Loading...
EKONOMI
Penulis: Martahan Lumban Gaol 11:51 WIB | Senin, 14 April 2014

IHSG dan Nilai Tukar Rupiah Tak Berkaitan dengan Capres

Prof Firmanzah, Guru Besar Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, sekaligus Staf Khusus Presiden Bidang Ekonomi dan Pembangunan. (Foto: Antara)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Staf Khusus Presiden Bidang Ekonomi dan Pembangunan, Prof Firmanzah, menanggapi berbagai pandangan yang menghubungkan penguatan ekonomi di Indonesia akhir-akhir ini dengan tampilnya sosok calon presiden (capres) dari partai tertentu. Dia berpendapat hal tersebut tidak berhubungan sama sekali. Penguatan ekonomi Indonesia merupakan hasil dari kebijakan yang dikeluarkan pemerintah.

“Menguatnya ekonomi Indonesia akhir-akhir ini, seperti penguatan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan nilai tukar rupiah, sama sekali tidak terkait dengan sentimen pelaku pasar terhadap salah satu sosok capres tertentu pada Pemilihan Umum (Pemilu) 2014. Hal itu lebih disebabkan karena semakin kuatnya fundamental ekonomi Indonesia sebagai buah rangkaian paket kebijakan pemerintah,” ucap Prof Firmanzah, seperti dilansir setkab.go.id.

Para pelaku ekonomi merupakan aktor rasional yang senantiasa mendasarkan keputusan cost benefit pada hal-hal fundamental. Menurut Firmanzah, “Karena, ketika fundamental ekonomi suatu negara memburuk, perekayasaan sentimen di pasar tidak akan efektif, misalnya meyakinkan investor untuk berinvestasi baik di pasar modal maupun sektor riil.”

“Khusus di pasar modal dan keuangan, sensitivitas terhadap sentimen relatif tinggi dibandingkan dengan sektor riil. Namun, bila dilihat dalam spektrum lebih panjang, pergerakan kinerja pasar modal dan keuangan akan berjalan searah dengan pergerakan fundamental ekonomi,” tambah Guru Besar Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia itu.

Selanjutnya Firmanzah memberikan contoh, pada semester II tahun 2013, saat isu pengurangan stimulus moneter ke III (quantitative easing III) disampaikan oleh The Fed, kemudian ada ketidakseimbangan antara ekspor impor nasional, membuat sentimen capital outflow meningkat. Hasilnya, IHSG dan nilai tukar rupiah terhadap dolar melemah.

Namun, ketika Indonesia mampu memperbaiki aspek fundamental ekonomi, seperti menjinakkan pergerakan inflasi, membuat surplus neraca perdagangan, meningkatkan cadangan devisa, dan menjaga realisasi pertumbuhan ekonomi pada akhir 2013, terjadi tren positif pada IHSG dan pergerakan nilai tukar rupiah di triwulan I tahun 2014.

“Artinya, meskipun tergoncang dalam jangka pendek, untuk jangka menengah, dan panjang, pasar akan membangun sentimen positif berdasarkan tren penguatan fundamental ekonomi nasional,” Firmanzah menegaskan.

Dia mengakui, pengaruh sebuah peristiwa terhadap gerakan naik turun IHSG dan nilai tukar hanya sesaat, selanjutnya pasar akan kembali melihat hal-hal bersifat fundamental ekonomi.

“Setelah pengumuman hasil quick count, pada Kamis (9/4), IHSG ditutup dengan turun 3,16 persen atau 115,68 poin dan berada pada level 4.765,73. Namun keesokan harinya, saat pembukaan, IHSG menguat, kemudian ditutup kembali menguat 1,07 persen, menjadi 4.816,58. Diperkirakan IHSG akan terus menguat sepanjang minggu ini, bahkan dapat menyentuh level 4.900,” ucapnya

“Terlepas dari sejumlah pendapat pengamat yang mengatakan membaiknya IHSG dan nilai tukar rupiah akhir-akhir ini merupakan dampak seorang capres, kuatnya fundamental ekonomi Indonesia merupakan hal yang tidak dapat dimungkiri sebagai pembuat gerakan tren positif sejak awal tahun 2014 di pasar keuangan,” tutup Firmanzah. (setkab.go.id)

Editor : Sotyati


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home