Loading...
INDONESIA
Penulis: Sotyati 18:42 WIB | Rabu, 18 Februari 2015

Imlek dan Sistem Lunisolar

Lampion merah menghiasi pepohonan di Temple of Earth Park, Beijing, Tiongkok, menyambut Festival Musim Semi atau Chinese Lunar New Year. (Foto: Xinhua)

SATUHARAPAN.COM – Berbeda dengan Idul Fitri yang selalu jatuh lebih awal dibanding tahun sebelumnya, Tahun Baru Imlek terkadang maju, terkadang mundur. Namun, jika teliti mengamati, Tahun Baru Imlek jatuh tidak pernah lebih awal dari 21 Januari dan tidak lebih lambat dari 19 Februari.

Mempelajari lebih dalam, mekanisme perhitungan awal Tahun Baru Imlek  sudah pasti. Bahkan, kita bisa mengetahui awal Tahun Baru Imlek untuk ratusan atau ribuan tahun mendatang.

Budi S Tanuwibowo, Ketua Umum Majelis Tinggi Agama Khonghucu Indonesia (Matakin) periode 2002 - 2010, yang juga pendiri dan pembina Indonesia Conference on Religion and Peace (ICRP) dalam tulisan yang dimuat di situs Matakin, matakin.wordpress.com, menjelaskan perihal Tahun Baru Imlek, sebagai berikut:

Kalender Imlek menggunakan sistem yang berbeda dengan penanggalan Masehi ataupun Hijriah. Jika Kalender Masehi menggunakan Sistem Solar atau Matahari, dan Kalender Hijriah menggunakan Sistem Lunar, Bulan atau Komariah, maka Kalender Imlek memadukan keduanya, yang disebut Sistem Lunisolar.

Sistem Solar atau Matahari

Perhitungan Sistem Solar didasari oleh orbit Bumi mengitari Matahari, yang memakan waktu sekitar 365,25 hari per tahun. Jumlah hari per bulan antara 30 atau 31 hari. Khusus untuk Februari jumlahnya 28 hari, namun pada tahun yang habis dibagi empat, seperti halnya tahun 2004, jumlah hari bulan Februari menjadi 29, sebagai pembulatan kelebihan 0,25 hari per tahun.

Sistem Solar mempunyai keunggulan bisa menghitung secara tepat kapan jatuhnya musim semi, panas, gugur dan dingin, karena bisa menentukan letak semu Matahari terhadap Bumi secara pasti, kapan tepat berada di atas Khatulistiwa, pada 23,5 derajat Lintang Utara, kembali ke Khatulistiwa, pada 23,5 derajat Lintang Selatan, kembali lagi ke Khatulistiwa dan seterusnya.

Sistem Lunar atau Bulan

Sistem Lunar didasarkan pada orbit Bulan mengitari Bumi. Rata-rata jumlah hari per bulan 29,5 hari, yang kemudian dibulatkan menjadi 29 dan 30 hari. Dari sini kita bisa menghitung jumlah hari per tahun adalah 29,5 x 12 = 354 hari, atau 11,25 hari lebih pendek dari Kalender Masehi. Ini yang menyebabkan 1 Muharram dan Idul Fitri maju 11 hari lebih awal.

Sistem Lunar tidak bisa menghitung kapan terjadi pergantian musim, namun mempunyai keunggulan bisa digunakan untuk menentukan kapan terjadi bulan baru dan purnama, yang masing-masing terjadi tanggal 1 dan 15. Karenanya sistem ini bisa digunakan untuk menentukan kapan terjadinya air surut dan air pasang, sesuatu yang tidak bisa dilakukan Sistem Solar.

Kalender Imlek dan Sistem Lunisolar

Pada Sistem Lunisolar, perhitungan jumlah hari per bulan didasarkan pada Sistem Solar, sedang selisih 11,25 hari per tahunnya dikonversi dengan menyisipkan bulan ke –13 pada tahun tertentu sebanyak 7 kali per 19 tahun, agar jumlah hari per tahunnya sesuai dengan Sistem Solar, karena 11,25 x 19 = 213,75 hari atau setara dengan 7 bulan.

Mekanisme penyisipan bulan ke-13 disebut lun. Dengan tambahan bulan ke-13, maka akan terjadi bulan dobel pada tahun-tahun tertentu. Pada tahun 2555, terjadi lun di bulan –2. Dengan demikian setelah bulan –1, bulan -2, masuk ke bulan –2 lagi dan baru kemudian ke bulan –3, -4, -5, dan seterusnya.

Dengan mekanisme penyisipan tersebut, maka Kalender Imlek di samping bisa digunakan untuk menghitung kapan terjadi bulan purnama, air surut, dan air pasang, juga bisa digunakan untuk menentukan pergantian musim.

Penentuan Tahun Awal Kalender Imlek

Kalender Imlek diciptakan Huang Di, 2696-2598 sM, salah satu raja suci purba dan nabi dalam Ru Jiao (agama Khonghucu) dan digunakan pertama kali oleh Dinasti Xia, 2205-1766 sM. Awal tahun baru ditetapkan jatuh pada awal musim semi. Ketika Xia jatuh, diganti Dinasti Shang, 1766-1122 sM, awal tahun baru dimajukan satu bulan, berbarengan dengan akhir musim dingin. Ketika Shang digantikan Dinasti Zhou, 1122-255 sM, awal tahun barunya dimajukan lagi sebulan, tepat pada puncak musim dingin.

Kongzi, Khongcu atau Confucius hidup pada zaman Dinasti Zhou, 551-479 sM. Suatu ketika ia menganjurkan agar Dinasti Zhou kembali menggunakan Kalender Xia, karena tahun barunya jatuh pada musim semi, sehingga cocok dijadikan pedoman bercocok tanam. Namun, nasihat itu baru dilaksanakan Han Wu Di dari Dinasti Han, 140-86 sM, pada 104 sM. Sejak itu Kalender Xia, yang kini dikenal sebagai Kalender Imlek diterapkan kembali.

Sebagai penghormatan kepada Kongzi, perhitungan tahun pertama Kalender Imlek ditetapkan oleh Han Wu Di dihitung sejak kelahiran Kongzi, yaitu sejak tahun 551 sM. Itulah sebabnya Kalender Imlek lebih awal 551 tahun ketimbang Kalender Masehi. Jika Kalender Masehi bertahunkan 2007, Kalender Imlek bertahunkan 2007 + 551 = 2558.

Pada saat bersamaan agama Khonghucu (Ru Jiao) ditetapkan Han Wu Di sebagai agama negara. Sejak saat itu penanggalan Imlek juga dikenal sebagai Kongli (Penanggalan Kongzi).

Penghormatan yang diterima Kongzi, setara dengan yang diterima Yesus. Tahun pertama Kalender Masehi dihitung sejak tahun kelahiran Yesus.

Penentuan Awal Tahun Baru

Pada 22 Desember letak Matahari berada di 23,5 derajat Lintang Selatan. Di bagian Selatan Bumi, hari itu merupakan hari terpanjang; sedang di Utara merupakan hari terpendek. Setelah 22 Desember Matahari bergerak ke Utara dan pada hari ke –91 atau 21 Maret, tepat berada di atas 0 derajat atau Khatulistiwa.

Hari ke –46 setelah pergerakan Matahari ke Utara atau tanggal 5 Februari – yang merupakan titik tengah antara 23,5 derajat Lintang Selatan dengan Khatulistiwa – merupakan awal musim semi. Karena jumlah hari per bulan adalah 29,5 atau 30 hari, maka kisaran setengah bulan ke depan dan ke belakang dari tanggal 5 Februari adalah tanggal 21 Januari dan 19 Februari. Ini sebabnya awal Tahun Baru Imlek jatuh di antara kedua tanggal tersebut.

Batas 21 Januari sampai dengan 19 Februari ini yang menentukan terjadinya penyisipan bulan –13. Ketika awal Tahun Baru Imlek maju 11,25 hari per tahun dan diperhitungkan akan melewati 21 Januari, maka tahun tersebut disisipi bulan –13. Dengan demikian awal tahun baru yang mestinya maju 11 hari melewati 21 Januari, malah mundur 30 – 11 = 19 hari. Pada tahun Masehi yang habis dibagi empat (366 hari), awal Tahun Baru Imlek sesudahnya akan maju 12 hari atau mundur 18 hari.

Menjadi Milik Dunia

Seperti halnya Natal, Tahun Baru Masehi, Idul Fitri, dan hari besar keagamaan lainnya, Tahun Baru Imlek sudah menjadi milik dunia dan melintasi batas-batas agama.

Sampai saat ini umat Khonghucu merayakannya dalam rangkaian upacara, ritual dan kegiatan keagamaan, dimulai dari tanggal 24 bulan 12 Tahun Imlek, yang diperingati sebagai “Hari Persaudaraan”. Pada hari itu umat Khonghucu yang mampu diwajibkan untuk menyantuni sesamanya yang berkekurangan.

Malam menjelang Tahun Baru Imlek, diwajibkan bersujud syukur kepada Tian, seraya mengucapkan terima kasih atas karunia yang diterima sepanjang tahun dan memohon ampunan atas segala kekurangan.

Antara tanggal 1-15 bulan 1 Tahun Imlek digunakan untuk melakukan penghormatan dan mempererat tali persaudaraan dengan keluarga, kerabat dan masyarakat, dimulai dengan sujud kepada orang tua dan yang dituakan.

Malam tanggal 9 bulan 1 Tahun Imlek, umat melakukan Sembahyang Besar kepada Tian, berusaha bertekad hidup lurus sepanjang tahun.

Tanggal 15 bulan 1 Tahun Imlek menutup Perayaan Tahun Baru Imlek dengan pesta seni dan budaya (Cap Go Me/Shi Wu Yue). (matakin.wordpress.com)


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home