Loading...
INSPIRASI
Penulis: Theofilia Latumaerissa 08:03 WIB | Senin, 27 Juni 2016

Haruskah Menjadi Pegawai?

Tidak ada yang terlalu hina untuk dikerjakan, jika semua itu dilakukan untuk menjawab panggilan Tuhan.
Foto: istimewa

SATUHARAPAN.COM – ”Ya, baguslah Ica! Cari saja pekerjaan di sana. Enggak usah kerja di kampung. Di sini mau kerja apa, Dek! Nggak akan dapat apa-apa,” demikianlah kata-kata yang keluar dari mulut Mama ketika saya mengutarakan niat untuk merantau di Jawa hingga dua tahun.

Percakapan dengan Mama membuat saya berpikir keras. Meskipun senang karena mendapat dukungan untuk tinggal di Jawa. Namun, di sisi lain itu membebani pikiran karena berarti harus mendapat pekerjaan dengan gaji besar sesuai harapan Mama. Hal serupa saya rasa sering kali menjadi dilema bagi para fresh graduate.

Bekerja memang penting bagi kita semua. Jenis pekerjaan, posisi dan status, di mana kita bekerja, di kota besar atau di luar negeri atau di desa? Semua akhirnya dipertimbangkan untuk memilih pekerjaan. Saya tidak tahu daerah lain, di daerah saya, Ambon, seseorang dikatakan berhasil dan hebat jika mereka menjadi PNS (Pegawai Negeri Sipil). Syukur-syukur, jika mendapat pekerjaan yang lebih tinggi dari PNS, di luar itu akan mendapat banyak omongan bibir. Keinginan orangtua merupakan harapan terbaik bagi anak-anak mereka. Namun, bekerja tidak hanya sebatas untuk mencari uang dan menyejahterakan hidup sendiri, bukan?

Dalam buku Karier: Pilihan atau Panggilan?, Lee Hardy menjelaskan bahwa pekerjaan kita adalah bagian dari kerinduan hati Tuhan. Dengan bekerja, kita mengambil bagian dalam  pemeliharaan Tuhan bagi ciptaan-Nya. Itu berarti kita menjadi mitra Tuhan di dunia ini. Bukankah ini suatu anugerah besar? Bukankah merupakan suatu hal besar yang lebih dari uang untuk bekerja bersama Tuhan? Akhirnya, muncul pertanyaan penting untuk dipertimbangkan dalam memilih pekerjaan. Apa tujuan kita melakukan pekerjaan? Sumbangan apa yang dapat diberikan kepada sesama lewat pekerjaan kita?

Kerja bukan lagi bentuk kehidupan, instrumen kehidupan. Misalnya, jika panggilan kita adalah meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia, maka kita dapat menjadi guru, penulis, tenaga pengajar di daerah terpencil, dan masih banyak lagi untuk meningkatkan taraf pendidikan masyarakat.

Bagaimana dengan harapan orangtua agar kita mendapatkan gaji yang cukup besar? Kita harus percaya bahwa uang memang penting, namun bukan segala-segalanya. Seiring waktu orangtua pasti mengerti bahwa panggilan jiwa sejatinya lebih bernilai ketimbang uang. Dan Tuhan pasti akan mencukupkan kebutuhan kita!

Tidak ada yang terlalu hina untuk dikerjakan, jika itu semua dilakukan untuk menjawab panggilan Tuhan. Sekecil apa pun pekerjaan yang kita pilih, kerjakanlah itu karena Tuhan tersenyum ketika kita bekerja menurut panggilan yang ditanamkan-Nya dalam hati kita masing-masing.

Email: inspirasi@satuharapan.com

 

Editor : Yoel M Indrasmoro


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home