Loading...
INDONESIA
Penulis: Martahan Lumban Gaol 16:04 WIB | Minggu, 23 Agustus 2015

Hanura: Indonesia Kehilangan “Ketokohan” Taufik Kiemas

Jenazah Taufik Kiemas (70) yang tiba di Taman Makam Pahlawan Nasional yang tiba pukul 10.59 WIB, dan diiringi secara prosesi militer di Jalan Kalibata Raya, Jakarta Selatan, Minggu, 9 Juni 2013. (Foto: Dedy Istanto)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) dari Fraksi Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura), Sarifuddin Sudding, mengatakan penyebab ketegangan yang terjadi antarlembaga lembaga negara belakangan ini  adalah tidak adanya tokoh panutan yang disegani. Sehingga, kegaduhan demi kegaduhan terjadi berulang kali.

“Kegaduhan antara Istana Kepresidenan dengan DPR RI, KPK dengan Kepolisian, Komisi Yudisial dengan hakim, maupun kegaduhan di internal lembaga Kepresidenan, DPR, Polisi, dan lain-lain terus saja terjadi. Ini semua karena saat ini Indonesia tidak memiliki seorang tokoh sentral yang disegani oleh semua pihak,” ujar Sudding dalam pesan singkat kepada sejumlah wartawan di Jakarta, Minggu (23/8).

Selain itu, menurut dia, masing-masing lembaga negara terlalu mengedepankan ego sektoral. ”Seperti di pemerintahan, sejatinya perombakan kabinet itu bisa menciptakan suasana yang lebih baik, tapi yang terjadi justru menimbulkan persoalan baru seperti yang terjadi antara Menteri Koordinator bidang Kemaritiman dan Sumber Daya, Rizal Ramli dengan Menteri BUMN, Rini Soemarno dan Wakil Presiden Jusuf Kalla,” ujar Sudding.

Menurut dia, tanpa adanya tokoh panutan,  maka semua hanya bisa saling menjelekkan. ”Zaman Pak Harto semua tunduk. Di era reformasi ini terus terang, kita kehilangan tokoh seperti Taufik Kiemas, karena selama ini dia yang bisa menyatukan. Ketika beliau wafat, maka persoalan seperti ini muncul,” ujar politikus Partai Hanura itu.

Dia pun mengingatkan Presiden Jokowi untuk bisa mengatasi hal tersebut. Karena, kegaduhan antarlembaga negara hanya memperburuk kondisi Indonesia yang ekonominya tengah terpuruk.

“Presiden sebagai kepala negara dan kepala pemerintahan harus bisa meredam hal ini. Kondisi ekonomi yang saat ini tidak menentu hendaknya tidak ditambah dengan persoalan politik dimana keributan-keributan terus terjadi.Kalau ini dibiarkan maka ini semua akan membahayakan pemerintahan saat ini,” tutur Sudding.

Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home