Kolombia Capai Perdamaian dengan Pemberontak FARC
HAVANA, SATUHARAPAN.COM - Pemerintah Kolombia dan pemberontak FARC (Revolutionary Armed Forces of Colombia) mencapai kesepakatan damai akhir pada hari Rabu (24/8) di Havana, Kuba.
Kesepakatan ini mengakhiri perang gerilya selama 50 tahun dan salah satu konflik terpanjang di dunia yang membawa Kolombia yang kaya sumber daya menuju jurang sebagai negara gagal.
Dalam pernyataan bersama, seperti dilaporkan media Kolombia, Colombia Reports, kedua belah pihak mencapai kesepakatan untuk mengakhiri konflik dan membangun perdamaian yang stabil. Pernyataan itu dibacakan oleh wakilan dari Kuba dan Norwegia sebagai mediator dalam pembicaraan damai.
Perjanjian bersejarah itu akan membawa proses demobilisasi Angkatan Bersenjata FARC, kelompok pemberontak yang didanai oleh bisnis kokain dalam perang melawan pemerintah. Perang selama setengah abad sejak 1964 itu menewaskan sedikitnya 265.000 orang. Puluhan ribu orang hilang dan jutaan melarikan diri dari rumah mereka karena kekerasan.
Kesepakatan damai itu sempat ditentang oleh dua mantan presiden Kolombia. Kesepakatan itu harus diratifikasi dalam pemungutan suara yang akan berlangsung pada tanggal 2 Oktober, menurut Presiden Juan manuel Santos. Dan jajak pendapat menunjukkan rakyat Kolombia kemungkinan akan mendukung kesepakatan.
Presiden Amerika Serikat, Barack Obama, berbicara melalui telepon dengan Presiden Kolombia, Juan Manuel Santos, untuk mengucapkan selamat atas kesepakatan damai mengakhiri perang gerilya 50 tahun antara negara itu dengan pemberontak FARC, kata pernyataan Gedung Putih.
Presiden mengakui sebagai hari bersejarah dan akan menjadi proses panjang untuk melaksanakan perjanjian perdamaian yang adil dan abadi untuk memajukan keamanan dan kemakmuran bagi rakyat Kolombia, kata Gedung Putih dalam sebuah pernyataan.
Kedua belah pihak bekerja dalam beberapa pekan terakhir untuk menyelesaikan rincian terakhir kesepakatan. Rincian awal antara lain menunjukkan komitmen pemerintah untuk melaksanakan reformasi secara radikal, merombak strategi anti-narkotika. Namun teks akhir kesepakatan belum dipublikasikan.
Negosiasi perdamaian pemerintah dengan FARC dimulai pada November 2012, tetapi terhalang oleh ketidakpercayaan pada kedua sisi. Terobosan dilakukan pada September lalu, ketika Presiden Santos pergi ke Havana untuk menyusun kerangka kerja penyelidikan kekejaman, hukuman bagi gerilyawan yang terlibat kekejaman, dan menawarkan kompensasi kepada para korban.
RI Evakuasi 40 WNI dari Lebanon via Darat
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Republik Indonesia mengevakuasi 40 Warga ...