Loading...
INDONESIA
Penulis: Martha Lusiana 15:26 WIB | Minggu, 16 Agustus 2015

HUT 70 RI, Anak Indonesia Belum Merdeka

Sejumlah murid mengikuti kegiatan belajar mengajar di musala SMPN 159 Tambora, Jakarta Barat, Jumat (14/8). Kurangnya ruang kelas di sekolah tersebut menyebabkan sejumlah murid dan guru memanfaatkan ruangan seperti musala untuk melaksanakan kegiatan belajar mengajar. (Foto: Antara)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), Susanto, mengatakan usia 70 tahun kemerdekaan Indonesia masih kontraproduktif untuk kemerdekaan anak Indonesia.

"Beberapa hal masih kontraproduktif dengan spirit kemerdekaan,” kata Susanto di Jakarta, Minggu (16/8).

Mendefinisikan kata "kemerdekaan", menurutnya, tidak semudah mengatakannya sebagai slogan apalagi bila dikaitkan dengan penyelenggaraan perlindungan anak.

Ia mengatakan, KPAI masih mencatat berbagai tindakan yang merugikan anak.

Pertama, ia menjabarkan, masih banyak anak menjadi korban eksploitasi ekonomi, seperti menjadi pengemis, peminta-minta, dan korban jasa eksploitasi seksual karena dipaksa oleh orang dewasa.

Komisioner di bidang trafficking ini mengungkapkan, anak tidak berdaya untu melawan, menghindar, apalagi menentang. Anak demikian harus dimerdekakan.

Kedua, ia melanjutkan, masih banyak anak yang menjadi korban pola pengasuhan yang salah. Tidak sedikit anak yang dicubit, ditendang, dipukul, bahkan diciderai oleh orang- orang terdekat dengan alasan "mendidik".

Selanjutnya ketiga, banyak anak menjadi korban sistem sekolah yang bernuansa kekerasan dan senioritas. Junior tidak memiliki kuasa untuk melindungi dirinya sendiri dari kultur primitif kekerasan yang dibungkus kegiatan masa orientasi sekolah (MOS),kegiatan  pengenalan sekolah atau bahkan alasan pengkaderan, kata Susanto.

Selain itu, yang keempat, ia memaparkan, masih banyak anak yang menjadi korban atas tontonan pornografi, kekerasan, konflik, bahkan kejahatan. Kondisi tontonan demikian harus dihapus demi  kepentingan terbaik bagi anak.

Kelima, lanjut Susanto, masih banyak anak yang menjadi korban bisnis atas nama kebahagiaan dan keceriaan anak. Tidak sedikit arena bermain justru tidak sesuai dengan tumbuh kembang anak. Mainan berkonten peperangan, perkelahian, dan pembunuhan banyak ditemukan sedang dimainkan oleh anak.

Kemudian keenam, masih banyak anak yang menjadi korban dari perilaku hidup yang tidak sehat untuk anak. Anak seringkali jadi korban perokok aktif yang bisa membahayakan perkembangannya.

Ketujuh, kata Susanto, masih banyak anak yang menjadi korban eksploitasi politik. Seringkali anak dijadikan alat kampanye, juru kampenye, bahkan ikut memobilisasi massa kampanye. Anak demikian harus dimerdekakan.

Terakhir kedelapan, ia melanjutkan, masih banyak anak yang menjadi korban produk mainan yang bermasalah. Tidak sedikit anak bermain dengan media mainan tidak sehat, bau, dan mengandung bahan berbahaya untuk anak.

"Secara prinsip, anak memiliki hak untuk dimerdekakan. Semua pihak harus memastikan bahwa anak tidak menjadi korban atas kebijakan yang salah. Negara tidak boleh kalah," kata dia. (Ant)

Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home