Loading...
EKONOMI
Penulis: Melki Pangaribuan 21:05 WIB | Jumat, 10 Maret 2017

Indonesia-Filipina Tingkatkan Konektivitas Perdagangan

Bangun konektivitas perdagangan Intra-ASEAN
Tran Tuan Ahn, menteri Industri dan Perdagangan Vietnam hadir dalam konferensi pers gabungan Uni Eropa dan menteri ekonomi ASEAN di acara 23rd ASEAN Economic Minister's Retreat dan rapat terkait di Manila 10 Maret 2017. (Foto: AFP/Ted Aljibe)

METRO MANILA, SATUHARAPAN.COM - Negara-negara anggota ASEAN berkomitmen meningkatkan perdagangan intra-ASEAN, salah satunya dengan membuka konektivitas perdagangan laut Indonesia-Filipina melalui pelayaran kapal RoRo Bitung-General Santos-Davao City.

Komitmen tersebut dikukuhkan pada Pertemuan ASEAN Economic Ministerial (AEM) Retreat ke-23 dan pertemuan lainnya di Manila, Filipina yang berlangsung 8-10 Maret 2017.

Direktur Jenderal Perdagangan Perundingan Internasional Kementerian Perdagangan (Kemendag), Iman Pambagyo, mengatakan pembangunan konektivitas tersebut selain meningkatkan perdagangan intra-ASEAN, juga akan meningkatkan perdagangan di kawasan timur Indonesia.

“Konektivitas Indonesia-Filipina, khususnya antara Sulawesi Utara untuk wilayah Timur Indonesia, dengan Filipina bagian Selatan melalui pelayaran kapal RoRo direncanakan diresmikan pada April mendatang,” kata Iman Pambagyo di sela-sela pertemuan ke-23 AEM Retreat dan pertemuan ke-15 AEM-European Union Trade Comissioner Consultations di Metro Manila, Filipina, hari Kamis (9/3).

Sejarah perdagangan antara Indonesia-Filipina sudah terjalin sejak lama. Saat ini juga sudah banyak produk Indonesia yang dapat dengan mudah ditemukan di pasar Filipina, seperti minuman kemasan, sabun, pasta gigi, kopi instan, minuman berenergi, tas, bahkan busana muslim.

Namun, kata Iman, produk-produk tersebut kebanyakan masih masuk Filipina lewat dari negara ketiga.

“Banyak masyarakat Filipina di bagian selatan yang sudah menggunakan produk-produk dari Indonesia, tapi tidak mengetahui asal produk tersebut. Hal ini salah satunya dikarenakan barang-barang tersebut masuk dari negara ketiga,” jelas Iman.

Berdasarkan data dari Philippine Statistics Authority (PSA) Filipina yang diolah Atase Perdagangan Manila, nilai ekspor produk Indonesia ke Filipina pada tahun 2016 mencapai USD 80,83 miliar. Jumlah ini meningkat sebesar 21,22 persen dibandingkan tahun 2015 yang mencapai USD 66,68 miliar.

Dengan pembukaan konektivitas laut ini, lanjut Iman, kedua negara akan memperoleh manfaat yang besar. “Bagi Indonesia, salah satunya akan menjadikan harga produk-produk yang diekspor ke Filipina lebih bersaing karena tidak perlu melalui negara ketiga,” imbuhnya.

Menurut Iman, konektivitas bagi Indonesia tidak hanya dibangun di dalam negeri tetapi juga dengan wilayah-wilayah di luar Indonesia.  

“Untuk mendapatkan hasil yang lebih optimal, kita perlu mendorong wilayah-wilayah lain di Indonesia, seperti Ambon dan Maluku untuk memanfaatkan konektivitas ini,” katanya.

Menuju ASEAN 2025

AEC Blueprint 2025 atau ASEAN Economic Community (AEC) Consolidated Strategic Action Plan (CSAP) 2025 yang diluncurkan tahun lalu menjadi salah satu isu utama pada pertemuan kali ini.

Salah satu sektor yang diangkat adalah akses pembiayaan/modal bagi usaha kecil dan menengah (UKM). “Indonesia menaruh perhatian pada pengembangan UKM dan ingin memastikan bahwa UKM akan mendapatkan manfaat yang optimal dari AEC,” tegas Iman.

AEC Blueprint 2025 diluncurkan guna mencapai agenda integrasi ekonomi ASEAN dari tahun 2016 ke tahun 2025. AEC Blueprint 2025 menjadi tolak ukur dalam memastikan bahwa seluruh negara anggota ASEAN mendapat manfaat yang optimal dari AEC.

“Dampak dan manfaat dari AEC Blueprint 2025 dalam mendorong pertumbuhan ekonomi masing-masing anggotanya dipastikan akan dievaluasi secara berkala agar ASEAN dapat terus melakukan penyesuaian dan mitigasi sehingga apa yang dicita-citakan ASEAN pada tahun 2025 dapat tercapai,” katanya.

Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP) juga merupakan isu utama lainnya yang dibahas pada pertemuan kali ini.  RCEP mendapat perhatian dunia di tengah-tengah ketidakjelasan masa depan perjanjian internasional seperti TPP.

“Perundingan RCEP diharapkan dapat selesai tahun ini karena dinilai dapat memberikan kontribusi bagi pertumbuhan ekonomi dunia,” kata Iman.

RCEP digagas pertama kali oleh Indonesia dan pertemuannya dipimpin Indonesia sejak 2012. Sedangkan negosiasinya telah dimulai sejak 2013. Hingga saat ini Indonesia masih memimpin dengan Trade Negotiating Comittee-nya.

Negara-negara anggota RCEP yaitu 10 negara ASEAN (Brunei Darussalam, Kamboja, Indonesia, Laos, Malaysia, Myanmar, Filipina, Singapura, Thailand, Vietnam) dan enam negara mitra FTA (China, Australia, New Zealand, Jepang, Korea, dan India). (PR)

 


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home