Loading...
FLORA & FAUNA
Penulis: Dewasasri M Wardani 14:19 WIB | Kamis, 29 Desember 2016

Kedondong Berkhasiat Anti Penggumpalan Darah

Kedondong (Spondias dulcis). (Foto: cookislands.bishopmuseum.org)

SATUHARAPAN.COM – Kedondong adalah buah yang tidak asing lagi di kalangan masyarakat Indonesia. Buahnya, dengan daging buah yang renyah, digemari karena rasanya asam manis dan segar, terlebih bila dibuat manisan atau buah pelengkap hidangan rujak.

Pohon buah ini tidak kenal musim. Tak mengherankan, kedondong tidak pernah kosong di pasar. Bentuk buahnya yang lonjong, mulai dipanen tidak saat masak atau matang di pohon. Ketika kulit buahnya berwarna hijau, yang menandakan masih muda, sudah bisa dimakan sebagai buah potong di hidangan rujak atau diolah menjadi asinan. Saat kulit buahnya berwarna kekuningan dan mudah dikupas, menandakan buah ini masak dan rasanya manis.

Kedondong menurut Wikipedia paling sering digunakan sebagai sumber makanan. Di Jawa Barat, daunnya yang muda digunakan sebagai bumbu untuk pepes. Di Costa Rica, daun lebih matang juga dimakan sebagai salad hijau. Namun, paling sering dikonsumsi adalah buahnya.

Buah ini tidak semata enak, tapi juga diyakini berkhasiat atau baik untuk kesehatan tubuh. Kandungan utama yang terdapat dalam buah kedondong, seperti dikutip dari allfresh.co.id, adalah unsur gula dalam bentuk sukrosa yang berguna sebagai penambah energi dan vitalitas tubuh. Begitu juga dengan kandungan serat dan airnya yang cukup tinggi bermanfaat dalam melancarkan pencernaan serta mencegah dehidrasi.

Berdasarkan riset yang dilakukan Elvis Halim di Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor, seperti dikutip dari ipb.ac.id, daun kedondong terbukti  bersifat anti penggumpalan darah. Aktivitas antiagregasi platelet ditemukan pada daun kedondong, berkorelasi positif dengan konsentrasi ekstrak. Artinya, semakin tinggi ekstrak daun kedondong, aktivitas antiagregasi plateletnya semakin besar.

Namun, peneliti di Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Prof Dr C Hanny Wijaya, mengatakan, seperti dikutip dari surat kabar Radar Surabaya 12 Mei 2013, bahwa riset tentang khasiat daun kedondong sebagai anti penggumpalan darah perlu dilanjutkan. Ia beralasan riset pendahuluan belum mampu mengungkap senyawa spesifik yang berperan sebagai antiagregasi platelet. “Karena komponen senyawa aktif dari daun kedondong belum diketahui secara spesifik maka cara olah paling efektif memperoleh khasiatnya juga belum diketahui,” kata Hanny.

Pemerian Botani Kedondong

Pohon kedondong, seperti dikutip dari  ipb.ac.id, merupakan tanaman buah yang umumnya banyak sekali terdapat di seluruh daerah tropis dan termasuk ke dalam Angiospermae.

Kedondong adalah tanaman pohon dengan tinggi kurang lebih 20 m. Tumbuhan ini termasuk ke dalam tanaman berdaun majemuk, bagian yang terlebar yang berada di tengah-tengah helaian daunnya berbentuk jorong, pangkal daun runcing, ujung daun meruncing, warna daun hijau dilihat dari arah tulang-tulang cabang yang besar pada helaian daun. Daun kedondong ini termasuk daun yang bertulang menyirip dengan jumlah anak daun yang gasal dan anak daun yang berpasang-pasangan, tepi daunnya rata, tata letak daun tersebar, permukaan daun licin, dan mengkilat.

Batang berkayu keras dan kuat karena sebagian besar terdiri atas kayu yang terdapat pada pohon dengan bentuk batang yang bulat dan tumbuh tegak. Percabangan batangnya simpodial, dimana batang pokoknya sukar ditemukan karena dalam perkembangannya kalah cepat dan besar pertumbuhannya dibandingkan dengan cabangnya. Permukaan batang halus dan berwarna putih kehijauan. Tumbuhan ini berakar tunggang dan berwarna cokelat tua.

Bunganya majemuk, berbentuk malai, dengan ibu tangkainya mengadakan percabangan monopodial. Jumlah benang sari delapan berwarna kuning, mahkota bunga berjumlah empat sampai lima, berbentuk lanset, warna bunganya putih kekuningan.

Buahnya bertipe buah buni. Buah ini mempunyai dinding lapisan luar yang tipis atau kaku seperti kulit dan lapisan dalam yang tebal, lunak, dan berair, berbentuk lonjong. Warna buah hijau kekuningan dengan rata-rata beratnya lebih kurang 0,7-1 kg/buah. Biasanya buahnya tumbuh dalam jumlah yang banyak. Bijinya bulat dan berserat kasar, warna biji putih kekuningan.

Kedondong, menurut Wikipedia memiliki nama ilmiah Spondias dulcis. Umumnya dikenal sebagai ambarella, atau plum jew. Kedondong  dikenal dengan banyak nama lain di berbagai negara. Di Malaysia, penyebutannya sama, kedondong. Nama lain, buah long long (Singapura), pomme cythere (Trinidad and Tobago, Guadeloupe, Dominica, dan Martinique), june plum (Bermuda dan Jamaika), mangotín (Panama), juplon (Costa Rica), golden apple (Barbados dan Guyana), golden plum (Belize), jobo indio (Venezuela), caja-manga dan cajarana (Brasil), cas mangga (Maladewa, Tonga, Hawaii).

Dalam bahasa Inggris, selain dikenal dengan ambarella, orang juga sering menyebutnya otaheite apple, atau great hog plum. Di Asia, kedondong juga dikenal dengan berbagai nama, seperti hevi (Filipina), gway (Myanmar), mokah (Kamboja), kook kvaan (Laos), makak farang (Thailand), dan co'c atau qua coc (Vietnam). Di Indonesia, namanya pun beragam, seperti kadondong (Sunda), kedundung (Madura), kacemcem (Bali), inci (Bima,NTT), karunrung (Makasar), dan dau kaci (Bugis).

Pohon kedondong  dibudidayakan di daerah tropis di seluruh dunia. Tumbuhan ini dibawa ke Jamaika pada tahun 1782, dan dibudidayakan di Panama, Kuba, Haiti, Republik Dominica, Puerto Rico, Trinidad and Tobago, dan di Venezuela. Kedondong  juga banyak ditanam di Somalia, kemungkinan diperkenalkan selama masa kolonial sebelum 1960.

Selain enak jika dimakan dalam keadaan segar, buah matangnya bisa juga diolah menjadi selai, jeli, dan sari buah. Buah yang direbus dan dikeringkan dapat disimpan untuk beberapa bulan, sedangkan buah mentahnya banyak digunakan dalam rujak dan sayur, serta untuk acar. Daun mudanya dapat juga dikukus untuk dijadikan lalapan.

Buah dan daunnya juga dapat dijadikan pakan ternak. Kayunya yang berwarna cokelat muda dan mudah mengambang tidak dapat digunakan sebagai kayu pertukangan, tetapi kadang-kadang dapat dibuat perahu.

Secara tradisional kedondong dimanfaatkan untuk obat herbal. Kulit batangnya dapat digunakan untuk pengobatan borok, kulit perih, dan luka bakar.

Buah kedondong juga dimanfaatkan menjadi manisan dan perasa untuk saus, sup, dan semur. Di Fiji manisan kedondong sangat populer, demikian juga selai kedondong.

Di Sri Lanka buah ini direndam dalam cuka dengan cabai dan rempah-rempah lain untuk makanan ringan yang disebut  acharu. Di Vietnam, buah mentah dimakan dengan garam, gula, dan cabai, atau dengan terasi. Di Jamaika, buahnya dapat dimakan dengan garam, atau dibuat menjadi minuman manis yang dibumbui jahe.

Di Trinidad dan Tobago, kedondong dimasak kari, atau menjadi manissn, diasinkan, atau dibumbui dengan saus lada dan rempah-rempah. Di Kamboja, kedondong dibuat menjadi salad disebut nhoam mkak. Di Suriname, buah dikeringkan dan dibuat menjadi chutney pedas, dicampur dengan bawang putih dan paprika.

Khasiat Herbal Kedondong

Dalam setiap 100 gram bagian buah kedondong yang dapat dimakan biasanya mengandung 60-85 gram air, 0,5-0,8 gram protein, 0,3-1,8 gram lemak, 8-10,5 gram sukrosa, dan 0,85- 3,60 gram serat. Daging buahnya merupakan sumber vitamin C dan zat besi, sedangkan buah yang belum matang mengandung pektin sekitar 10 persen. Daun, kulit batang dan kulit akar kedondong juga mengandung saponin, flavonoida, dan tanin.

Departemen Pertanian Sri Lanka merekomendasikan, kedondong untuk diabetes mellitus, gangguan pencernaan, infeksi saluran kemih, hipertensi, dan wasir. Buah ini juga digunakan untuk mengobati luka dan luka bakar, sedangkan daun dan kulit mengobati penyakit lain termasuk disentri, lidah pecah-pecah, dan sariawan. Masyarakat Fiji menggunakan rebusan daun kedondong sebagai obat  sakit mata. Akar diyakini memiliki sifat kontrasepsi.

Tim peneliti Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta, meneliti aktivitas antibakteri ekstrak etanol kulit batang kedondong terhadap bakteri Streptococcus mutans dan Shigella sonnei. Dari hasil penelitian dapat diambil kesimpulan ekstrak etanol kulit batang kedondong mempunyai aktivitas antibakteri terhadap Streptococcus mutans dan Shigella sonnei, tetapi nilai kadar hambat minimumnya belum dapat diketahui.

Tim peneliti dari jurusan biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Surabaya, meneliti  aktivitas antifungi ekstrak daun kedondong dalam menghambat pertumbuhan Aspergillus flavus. Ekstrak daun kedondong memiliki aktivitas antifungi yang dapat menghambat pertumbuhan jamur  Aspergillus flavus yang berguna  sebagai larutan pencucian pada produk pangan agar produk pangan lebih bersih sebelum proses pengeringan.

Tim peneliti Departemen Farmasi, Universitas West East, Aftabnagar, Dhaka, Bangladesh, meneliti antioksidan, antimikroba, sitotoksik, dan properti trombolitik dari buah dan daun kedondong. Hasil penelitian menunjukkan aktivitas antimikroba terhadap berbagai strain, memiliki antioksidan yang signifikan, sitotoksik, dan aktivitas trombolitik.

Editor : Sotyati


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home