Kerangka Burung Teror Ditemukan di Pantai Argentina
ARGENTINA, SATUHARAPAN.COM – Kerangka seekor "burung teror" yang ditemukan di pantai Argentina dalam keadaan 90 persen utuh mengisyaratkan bahwa pemangsa dengan paruh besar itu suaranya dalam dan memiliki pendengaran yang bagus untuk suara frekuensi rendah
Penemuan kerangka binatang buas itu paling lengkap, dan merupakan spesies baru.
Para ilmuwan bahkan mampu merekonstruksi bentuk bagian dalam telinganya.
Hal itu memberikan sejumlah petunjuk tentang pendengaran hewan tersebut, yang tampaknya lebih rendah frekuensinya ketimbang burung modern, dan biasa menggunakan suara bernada rendah untuk berkomunikasi.
Temuan itu dilaporkan dalam Journal of Vertebrate Paleontology.
Ahli paleontologi Argentina menemukan kerangka itu di tebing Pantai La Estafeta , tidak jauh dari kota wisata yang terkenal Mar del Plata.
Federico Degrange, salah satu penulis dalam penelitian tersebut, mengatakan gelombang pasang merupakan hambatan berat dalam penemuan kerangka itu.
"Air laut itu sebenarnya dapat menyapu fosil dan menghancurkannya di laut. Ini adalah tempat kerja yang bagus, tetapi harus melakukannya dengan cepat," katanya kepada BBC News pada Jumat (10/4).
Burung Pemangsa Utama di Amerika Selatan
Burung teror atau phorusrhacids adalah burung pemangsa utama di daratan Amerika Selatan pada zamannya, menyusul kepunahan dinosaurus sekitar 65 juta tahun lalu.
Burung yang tak bisa terbang itu tingginya bisa mencapai 3 meter, dengan kakinya yang panjang dan paruh bengkok yang menyeramkan. Penelitian sebelumnya menunjukkan burung ini dapat melumpuhkan mangsanya dengan satu pukulan sebelum kemudian memakan dagingnya.
"Mereka mengembangkan bentuk yang sangat unik, dengan tengkorak sangat besar, paruh besar dengan kait, dan kaki belakang yang panjang," kata Dr Degrange, spesialis burung teror yang bekerja di National University of Cordoba.
"Mereka kehilangan kemampuan terbang dan mengembangkan kemampuan memangsa yang sangat tidak biasa yang tak tidak dimiliki oleh binatang-binatang lain."
Jenis burung terbaru yang ditemukan ini dinamai Llalla Wavis Scaglia (Burung Menakjubkan Scaglia) sesuai dengan nama penulis senior penelitian tersebut yaitu Fernando Scaglia.
Fosil yang ditemukan tingginya sekitar 1,2 meter dan beratnya lebih kurang 18 kg, merupakan burung berukuran sedang di keluarga burung pemangsa.
Burung-burung itu merajalela sekitar 3,5 juta tahun yang lalu.
“Ini berarti mereka mungkin memangsa mamalia atau burung-burung lainnya yang ukurannya lebih kecil dari mereka,” kata Dr Degrange.
Mungkin hal yang paling menarik dari detail fosil itu adalah tengkoraknya, yang memungkinkan para peneliti untuk membuat berbagai taksiran tentang kemampuan-kemampuan sensoriknya dan bahkan suaranya.
"Hal yang paling menarik adalah bahwa kami bisa merekonstruksi bentuk telinga bagian dalam," kata Dr Degrange.
Dibandingkan dengan makhluk hidup lainnya, burung teror seperti Llalla wavis adalah yang paling sensitif terhadap suara-suara bernada rendah.
"Kami bisa mengatakan bahwa burung teror ini memiliki sensitivitas pada frekuensi rendah sehingga tampaknya masuk akal untuk menyebutkan bahwa mereka juga menghasilkan frekuensi rendah suara."
Sekali lagi, dengan membandingkan anatomi mereka dengan burung yang hidup saat ini, Anda mungkin membayangkan bahwa mereka itu seperti burung unta, kata Dr Degrange.
"Tapi pastinya hal itu tidak mungkin."
"Dan mustahil untuk memastikannya."
Editor : Sotyati
Petugas KPK Sidak Rutan Gunakan Detektor Sinyal Ponsel
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Petugas Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menggelar inspeksi mendadak di...