Loading...
EKONOMI
Penulis: Melki Pangaribuan 16:48 WIB | Senin, 07 Maret 2016

Gerinda Pilih Opsi Bangun Kilang Blok Masela di Darat

Peta Blok Masela dan Aryo P.S Djojohadikusumo. (Foto: @AryoDjojo twitter.com dan cakrawarta.com)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Anggota Komisi VII DPR RI, Aryo P.S Djojohadikusumo, mengatakan pembangunan kilang gas alam cair (Liquefied Natural Gas/LNG) di Blok Masela harus dapat memberikan nilai lebih kepada perekonomian Indonesia dan berdampak baik begi kehidupan sosial masyarakat setempat.

Hingga saat ini Pemerintah masih mengkaji terkait keputusan pengembangan Blok Masela di Maluku. Dalam pembahasan Blok Masela terjadi perdebatan antara kilang darat (onshore) atau kilang laut (offshore).

Politisi dari Fraksi Gerindra ini menilai, pembangunan onshore lebih tepat karena dapat menciptakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat setempat.

“Kalau di darat bisa menciptakan lapangan pekerjaan lokal yang maksimal serta berperan memberi pelatihan dalam bentuk pendidikan migas dan Corporate Social Responsibility (CSR) kepada masyarakat setempat,” kata Aryo kepada satuharapan.com, di Jakarta, hari Senin (7/3).

“Bentuknya bisa beasiswa pendidikan dan balai pelatihan dan mikro kredit kepada Usaha Kecil dan Menengah (UKM) setempat,” dia menambahkan.

Lebih lanjut, anggota Badan Legislasi ini menilai, fasilitas di darat dapat menyuplai listrik gratis kepada masyarakat setempat.

“Selain itu, bisa menyuplai jaringan internet cepat broadband untuk menghubungkan wirausahawan setempat dengan dunia melalui internet dan bisa mendukung dibangunnya fasilitas logistik yang bisa mengekspor produk lokal keluar negeri,” katanya.

Berdasarkan Kajian

Berdasarkan kajian Kementerian Koordinator Bidang Maritim dan Sumber Daya, biaya pembangunan kilang darat (onshore) sekitar US$ 16 miliar. Sedangkan jika dibangun kilang apung di laut (offshore), nilai investasinya lebih mahal mencapai US$ 22 miliar. Dengan demikian, kilang di darat lebih murah US$ 6 miliar dibandingkan dengan kilang di laut.

Angka ini sangat berbeda dengan perkiraan biaya dari Inpex dan Shell. Keduanya kompak menyatakan, pembangunan kilang offshore hanya menelan dana US$ 14,8 miliar. Sedangkan pembangunan kilang di darat, mencapai US$ 19,3 miliar. 

Inpex dan Shell diduga telah menggelembungkan anggaran pembangunan kilang di darat. Sebaliknya, mereka justru mengecilkan biaya pembangunan di laut.

Seandainya pembangunan kilang dilaksanakan di laut, maka Indonesia hanya akan menerima pemasukan US$ 2,52 miliar setiap tahun dari penjualan LNG. Angka itu pun diperoleh dengan asumsi harga minyak US$ 60 per barel.

Sebaliknya dengan membangun kilang di darat, gas LNG itu sebagian bisa dimanfaatkan untuk industri pupuk dan petrokimia. Dengan cara ini, negara dapat mengantongi pendapatan mencapai US$ 6,5 miliar per tahun.

Sementara itu, kajian yang dilakukan oleh lembaga internasional, Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas (SKK Migas) dan beberapa universitas ternama seperti Universitas Indonesia mengenai skema terbaik untuk pengembangan Blok Masela cenderung memilih skema pengolahan di laut (offshore).

Dengan skema offshore, ada dana sekitar Rp 5 triliun yang bisa disisihkan setiap tahun. Dana penghematan inilah yang akan dikelola oleh Badan Pelaksana Percepatan Pembangunan untuk pengembangan wilayah Maluku, yang merupakan lokasi Blok Masela.

Sampai dengan saat ini proses pembahasan keputusan pengembangan Blok Masela masih terus dilakukan Pemerintah.

Editor : Bayu Probo


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home