Kisah Kelahiran Yesus “Hilang” dari Natalan Sekolah Inggris
• Diganti kisah kontemporer dengan tokoh superhero. • Mereka merayakan Idul Fitri, Hanukkah, Diwali.
LONDON, SATUHARAPAN.COM – Kisah kekristenan hilang dari drama perayaan Natal di sekolah Inggris. Menurut penelitian, kisah itu diganti “perayaan musim dingin”. Penelitian di kalangan orangtua menunjukkan.
Bahkan di sekolah yang bernapas agama, sekarang lebih memilih versi modern dari kisah Natal—sering menampilkan jalinan cerita rumit penuh liku dan anak-anak yang berpakaian peri punk, alien, Elvis, lobster, spacemen, dan bahkan tempat sampah daur ulang.
Survei dilakukan Netmums.com, situs tentang pengasuhan anak, dimuat pada Selasa (2/12).Kisah Natal bahkan termasuk menceritakan kembali kisah meniru The Apprentice. Lainnya mengatakan anak-anak berpakaian bahan makan siang Natal termasuk wortel, kecambah dan—yang membingungkan—labu.
Hanya sepertiga dari sekolah sekarang yang menceritakan lagi di panggung tentang kisah kelahiran Yesus lengkap dengan Maria dan Yusuf, penginapan-penjaga, gembala dan orang majus, menurut survei tersebut.
Sementara satu dari delapan mengatakan sekolah anak-anak mereka telah menjatuhkan kisah Natal sama sekali ke arah alternatif modern tanpa referensi agama.
Salah satu dari14 sekolah mengatakan sekarang memilih untuk merayakan Natal sepenuhnya secara sekuler dengan judul netral seperti Perayaan Musim Dingin atau Drama Liburan.
Dari mereka yang disurvei juga mengatakan bahwa mereka menggabungkan drama Natal dengan referensi perayaan Idul Fitri dalam Islam, Hanukkah dalam Yahudi, atau perayaan Hindu Diwali.
Survei lebih dari 2.000 orangtua juga menunjukkan bahwa minoritas yang signifikan sekarang secara terbuka mengakui merasa dirugikan bahwa anak mereka tidak pernah berperan sebagai karakter utama seperti Maria atau Yusuf.
Makin Komersial
Dalam penelitian tersebut juga ditunjukkan kostum Natal dari seprai dan handuk—untuk menggambarkan gaun abad pertama di Yudea—menjadi bagian dari masa lalu berkat supermarket dan pengecer online yang menawarkan kostum Natal yang diproduksi secara massal dan murah.
Secara keseluruhan lebih dari sembilan dari 10 responden mengatakan drama Natal di sekolah anak-anak mereka divariasikan dengan versi kontemporer, mencampurkan karakter Alkitab dan tokoh modern dalam perayaan Natal.
Sepertiga responden mengatakan anak-anak mereka masih menyanyikan lagu-lagu tradisional dan himne Natal dalam acara Natal. Seperempat mengatakan menggunakan lagu pop yang sedang tren.
Siobhan Freegard co-pendiri Netmums, mengatakan: “Apakah mereka tahu itu Natal? Di beberapa sekolah, tampaknya tidak.
“Walaupun Inggris adalah masyarakat yang beragam dan multikultural dan itu hak anak belajar tentang semua agama dan budaya, banyak orangtua merasa kisah kelahiran Yesus versi tradisional telah terdesak,” kata Freegard.
“Tampaknya salah untuk membombardir anak-anak dengan pesan komersial tentang hadiah dan Santa tanpa mereka menyadari arti sebenarnya dari perayaan tersebut,” ia melanjutkan.
Studi ini menunjukkan banyak orangtua yang walaupun tidak terlihat religius, menginginkan kisah kelahiran sebagai bagian dari menghibur perayaan Natal dan ingin sekolah mereka merangkul dan merayakannya. Mereka tidak ingin cerita Natal yang mungkin kurang menggema bagi anak-anak.
“Natal adalah tentang perdamaian, penerimaan, dan toleransi, jadi mari kita lihat lebih banyak sekolah menerima kembali tradisi ini.”
Masalah Keamanan?
Penelitian ini juga menyoroti kekhawatiran baru tentang keselamatan dan privasi yang menghinggapi perayaan Natal.
Hanya sebagian kecil (38 persen) mengatakan sekolah memungkinkan orangtua untuk mengambil foto dari drama tersebut. Satu dari enam sekolah melarang kamera sama sekali dan satu dari tujuh sekolah membatasi pengambilan gambar dan meminta orangtua membeli video resmi drama Natal.
Secara signifikan, satu dari tiga sekolah sekarang meminta orangtua untuk menandatangani formulir yang menyatakan mereka tidak akan berbagi gambar-gambar di media sosial.
Setengah dari orangtua mengatakan mereka telah memberikan kostum tetapi kebanyakan sekarang membeli dengan pilihan yang paling populer di supermarket. Selain itu, situs seperti eBay dan Amazon juga sumber umum.
Sementara hampir satu dari 10 orangtua mengatakan sekolah anak mereka kini juga menggelar perayaan untuk Diwali, sementara satu dari 20 merayakan Idul Fitri dan Thanksgiving dan tiga persen sekolah memiliki pertunjukan Hanukkah.
Hanya satu persen mengatakan perayaan tersebut secara aktif dikombinasikan dengan drama Natal. (telegraph.co.uk)
Pancasila Jadi Penengah Konflik Intoleransi
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Akademisi Universitas Gadjah Mada (UGM) Dr. Leonard Chrysostomos Epafras ...