Loading...
INSPIRASI
Penulis: Tjhia Yen Nie 03:50 WIB | Minggu, 20 Oktober 2013

Keadilan: Versi Allah atau Manusia?

Gunung Slamet (foto: ymindrasmoro)

SATU HARAPAN.COM – Saya  uring-uringan menghadapi kenyataan harus bertemu dengan orang yang tidak saya sukai.  Sebagai umat Tuhan saya berusaha untuk berbuat baik, bersikap baik. Tetapi, jika apa yang saya lakukan malah dibalas dengan caci maki, penghinaan, dengan alasan apa pun, saya naik darah juga.

Kejadian beberapa tahun silam membuat luka di hati, apalagi penghinaan verbal itu ditujukan secara terbuka kepada orang tua saya yang jelas-jelas tidak terlibat dalam masalah saya.  Akhirnya rasa kesal itu membuat suasana hati tidak nyaman, dan saya memilih untuk menghindar, diam, tidak peduli, apatis berkait dengan orang tersebut.

”Kasih memaafkan segalanya,” ujar sahabat menasihati saya.  Saya juga berdoa, memohon Tuhan untuk memberikan hati penuh kasih terhadap luka yang ditorehkan orang itu.  Namun, rencana pertemuan ini kembali membuka lembaran kejadian yang membuat saya sedih.  Saya beralibi, okelah apa yang dia lakukan terhadap saya dapat saya maafkan, tapi bagaimana dengan apa dilakukan terhadap orangtua saya? Dia minta maaf kepada orang tua saya pun—kalau mau, dan saya yakin tidak, ayah saya sudah tiada.  Itu tidak fair. Dapatkah saya berbaikan dengan orang yang ”menusuk” hati orang tua saya?

Let it go! Seorang teman mengatakan.  Ya, let it go.  Bagaimana caranya?  Saya sudah berdoa, tetapi rasa tidak suka itu tetap ada.

Sampai suatu saat saya membaca cuplikan dongeng di kisah seribu satu malam dalam cerita pembagian kacang.  Seorang  menanyakan bagaimana cara membagi kacang secara adil? Lalu temannya menjawab, ”Mau adil versi Tuhan atau manusia?” Kacang itu dibagi, ada yang mendapat banyak, ada yang sedikit, ada juga yang tidak mendapatkan.  Itulah versi Tuhan.  Kalau keadilan versi manusia, semua akan mendapatkan sama banyaknya.  Keadilan Tuhan tidak dapat ditebak manusia.

Di tengah ketidaksukaan saya, saya berusaha menerima bahwa segala sesuatu tidak selalu berjalan seperti keadilan yang saya pikirkan.  Siapakah saya, seorang manusia, dapat menebak jalan pikiran dan kehendak Tuhan?

So, let it go!

 

Editor: ymindrasmoro

Email: inspirasi@satuharapan.com


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home