subekti


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home