Loading...
EKONOMI
Penulis: Moh. Jauhar al-Hakimi 13:45 WIB | Minggu, 24 November 2019

JFFE 2019 “Festive Your Passion”

Diskusi Jogja Festivals Forum Expo 2019 menghadirkan (dari kiri ke kanan): Anas Syahrul Alimi (Rajawali Indonesia), Lulut Wahyudi (Kustomfest), dan Ajie Wartono (Ngayogjazz) di Pendopo Agung Kedaton Ambarrukmo Yogyakarta, Kamis (21/11). (Foto: official doc. JFFE 2019)

YOGYAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Jogja Festivals adalah sebuah platform strategis untuk festival di Indonesia, yang didirikan oleh 15 festival terbaik di Yogyakarta selama tiga hari 19 - 21 November 2019. Gelaran Jogja Festivals Forum & Expo (JFFE) yang dihelat selama tiga hari menyuguhkan berbagai program dan kegiatan yang bisa dikatakan baru pertama kali disajikan di Yogyakarta, atau mungkin di Indonesia.

Salah satunya di hari terakhir pelaksanaan JFFE 2019, Kamis (21/11) yang dimulai pukul 10.00 WIB, digelar Focus Group Discussion mengenai Ekosistem Festival yang dilaksanakan di Hotel Grand Ambarrukmo Jogja. FGD ini diikuti para pegiat yang memiliki peran baik langsung maupun tidak terhadap pelaksanaan festival-festival di Yogyakarta, baik itu pihak pemerintah, pihak swasta, penyelenggara festival, dan dari kalangan media.

Siang harinya, pukul 12.00 WIB di Pendopo Agung Kedaton Ambarukmo Yogyakarta, digelar diskusi bertajuk "Festive Your Passion". Diskusi yang dimoderatori Aan Fikriyan ini, menghadirkan tiga "Bapak Festival" Yogyakarta. Mereka adalah Anas Syahrul Alimi dari Rajawali Indonesia yang beberapa event di antaranya PrambananJazz, Jogjarockarta, Mocosik. Kemudian Lulut Wahyudi dari Kustomfest, dan Ajie Wartono dari Ngayogjazz.

Tampil sebagai pembicara pertama, Ajie Wartono mengungkapkan setiap membuat festival tidak perlu memikirkan berapa audience yang akan datang. Yang lebih penting dipikirkan adalah bagaimana festival itu nanti berjalan. Terutama bagaimana passion dari pegiat festival persiapan saat pra-festival dan selama prosesnya. Jika hal tersebut berjalan baik sesuai ide-ide yang berkembang, niscaya audience festival akan datang dengan sendirinya.

“Ikuti passion dan ide-ide liar Anda. Wujudkan, dan bagilah dengan teman-teman Anda,” pesan salah satu pengagas Ngayogjazz Ajie Wartono.

Giliran berikutnya adalah Lulut Wahyudi yang bercerita bagaimana event Kustomfest sudah diliput sekitar 127 media dari luar negeri. Selain itu ia juga menceritakan bagaimana tentang perkembangan tema festival ini setiap tahunnya. Tentang bagaimana perlahan-lahan mengubah image Kustomfest yang selama ini identik dengan dengan motor, mobil, dan anak muda, menjadi lebih terbuka untuk masyarakat yang lebih luas.

Contoh langkah-langkah sederhana yang dilakukan berkaitan dengan hal tersebut antara lain dengan membuat ruang bermain untuk anak-anak, menghadirkan suasana lebih homy sehingga semua kalangan nyaman untuk datang dalam event ini.

“Lakukan apa pun yang sesuai passion, karena kamu tidak merasa kerja tapi melakukan kesenangan yang berbonus,” tutur Lulut Wahyudi.

Pada bagian selanjutnya, Anas Syahrul Alimi dari Rajawali Indonesia menekankan pentingnya referensi dan riset jika ingin membuat sebuah festival. Ia juga mengingatkan, penyelenggara festival harus berani berinvestasi, termasuk investasi kerugian, terutama untuk event rutin atau tahunan. Harapannya berkaitan dengan adanya Jogja Festivals ini, akan bisa dibuat timeline semua event Jogja yang diselenggarakan dalam waktu yang beruntutan.

“Seni tertinggi adalah membahagiakan orang banyak. Selamat membuat festival!,” imbuh Anas.

Meskipun hanya berlangsung tiga hari, banyak hal yang dihasilkan dan didapatkan oleh para pengunjung serta tentu saja oleh para pegiat yang terlibat baik secara langsung maupun tidak atas pelaksanaan beragam festival di Jogja dan juga Indonesia.

Beberapa capaian yang patut dicatat dari gelaran perdana JFFE ini antara lain adalah, semakin terjalinnya komunikasi yang makin intens dan erat di antara para stakeholder festival Jogja, serta semakin jelas arah dan tujuan yang ingin sama-sama diraih.

Satu hal lagi yang tidak kalah penting adalah, dengan terselenggaranya JFFE yang didukung sepenuhnya oleh para pekerja event, pegiat festival, dan festival-festival yang menjadi expo participant, merupakan sebuah bukti kuat bagaimana niat, semangat, jejaring, kolaborasi, dan kesungguhan para pegiat festival Jogja tersebut, untuk memantapkan, memantaskan, dan mempersiapkan diri menghadapi terwujudnya Yogyakarta sebagai Kota Festival.

Rencananya JFFE akan digelar lagi tahun depan dan menjadi salah satu agenda tahunan Jogja Festival Forum.


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home