Loading...
SAINS
Penulis: Sabar Subekti 14:43 WIB | Jumat, 02 Januari 2015

Gereja Skotlandia: Pendidikan untuk Melawan Ekstremisme

Moderamen Majelis Umum Gereja Skotlandia, Pendeta John Chalmers. (Foto Ist)

LONDON, SATUHARAPAN.COM -  Moderamen Majelis Umum Gereja Skotlandia, Pendeta John Chlamers, dalam pesan tahun barunya mengatakan bahwa upaya untuk menghapus pendidikan agama dari sekolah di Skotlandia harus ditolak.

Chalmers mengatakan bahwa pendidikan adalah "garis depan untuk memenangi" perang melawan ekstremisme. "Ketika kita memasuki tahun baru,  tidak ada masalah apapun  yang mendapat perhatian yang lebih besar di seluruh dunia daripada  kebangkitan fundamentalisme agama," katanya.

"Tidak ada yang lebih berbahaya daripada pikiran radikal dan tidak ada yang lebih buruk daripada anak yang diindoktrinasi. Kita tidak akan mengaalahkan ekstremisme hanya dengan menghadapinya di  pertempuran. Garis depan untuk memenangkan pertempuran ini adalah pendidikan dan sekolah adalah tempat di mana anak-anak muda diperkenalkan dengan kekuatan pemahaman kritis," kata dia.

Kontekstual dan Inklusif

Chalmers menambahkan bahwa dia tidak menganjurkan dakwah di sekolah, sangat penting untuk menawarkan orang-orang muda pemahaman yang menyeluruh dari agama-agama dunia. Dia juga mengatakan bahwa dia menentang penyelenggraan ‘’Waktu untuk Refleksi’’ sebagai kegiatan ketaatan agama di sekolah-sekolah Skotlandia, sebagai kegiatan pilihan.

"Tidak pernah lebih penting daripada sekarang untuk mempertahankan pendekatan yang tepat, kontekstual dan inklusif untuk praktik ketaatan agama," katanya.

"Setiap anak perlu tahu tentang praktik keagamaan dan itu harus dibagi dalam konteks keterbukaan pikiran dan saling menghormati. Jadi, saya akan melakukan semua yang saya bisa untuk mengawasi ketaatan agama atau waktu untuk refleksi dalam kurikulum pendidikan.

"Saya suka dengan pendekatan seperti kebebasan beragama,  paling tidak karena pertemuan Allah dengan kita masing-masing bergantung pada pertemuan dengan Allah yang ramah dengan kita, daripada pertemuan kita dengan orang lain atas nama Tuhan," kata dia.

Namun, pernyataan Chalmers dikecam oleh Masyarakat Sekuler Skotlandia (Scottish Seculer Society / SSS). Ketua SSS, Spencer Fildes, mengatakan, "Di satu sisi dia tidak ingin memaksakan pandangan Kristenannya,  tetapi memaksakan berdoa kepada Allah pada anak-anak di sekolah non-denominasi," kata Fildes dalam sebuah pernyataan.

"Kami akan melangkah lebih jauh,’’ kata dia. ‘’Mari kita beri ruang yang sama dengan agama-agama lain. Mari kita lihat Imam ke sekolah seperti yang kita lakukan pada Pendeta Kristen. Mari kita lihat doa yang disampaikan kepada Allah seperti yang kita lakukan melalui Yesus."

Studi Yang Netral

Anggota Dewan SSS, Robert Canning mendukung komentar Fildes. Namun dia mengatakan bahwa dia setuju bahwa kajian yang kritis sangat penting dalam pendidikan yang menyeluruh, ada perbedaan yang signifikan antara ketaatan agama dan pendidikan keagamaan (religiusitas).

"Masyarakat Sekuler Skotlandia mendukung pendidikan agama ketika itu dilakukan sebagai studi banding yang netral terhadap semua agama besar tanpa ada yang disampaikan sebagai satu-satunya kebenaran. Ketaatan agama, bagaimanapun, terlalu sering berarti anak-anak yang dibuat untuk berdoa dan beribadah menurut tradisi iman tunggal," kata Canning.

Gereja Skotlandia menghadapi kritik awal tahun ketika bermitra dengan Masyarakat Humanis Skotlandia dalam mengusulkan perubahan nama ‘’Waktu untuk Refleksi’’ yang ada dalam aturan untuk sekolah di Skotlandia.

Pihak gereja mengatakan, pihaknya berharap untuk meningkatkan inklusivitas dan mencerminkan keragaman anak-anak sekolah dan agama mereka. Namun gereja dituduh menyerah pada agenda sekuler.

Namun, Kirk mengatakan bahwa setiap pendapat yang ingin menghapus agama dari sekolah adalah "sepenuhnya tanpa dasar". Pernyataan Chalmers kemungkinan ditujukan untuk memadamkan perdebatan ini. (Christian Today)


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home