Loading...
EKONOMI
Penulis: Bayu Probo 10:40 WIB | Kamis, 20 Maret 2014

Karena Faktor Eksternal, IHSG dan Rupiah Dibuka Melemah

Ilustrasi. (Foto: Antara)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) Kamis (20/3), dibuka melemah sebesar 13,74 poin setelah bank sentral AS (the Fed) memutuskan untuk kembali memangkas stimulus keuangannya. Rupiah juga dibuka melemah.

“Koreksi bursa AS tadi malam akibat kebijakan the Fed yang kembali mengurangi stimulus keuangannya berdampak negatif terhadap indeks regional Asia, termasuk bagi pergerakan IHSG pada perdagangan saham hari ini,” kata Head of Research Valbury Asia Securities Alfiansyah di Jakarta, Kamis.

IHSG BEI dibuka turun 13,74 poin atau 0,28 persen menjadi 4.807,72. Sedangkan indeks 45 saham unggulan (LQ45) melemah 5,89 poin (0,72 persen) ke level 809,43.

Selain itu, lanjut dia, pasar global juga dibayangi kekhawatiran krisis Ukraina yang cenderung memanas setelah Menteri Luar Negeri AS John Kerry menyebut istilah perang dunia.

Dari dalam negeri, lanjut dia, muncul sentimen positif dari Bank Dunia yang mengapresiasi langkah pemerintah menerbitkan Peraturan tentang larangan ekspor tambang dan mineral mentah, diharapkan kebijakan tersebut dapat memberikan manfaat yang maksimal bagi negara.

Menurut dia, penerbitan aturan tersebut akan memberi efek positif yakni pembangunan smelter yang akan menyerap tenaga kerja lebih meningkat dan merata.

“Akumulasi dari sentimen pasar tersebut diperkirakan IHSG bergerak `mixed` dengan peluang melemah,” kata dia.

Bursa regional, di antaranya indeks Hang Seng melemah 109,70 poin (0,70 persen) ke level 21.458,99, indeks Nikkei turun 99,35 poin (0,69 persen) ke level 14.362,50 dan Straits Times melemah 2,51 poin (0,08 persen) ke posisi 3.078,58.

Rupiah Melemah 66 Poin

Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Kamis pagi bergerak melemah sebesar 66 poin menjadi Rp 11.370 dibanding posisi sebelumnya Rp 11.304 per dolar AS.

“Dolar AS cenderung terapresiasi terhadap mayoritas mata uang utama dunia seiring petinggi bank sentral AS (the Fed) mengindikasikan adanya kenaikan tingkat suku bunga menyusul perekonomian AS menunjukkan sinyal penguatan,” kata Kepala Riset Monex Investindo Futures, Ariston Tjendra di Jakarta, Kamis.

Selain itu, lanjut dia, the Fed juga akan memangkas stimulus keuangannya dengan mengurangi pembelian obligasi bulanan sebanyak 10 miliar dolar AS.

“Proyeksi pengetatan kebijakan AS yang lebih cepat dari yang diantisipasi menekan mata uang berisiko, termasuk rupiah,” kata dia.

Meski demikian, menurut dia, potensi pelemahan mungkin terbatas mengingat investor masih optimis dengan proyeksi perekonomian Indonesia menjelang pemilu April mendatang.

“Outlook rupiah masih netral dan rupiah mungkin akan diperdagangkan di kisaran Rp 11.345-Rp 11.435 untuk hari ini,” kata dia.

Ia menambahkan bahwa dari sisi faktor teknikal harian masih mensinyalkan bahwa rupiah sedang mengalami konsolidasi paska tajamnya penguatan sejak awal Februari. (Ant)


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home