Loading...
RELIGI
Penulis: Prasasta Widiadi 17:47 WIB | Sabtu, 05 November 2016

Koleksi Museum LAI, Tempayan Tanah Liat Qumran

Dua replika tanah liat yang dahulu dipercaya sebagai tempat ditemukannya gulungan Kitab Laut Mati di Museum Lembaga Alkitab Indonesia. (Foto: Prasasta Widiadi)

SATUHARAPAN.COM – Gua-gua di Qumran ternyata tidak hanya dikenal melalui peninggalan bersejarah berupa gulungan naskah yang menjadi bagian dari sejarah Alkitab, Dead Sea Scroll, atau yang dikenal masyarakat dengan Gulungan Naskah Laut Mati.

Pembicaraan tentang Dead Sea Scroll atau Gulungan Naskah Laut Mati tidak dapat dipisahkan dari benda-benda yang ada di sekeliling gua tersebut, seperti tembikar, tempayan, maupun berbagai kerajinan lain yang berasal dari tanah liat.

Di museum Alkitab yang terletak di lantai dua gedung Lembaga Alkitab Indonesia (LAI) terdapat dua replika tempayan terbuat dari tanah liat yang diletakkan di sebelah Gulungan Naskah Laut Mati yang dibuka setengah bagian. Dua replika tanah liat tersebut memiliki ukuran tinggi berbeda, karena ada satu replika tempayan yang memiliki tinggi seukuran plastik tempat sampah yang biasa terdapat di berbagai rumah tangga. Sementara itu tanah liat yang lain berukuran lebih tinggi karena ukurannya yang menyerupai tabung gas elpiji.

Replika tempayan yang setinggi tempat sampah rumah tangga tampak memiliki dua pegangan di bagian pinggir yang letaknya berjauhan. Replika tempayan tanah liat tersebut berwarna cokelat, namun bagian tutup berwarna lebih terang. Warna di sekitar pegangan tempayan mulai tampak pudar. Di bagian tengah, berwarna sedikit gelap.

Replika tempayan yang berukuran lebih tinggi memiliki ciri hampir sama, hanya tidak memiliki pegangan.         

Mengutip situs berita jw.org, tempayan atau disebut juga buyung, atau buli-buli, adalah sebuah bejana berbentuk tabung yang memiliki satu, dua, bahkan empat telinga (pegangan untuk tangan), terbuat dari tanah liat (seperti terdapat dalam Ratapan 4:2) atau kadang-kadang dari batu (seperti terdapat di Yohanes 2:6).

Tempayan besar yang terdapat pada zaman kerajaan Yehuda dan Israel mungkin tingginya kira-kira 65 cm dan berdiameter kira-kira 40 cm. Beberapa tempayan mempunyai cerat, yakni corong kecil untuk menuang cairan.

Tempayan digunakan menaruh makanan atau minuman, seperti yang tertuang dalam 2 Raja pasal 4. Dalam kutipan perikop Alkitab tersebut tempayan digunakan sebagai tempat minyak oleh perempuan yang berniat meminjam uang kepada Nabi Elisa. Tempayan yang berukuran lebih besar digunakan menaruh anggur seperti terdapat dalam 1 Samuel 10:3,  1 Samuel 25:18, 2 Samuel 16:1, dan Yeremia 13:12.

Tempayan juga digunakan untuk menyimpan bahan makanan yang kering, seperti tepung, seperti tertuang dalam 1 Raja-raja 17:12 yang mengisahkan janda tua dari Sarfat yang mengumpulkan kayu kering. Elia meminta air kepada janda tersebut, kebetulan janda tersebut menyimpan makanan dan minuman dalam tempayan.

Kadang-kadang dokumen, termasuk akta pembelian, disimpan dalam tempayan atau bejana tanah liat supaya aman, seperti dapat dibaca dalam Yeremia 32:13-15. Sejumlah manuskrip kuno terpelihara dengan cara itu, seperti dalam tempayan-tempayan di daerah Qumran dekat Laut Mati, dan di antara manuskrip-manuskrip tersebut terdapat Gulungan Laut Mati yang terkenal.

Editor : Sotyati


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home