Loading...
EKONOMI
Penulis: Dewasasri M Wardani 11:04 WIB | Selasa, 07 Oktober 2014

Kita Terlena dengan Potensi Sumber Daya Alam

Pembicara dan moderator kegiatan “Temu Nasional: Indonesia Menuju Poros Maritim Dunia” yang diselenggarakan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) Unpad di Bale Santika, Unpad Jatinangor, Senin (6/10). (Foto: unpad.ac.id)

JATINAGOR, SATUHARAPAN.COM -  Laut Indonesia memiliki potensi sumber daya alam melimpah, namun hingga kini potensi tersebut belum dimanfaatkan optimal untuk kemajuan bangsa. Bahkan, masih banyak permasalahan yang belum diselesaikan. Menurut Dekan Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Universitas Hasanuddin Makassar, Prof Dr Ir Jamaluddin Jompa MSc, hal tersebut bisa saja terjadi jika masyarakatnya tidak memajukan sains dan teknologi secara optimal sehingga potensi tersebut tidak berkembang.

“Kita terlena dengan sumber daya alam dengan potensi yang luar biasa. Padahal, bukan itu yang menjadi dasar kemajuan bangsa,” ujar Prof Jamaluddin, saat menjadi salah satu pembicara pada acara “Temu Nasional: Indonesia Menuju Poros Maritim Dunia” yang diselenggarakan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) Universitas Padjadjaran (Unpad) di Bale Santika, Unpad Jatinangor, Senin (6/10).

Selain ProfJamaluddin Jompa, turut hadir menjadi pembicara yaitu Ketua Masyarakat Akuakultur Indonesia Prof Dr Ir Rokhmin Dahuri MS, Direktur Eksekutif Indostrategi Andar Nubowo DEA, dan Dekan Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor Dr Arif Satria SP, MSi.

Acara dimoderatori oleh Dosen FPIK Unpad, Dr Sc agr Yudi Nurul Ihsan.

Lebih lanjut Prof Jamaluddin menuturkan, sumber daya alam hanya berkontribusi 10 persen  terhadap kemajuan suatu bangsa. Faktor yang lebih mendominasi adalah inovasi dan kreativitas, networking, serta teknologi. Dengan demikian, untuk mempersiapkan Indonesia menjadi poros maritim dunia, harus diperhatikan juga kemajuan iptek dan penemuan sejumlah inovasi baru. Perlu adanya revolusi pemikiran, bukan hanya di perguruan tinggi tetapi juga di pemerintahan.

Pembicara lain, Prof Rokhmin memaparkan mengenai potensi dan pemanfaatan ekonomi kelautan. Menurutnya, usaha di sektor-sektor ekonomi kelautan sangat menguntungkan dan menyerap banyak tenaga kerja. Usaha di sektor-sektor ekonomi kelautan juga mengandung local content yang tinggi, dan banyak produknya yang dibutuhkan pasar global, sehingga dapat mengurangi defisit neraca perdagangan dan inflasi.

Lebih lanjut ia menuturkan, dengan memperkuat dan mengembangkan sektor transportasi laut, pelabuhan, dan industri perkapalan nasional, konektivitas kelautan akan secara dramatis membaik. “Biaya logistik akan semakin murah, dari sekarang 24,6 persen Produk Domestik bruto (PDB) menjadi kurang dari 15 persen PDB. Daya saing ekonomi nasional akan meningkat signifikan,” ujar Prof Rokhim, Menteri Kelautan dan Perikanan RI 2001-2004.

Selain itu, perlu juga dikembangkan sumber-sumber pertumbuhan ekonomi baru di wilayah pesisir, pulau kecil, dan perbatasan, sehingga menciptakan Prosperity Belt yang sekaligus berfungsi sebagai Security Belt.  Kedaulatan NKRI pun dapat semakin kokoh.

Prof Rokhim mengatakan, esensi Indonesia sebagai poros maritim dunia adalah Indonesia sebagai negara maritim yang maju, makmur, kuat, dan berdaulat berbasis ekonomi kelautan, hankam, dan budaya maritim. Selain itu, juga menjadi teladan (memimpin) dunia dalam berbagi kemajuan iptek kelautan, ocean governance (tata kelola kelautan), kesejahteraan, keadilan, dan perdamaian dunia. (unpad.ac.id)

Editor : Sotyati


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home