Loading...
SAINS
Penulis: Dewasasri M Wardani 12:19 WIB | Kamis, 24 November 2016

Informasi Bencana Harus Mudah Dipahami dan Ubah Perilaku

Deputi Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Ir B Wisnu Widjaja MSc saat menjadi salah satu pembicara dalam Konferensi Nasional Pengelolaan Risiko Bencana Berbasis Komunitas XII di Ruang Serba Guna Bandung, Selasa (22/11). (Foto: unpad.ac.id)

BANDUNG, SATUHARAPAN.COM - Informasi tentang kebencanaan tidak cukup hanya dibuat lalu disebarluaskan. Informasi tentang kebencanaan harus dipastikan dapat dipahami, dan menimbulkan perubahan perilaku dari masyarakat.

“Masyarakat pada dasarnya akan selamat kalau mendapatkan informasi yang tepat dan mampu mengubah perilaku untuk menjadi perilaku yang memahami bencana,” kata Deputi Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Ir B Wisnu Widjaja MSc, saat menjadi salah satu pembicara dalam Konferensi Nasional “Pengelolaan Risiko Bencana Berbasis Komunitas XII”. Acara itu digelar atas kerja sama Universitas Padjadjaran (Unpad) dengan Masyarakat Penanggulangan Bencana Indonesia (MPBI) di Ruang Serba Guna Unpad Gedung 2 Lantai 4, Jln Dipati Ukur No 35 Bandung, Selasa (22/11), seperti dilansir situs unpad.ac.id.

Lebih lanjut Wisnu mengatakan, banyak pembuat informasi kebencanaan hanya berfokus pada aspek “produksi”. Mereka merasa puas ketika informasi sudah dibuat dan tersaji di sejumlah media. Padahal, menurut Wisnu, perubahan perilaku masyarakat untuk lebih tanggap bencana lebih penting. Informasi tersebut harus dapat menggerakkan masyarakat untuk dapat menghadapi dan menyelamatkan diri dari bencana.

“(Informasi) sampai saja tidak cukup. Paham saja tidak cukup,” kata Wisnu.

Acara itu juga turut dihadiri Rektor Unpad Prof Tri Hanggono Achmad. Menurut Rektor, dalam menghadapi risiko bencana, yang harus dilakukan adalah melalui pendekatan antisipatif, tidak cukup preventif, apalagi responsif. Sekarang, pengelolaan risiko bencana lebih didominasi oleh responsif. Menghadapi risiko pun perlu dilakukan melalui kekuatan akademik.

“Kalau kemampuan riset kita kuat, mestinya mitigasi ini akan sangat kuat nantinya. Kemampuan kita mencatat, mempersiapkan, memperhitungkan berbagai risiko sehingga tindakan-tindakan yang dilakukan dasarnya kuat,” kata Rektor.

Dengan dasar yang kuat tersebut, hal selanjutnya yang perlu dilakukan adalah meyakinkan masyarakat dan pemerintah. Untuk itu, jejaring kerja sama pun harus kuat dengan berbagai pihak, dan berbagi “siapa melakukan apa”.

“Dengan dasar kita mau saling memahami, berbagi peran, membangun kepercayaan. Kalau tidak ada sinergi seperti ini, berat kita menanggulanginya,” kata Rektor.

Di sela pelaksanaan konferensi, juga dilakukan penandatanganan Piagam Kerja Sama antara Unpad dan Masyarakat Penanggulangan Bencana Indonesia. Piagam Kerja Sama ditandatangani Rektor Unpad dengan Ketua MPBI, Eko Teguh Paripurno.

 

Editor : Sotyati


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home