Loading...
INSPIRASI
Penulis: Daniel Herry Iswanto 05:45 WIB | Minggu, 28 Juni 2015

Keluarga Berencana: Bahagia dan Sejahtera

Jumlah penduduk Indonesia 2045 diprediksi mencapai 450 juta jiwa.
Foto: Istimewa

SATU HARAPAN.COM – ”Keluarga Berencana sudah waktunya, janganlah diragukan lagi. Keluarga Berencana besar maknanya, untuk hari depan nan jaya. Putra-putri yang sehat cerdas dan kuat, ’kan menjadi harapan bangsa. Ayah ibu bahagia rukun raharja, rumah tangga aman sentosa.” Demikianlah Mars Keluarga Berencana karya Mochtar Embut yang akrab di telinga kita era 1970-1980, namun terasa kurang gaungnya pada abad XXI ini.

Setiap 29 Juni kita merayakan Hari Keluarga Berencana (KB). Menurut UU No 10 1992, Program Keluarga Berencana merupakan program pemerintah dalam meningkatkan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan (PUP), pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga kecil, serta mewujudkan keluarga bahagia dan sejahtera. 

Program pemerintah tentang keluarga berencana 1980-1990-an, melalui pembatasan angka kelahiran, telah berhasil mengendalikan laju pertambahan penduduk, sehingga mampu menahan ledakan penduduk. Namun, sejak lengsernya Pak Harto, program Keluarga Berencana terasa kurang greget. Akibatnya, laju pertumbuhan penduduk Indonesia mengalami peningkatan signifikan.

Ini tampak dari hasil sensus penduduk 2010, jumlah penduduk Indonesia tercatat 237,6 juta jiwa dengan laju pertumbuhan 1,49 persen/tahun. Jika laju pertumbuhan penduduk tetap pada angka tersebut, penduduk Indonesia pada 2045 dikawatirkan mencapai 450 juta jiwa.

Untuk menanggulangi hal tersebut, Badan Pemberdayaan Masyarakat, Perempuan, Keluarga Berencana, dan Ketahanan Pangan Kota Salatiga mengajak para pemimpin Agama, LSM, dan semua pihak untuk meningkatkan dukungan terhadap program kependudukan, KB dan pembangunan keluarga. Perkawinan usia dini haruslah dihindari, terutama menikah karena ”kecelakaan”.  Para remaja diharapkan mampu: 1) melangsungkan jenjang pendidikan terencana, 2) berkarir dalam pekerjaan secara terencana, 3) dan menikah sesuai siklus kesehatan reproduksi.   Lalu, mengatur kelahiran, termasuk mengatur jarak kehamilan.   Hingga setiap keluarga dapat  mewujudkan mimpinya sebagai keluarga berencana yang bahagia, harmonis, dan sejahtera.

Harapannya, setiap keluarga Indonesia benar-benar berjuang, merancang, mau dan mampu menggapai keluarga yang bahagia dan sejahtera. Sehingga Mars karya Mochtar Embut tadi tak tinggal slogan, namun sungguh menjadi kenyataan. Semoga!

 

Editor: ymindrasmoro

Email: inspirasi@satuharapan.com


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home