Loading...
INDONESIA
Penulis: Reporter Satuharapan 19:00 WIB | Jumat, 10 Maret 2017

Goenawan Mohammad Jawab Tuduhan Dirinya Korupsi dengan Anies

Suasana Frankfurt Book Fair 2016, foto yang ditampilkan oleh Goenawan Mohammad pada akun Facebook-nya mendukung klarifikasinya tentang tuduhan korupsi pada dirinya dan Anies Baswedan (Foto: Goenawan Mohammad)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Penyair yang mantan Pemimpin Redaksi Majalah Tempo, Goenawan Mohammad (GM), mengklarifikasi tuduhan korupsi yang diarahkan kepada Anies Baswedan, calon gubernur DKI Jakarta, yang diajukan oleh Andar Mangatas Situmorang kemarin (09/03).

Dalam klarifikasi yang ia terbitkan lewat akun Facebooknya hari ini (10/03), GM membela Anies kendati ia tetap memilih Basuki Tjahaja Purnama sebagai gubernur DKI Jakarta.

"... saya dengar ada orang yang melaporkan Anies Baswedan ke KPK dengan tuduhan korupsi ketika Indonesia hadir sebagai 'negeri kehormatan' di Frankfurt International Book Fair," tulis GM mengawali klarifikasinya.

"Saya adalah Ketua Komite Nasional untuk acara besar selama 2014-2015 di Frankfurt, Leipzig, Bologna dan London itu."

"Maka jika ada yang perlu dilaporkan ke KPK, itu adalah saya, bukan Anies Baswedan," kata dia, menanggapi tuduhan Andar.

Andar melaporkan Anies Baswedan kepada KPK atas dugaan penyimpangan penggunaan dana di pameran Frankfurt Book Fair 2015. Andar menduga Anies menyalahgunakan kewenangannya saat menjabat Mendikbud.

Andar mengadukan Anies yang ia duga dengan sengaja menyalahgunakan kewenangan jabatannya sebagai Mendikbud dalam pameran terseb melakukan korupsi sistematis pada  pameran buku di Jerman mulai 14-18 Oktober 2015 dengan biaya Rp 146 miliar.

Andar juga melaporkan kepada KPK karena ia menduga Anies dengan sengaja menyusupkan pameran buku soal pemberantasan PKI. Hal itu dilakukan saat Kemendikbud tengah mempromosikan buku 'Laskar Pelangi' karya Andrea Hirata.

"Anies secara suka-suka merekrut budayawan Goenawan Mohamad sebagai ketua komite pelaksana dalam kegiatan tersebut. Kemendikbud diminta untuk memperkenalkan budaya Indonesia di kancah internasional, yakni pameran kebudayaan dan buku 'Laskar Pelangi' karya Andrea Hirata, namun justru disusupi pameran buku 'Amba' dan 'Pulang', yang kita tahu buku ini tidak populer membahas tentang pembasmian PKI 1965," demikian Andar dalam keterangan persnya.

Andar menilai penyusupan buku tentang PKI  sebagai upaya manipulasi, dan paham PKI sudah diberantas di Indonesia.

Menyusupkan buku 'Amba' dan 'Pulang' pada pemaran itu, menurut Andar, sangat merugikan seluruh rakyat dan bangsa Indonesia, bahkan menimbulkan kekhawatiran paham komunis ingin kembali dibangkitkan.

GM menolak semua tuduhan itu. Ia membela Anies, "bukan karena saya mau pasang badan buat Anies, yang bukan pilihan saya untuk pilkada kali ini. Tapi karena tak adil bagi dia," kata GM.

GM mengatakan keputusan Indonesia untuk bersedia diminta jadi 'negeri kehormatan' ditandatangani bukan oleh Anies Baswedan, melainkan oleh menteri sebelumnya, Moh. Nuh.
"Juga besarnya anggaran disiapkan dan diajukan di masa Moh. Nuh," tutur dia.

Menurut GM, Anies melanjutkan agenda ini, "dan saya senang bekerja bersama dia: saya memimpin tim profesional, dia aparat Kementerian."

"Hasilnya bisa dilihat dari kesaksian dan liputan media terkemuka Jerman."

GM mengaku sedih bahwa pilkada ini telah menjadi ajang fitnah.

"Bahwa sampai ada orang melapor hal ini, tanpa menelaah kejadiannya lebih dulu, membuat saya sedih dengan pilkada ini. Siasat fitnah dan kabar bohong yang dulu diarahkan ke Capres Jokowi kini ditujukan ke Anies -- dan sebelumnya ke Ahok, yang karena fitnah harus diproses di pengadilan. Bahkan hari ini Ahok difitnah ikut terima suap dalam kasus E-KTP," kata GM.

Editor : Eben E. Siadari


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home