Loading...
RELIGI
Penulis: Martahan Lumban Gaol 19:54 WIB | Selasa, 16 Juni 2015

Ini Alasan Muhammadiyah Kembali Hadiri Sidang Isbat

Presiden Joko Widodo (tengah) menerima Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Din Syamsuddin (keempat kiri) dengan mengenakan seragam TNI di Istana Merdeka, Selasa (16/6). Dalam pertemuan tersebut Din mengundang Presiden Jokowi untuk menghadiri pembukaan Muktamar Muhammadiyah ke-47 di Makassar tanggal 3-7 Agustus 2015. ANTARA FOTO/Setpres-Laily

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Pengurus Pusat (PP) Muhammadiyah akhirnya kembali hadir dalam sidang isbat untuk menentukan 1 Ramadan, di kantor Kementerian Agama, Selasa (15/6). Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Syamsuddin menjelaskan, organisasinya dulu memilih tidak terlibat sidang isbat lantaran pendekatan Menteri Agama saat itu, Suryadharma Ali, terlalu memojokkan Muhammadiyah.

“Ya. Insya Allah saya datang. Muhammadiyah dari awal ada rapat isbat selalu ikut, kecuali pada satu masa dua atau tiga tahun lalu saat Pak Suryadharma Ali menjadi Menteri Agama, Muhammadiyah mengirim surat untuk tidak ikut,” ujar Din di Kompleks Istana Kepresidenan, Selasa (16/6).

Menurut dia, pada masa kepemimpinan Suryadharma Ali, penetapan awal bulan Ramadan terkesan dipolitisasi, terlihat dari keputusan Pemerintah yang memanfaatkan pakar-pakar dengan kultur menjelekkan Muhammadiyah. “Seolah pandangan Muhammadiyah itu tidak benar,” ujar Din.

Selanjutnya, dia menilai, ketika Suryadharma Ali menjabat sebagai Menteri Agama, kelompok yang diundang pemerintah sepaham dengan garis pemerintah. Lalu, hasil penetapan 1 Ramadan dikesankan ada perdebatan.

“Tapi sejak Pak Lukman Hakim jadi Menteri Agama, beliau datang ke PP Muhammadiyah, lalu menyampaikan dengan syarat-syarat begini. Maka Muhammadiyah ikut lagi sejak tahun lalu,” ujar Din.

Meski akan hadir pada sidang isbat kali ini, Din mengungkapkan bahwa Muhammadiyah sudah terlebih dulu menentukan bahwa ibadah puasa dilakukan pada tanggal 18 Juni. Metode yang dilakukan Muhammadiyah adalah dengan hisab atau ilmu pasti.

“Muhammadiyah putuskan jauh-jauh hari. Malam ini ijtima' atau konjungsi, itu matahari pada garis lurus bulan bumi, baru terjadi jam 9 malam lewat sekitar 67 menit nanti setelah matahari terbenam. Berarti malam ini belum bisa dianggap malam pertama Ramadan. Muhammadiyah tetapkan besok malam sebagai malam pertama Ramadan atau puasa pada Kamis,” tutur Ketua Umum PP Muhammadiyah itu.

Editor : Bayu Probo

Ikuti berita kami di Facebook


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home