Loading...
EKONOMI
Penulis: Melki Pangaribuan 16:58 WIB | Kamis, 21 April 2016

Kadin Desak Pemerintah Tingkatkan Produksi Kelapa Nasional

Direktur Ekspor Produk Pertanian dan Kehutanan Direktorat Jenderal Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan Nurlaila Nur Muhammad (paling kiri) Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Bidang Perdagangan, Benny Soetrisno (tengah), Wakil Ketua Himpunan Industri Pengolahan Kelapa Indonesia (HIPKI), Amrizal Indroes (paling kanan) dalam acara "Dialog Pengembangan Komoditas dan Wacana Tata Niaga Kelapa” di Menara Kadin, Jakarta, hari Kamis (21/4). (Foto: Melki Pangaribuan)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Menyikapi kelangkaan komoditas kelapa belakang ini, Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Bidang Perdagangan, Benny Soetrisno mendesak pemerintah untuk meningkatan produksi kelapa nasional yang kebutuhannya sangat tinggi.

“Di sisi lain, pemerintah pun harus memberikan perhatian di sisi hulu atau peningkatan produksi kelapa untuk mengimbangi permintaan kebutuhan di dalam negeri,” kata Benny Soetrisno dalam acara "Dialog Pengembangan Komoditas dan Wacana Tata Niaga Kelapa” di Menara Kadin, Jakarta, hari Kamis (21/4).

“Misalnya dengan program kredit murah untuk kelapa sawit yang hasilnya terlihat saat ini berupa kemampuan produksi sawit di Indonesia yang cukup baik,” dia mencontohkan.

Saat ini, Indonesia tengah dilanda krisis buah kelapa. Indonesia merupakan salah satu negara produsen kelapa terbesar dunia dengan rata-rata produksi sebesar 12,9 miliar butir per tahun.

Krisis kelapa ini terjadi karena banyaknya pohon kelapa yang sudah tua dan tidak produktif lagi. Sementara, permintaan terhadap kelapa cukup besar, baik untuk pasar lokal maupun ekspor.

Kelapa yang biasanya melimpah, kini jarang ditemui. Kalaupun ada yang jual, jumlahnya sedikitnya dan harganya juga mahal. Selama periode 2015-2016 harga buah kelapa segar di pasar tradisional mengalami kenaikan dari Rp 2.500-Rp 3.000 kini menjadi Rp 8000 per buah. Itupun ukurannya jauh lebih kecil dari biasanya.

Menurut Benny, dari sisi hulu juga harus diperhatikan karena mengingat Nawa Cita yang dicanangkan pemerintah yang di antaranya adalah mengembangkan ekonomi di pelosok atau pulau-pulau terluar Indonesia.

“Perhatian di sektor hulu berpengaruh pada keberlangsungan pasokan kelapa, karena para petani juga melihat sisi ekonomis dari kelapa,” katanya.

Memperkuat Industri

Benny mengaku prihatin, karena saat ini petani tidak hanya dapat menebang kelapa untuk diambil kayunya, tetapi juga para petani dapat menjual lahannya karena kelapa dianggap sudah tidak menarik lagi secara ekonomis.

 “Di satu sisi lainnya, Indonesia juga perlu memperkuat industri manufaktur berbahan baku kelapa. Industri itu perlu menggandeng petani-petani kelapa guna memenuhi kebutuhan bahan baku,” katanya.

Dalam kaitan itu pula, lanjut Benny, daya beli industri untuk menyerap produksi para petani kelapa harus ditingkatkan untuk keberlangsungan bahan baku dan peningkatan daya saing industri itu sendiri, sehingga mampu menyesuaikan dengan pasar internasional.

Menurut Benny, ekspor kelapa dan sabut kelapa Indonesia tumbuh pesat, terutama dalam lima tahun terakhir. Kementerian Perdagangan mencatat, pada tahun 2010 nilai ekspor kelapa dan produk olahan tercatat mencapai 510,14 juta dolar AS, berlipat menjadi 1,21 miliar dolar AS pada tahun 2014.

“Produk kelapa Indonesia yang paling banyak diekspor adalah kelapa olahan yang dikeringkan, air kelapa, serat sabut kelapa, dan sabut baku kelapa,” katanya.

Menurut datanya, Indonesia merupakan eksportir kelapa dan sabut kelapa kedua terbesar di dunia setelah Filipina. Pada tahun 2014, kontribusi Indonesia mencapai 20,16 persen dari total nilai ekspor dunia sebesar 1,21 miliar dolar AS.

Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home