Loading...
INDONESIA
Penulis: Sotyati 14:08 WIB | Selasa, 21 April 2015

“Kartini” Masa Kini Memaknai Peringatan Hari Kartini

Perempuan Indonesia mempunyai sosok pendorong keberanian dalam mewujudkan cita-citanya…
“Kartini” Masa Kini Memaknai Peringatan Hari Kartini
Aristi Pradjwalita ketika bersepeda ke Tiongkok Daratan, pada 2010. (Foto: Facebook)
“Kartini” Masa Kini Memaknai Peringatan Hari Kartini
Lenny Agustin saat memamerkan koleksi barunya dalam sebuah peragaan busana. (Foto: belajardimall.blogspot.com)
“Kartini” Masa Kini Memaknai Peringatan Hari Kartini
Aida Nurmala. (Foto: youtube.com)

SATUHARAPAN.COM - "Kemenangan yang seindah-indahnya dan sesukar-sukarnya yang boleh direbut oleh manusia ialah menundukkan diri sendiri..."

Aristi Prajwalita mengunggah kalimat yang ia kutip dari pernyataan Raden Ajeng Kartini tersebut ke akun Facebooknya, pada pagi hari 21 April ini, pada saat sebagian warga Indonesia, terutama kaum perempuan, memperingati Hari Kartini.

Kartini, bagi Aristi, adalah “Srikandi inspirasi bagi negeri”.  Lima tahun lalu, bersama sembilan perempuan pencinta kegiatan sepeda, Lucy Iskandar, Tense Manalu, Seklie Rahmidiarti, Meika Manullang, Evie Permatasari, Rahma Anggraeni, Rita Ilyasa, dan Rini Rismiarti, yang tergabung dalam Trim Srikandi Bike to Work (B2W) Indonesia, Aristi mengayuh sepedanya menempuh jarak Jakarta ke Jepara, tempat kelahiran Kartini.

Awalnya, kegiatan itu ditujukan untuk mengenalkan hidup sehat. Namun, dalam perjalanan, kegiatan yang dilangsungkan 13 – 20 April 2011 itu berkembang jadi misi kesetaraan gender.

Sudah 5 tahun berselang... tapi semua rasa-rasa itu selalu menyapa hatiku lagi... dan terbang sejenak merasakan lagi angin panas Pantura dengan 20 matahari yang menerpa kulit muka kami... dan selalu tersenyum-senyum lagi mengingat bahwa saat itu kami 10 perempuan biasa berhasil menundukkan dan berdamai dengan masing2 gejolak diri kami sendiri... “ tulis Aristi, yang mengantongi pengalaman bersepeda jarak jauh Thailand – Vietnam dan terakhir menyusur jalanan Tiongkok daratan.

Ingatlah Sahabat.... kita sudah, dan pernah memenangkannya.  Camkan itu saat kita merasa berada di garis hidup yang terendah...   Selamat Hari Kartini!” Aristi menambahkan.

Berkarya Sejajar dengan Pria

Lain Aristi, lain Lenny Agustin. Peringatan Hari Kartini, menurut desainer fashion yang dikenal dengan rancangan second line-nya yang ringan, muda, rendi, dengan warna-warna cerah dan berkonsep padu padan itu, selalu mengingatkan wanita Indonesia untuk selalu bangga menjadi wanita Indonesia. “Karena wanita Indonesia mempunyai sosok pendorong keberanian dalam meraih impian dan cita-cita,” kata Lenny.

Selalu berambut cepak, dengan pilihan warna cat rambut mencolok, Lenny mulai mewarnai dunia mode dan fashion Tanah Air pada Lomba Merancang Busana Perkawinan Internasional 2003. Namun, di balik penampilannya yang “ngepop”, Lenny tak pernah lupa menunjukkan kecintaannya pada kekayaan budaya Nusantara.

Kekayaan budaya Nusantara selalu menjadi inspirasi karya-karyanya. “Aku tidak mengambil (kain tradisional, Red) yang berkaitan dengan upacara sakral. Aku hanya mengambil inspirasinya dan menampilkannya lebih ngepop,” katanya, dalam suatu perbincangan dengan satuharapan.com.

Tema-tema rancangan yang out of the box itu justru mengantarnya ke banyak ajang bergengsi, di antaranya Japan Fashion Week pada 2009.

”Melalui rancangan, aku ingin memperkenalkan bahan dan motif-motif kain tradisional dari seluruh daerah di Nusantara kepada anak-anak muda zaman sekarang, hingga mereka memakainya dengan bangga sebagai pakaian sehari-hari dengan cara dan gaya mereka sendiri seperti masyarakat zaman dulu,” kata Lenny, tentang misi yang ia emban, seperti tertulis dalam situs pribadinya.

Dengan adanya peringatan Hari Kartini, menurut Lenny, wanita Indonesia dilegalkan untuk turut berkarya sejajar dengan laki-laki maupun perempuan di seluruh dunia.

Keyakinan tak jauh berbeda itu pula yang jadi pegangan Aida Numala dari Studio One, fashion PR, event organizer, dan creative productions. Wanita Indonesia kini memiliki kebebasan dalam menentukan tujuannya dalam bekerja.  

“Nyemplung” sejak kecil di dunia fashion karena pekerjaan ibunya, Sjamsidar Isa, desainer tekstil yang kemudian mendirikan Studio One, Aida pun menekuni dunia fashion.  “Saya kemudian mencintai fashion, senang, dan ingin maju lebih jauh lagi dengan fashion Indonesia,”  kata Aida yang juga dikenal sebagai pemain film, dan tampil dalam film Arisan itu.  

Memaknai perjuangan Kartini, ia berpendapat, “Sebagai wanita, ketika saya bekerja, ketika berkarya, maka kita pun membangun apa yang sudah kita lakukan itu, karena kita mencintai pekerjaan kita.” 

Editor : Sotyati


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home