Loading...
INDONESIA
Penulis: Martahan Lumban Gaol 14:28 WIB | Senin, 14 April 2014

Koalisi Parpol Berbasis Islam Berpotensi Curi Kemenangan Pilpres

Said Salahudin, pengamat politik dari Sinergi Masyarakat untuk Demokrasi Indonesia (Sigma). (Foto: Dedy Istanto)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Pengamat politik dari Sinergi Masyarakat untuk Demokrasi Indonesia (Sigma), Said Salahudin, mengatakan koalisi partai politik (parpol) berbasis massa Islam atau koalisi “Parpol Islam Nasionalis” tidak boleh dipandang sebelah mata. Koalisi itu berpeluang mencuri kemenangan dalam Pemilihan Presiden (Pilpres) 9 Juli mendatang.

"Sebab, suara pemilih nasionalis akan terpecah ke Jokowi, Prabowo, atau ARB, sedangkan pemilih dari kalangan Islam relatif akan lebih solid," ujar Said Salahudin di Jakarta, Senin (14/4).

Menurut hasil quick count yang dilakukan Cyrus CSIS, PDIP memimpin perolehan sementara dengan 18,90 persen, di peringkat kedua ada Golkar dengan raihan 14,30 persen, disusul Gerindra tepat di bawahnya yang meraih 11,80 persen. Selanjutnya peringkat keempat, kelima dan keenam diisi Demokrat, PKB, dan PAN, dengan perolehan secara berurutan 9,70 persen, 9,20 persen, dan 7,50 persen.

Kemudian peringkat enam hingga 12 dihuni Nasdem, PKS, PPP, Hanura, PBB, dan PKPI, dengan perolehan secara berurutan 6,90 persen, 6,90 persen, 6,70 persen, 5,40 persen, 1,60 persen, dan 1,10 persen.

Menurut Salahudin, jika koalisi PKB, PAN, PKS, PPP, dan PBB terealisasi, akan merepotkan parpol nasionalis. Peta koalisi yang saat ini terbangun pun bisa menjadi berantakan.

"Katakanlah Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) tetap bisa berkoalisi dengan Nasdem dan mengusung Jokowi, tetapi mereka menjadi tidak mudah mencari pendamping yang bisa mendongkrak Jokowi karena tokoh-tokoh Islam tadi sudah serempak menggelengkan kepala," kata dia.

Hal yang sama juga akan dialami Gerindra dan Golkar. Kedua parpol itu akan mengalami kesulitan untuk mengusung nama Prabowo Subianto dan Abu Rizal Bakrie (ARB) sebagai Capres RI 2014.

"Penentunya kan tinggal Demokrat dan Hanura. Kalau Gerindra hanya berkoalisi dengan Demokrat, mereka tidak memenuhi presidential threshold. Mau tidak mau harus dibantu oleh Hanura. Kalau begitu ceritanya, Golkar juga menjadi tidak bisa mengusung ARB sendirian. Kalau Demokrat atau Hanura ke Golkar, maka Prabowo gagal jadi capres," kata dia.

Sehingga, Gerindra akan berkoalisi dengan Golkar, Demokrat dan Hanura.

Selain itu, ia mengatakan kelompok Nasionalis yang dipelopori oleh PDIP, Gerindra, dan Golkar, akan lebih mengalami kerepotan apabila Demokrat dan Hanura memilih masuk ke dalam koalisi partai berbasis massa Islam untuk membentuk koalisi Islam Nasionalis.

"Kalau itu terjadi, maka Gerinda harus berkoalisi dengan Golkar untuk mengusung ARB-Prabowo atau sebaliknya," tambah Salahudin.

Ia menegaskan jika peta politiknya seperti itu, koalisi parpol berbasis massa Islam atau koalisi “Parpol Islam Nasionalis” tidak bisa dipandang sebelah mata, dan harus diwaspada bagi parpol pengusung capres lainnya.

Aher: Sulit Terwujud

Namun, berbeda dengan pendapat Salahudin, Bakal Calon Presiden RI 2014 dari PKS, Ahmad Heryawan, memprediksi koalisi parpol berlandaskan Islam akan sulit terwujud pada Pilpres 2014.

"Pembicaraan mengenai poros tengah kelihatannya tidak terlalu berkembang. Karena sudah tetuju pada fokus masing-masing kandidat," ucap Ahmad Heryawan, di Bandung, pada Senin (14/4).

Menurut Aher (sapaan akrab Ahmad Heryawan), parpol peserta Pemilu 2014 sudah membentuk fokus koalisi tersendiri, ada PDIP dengan koalisinya, Golkar dengan koalisinya.

"Kalau poros Gerindra dengan koalisinya, mungkin ada poros keempat yakni Partai Demokrat dengan koalisinya. Itu maksimal ya. Atau minimalnya tiga poros kandidat," Aher menambahkan. (Ant)

Editor : Sotyati


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home