Laporan: ISIS dan Rezim Suriah Gunakan Senjata Kimia
SATUHARAPAN.COM - Sebuah laporan yang disponsori Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) yang diterbitkan akhir bulan ini menunjukkan rezim Suriah dan kelompok teror Negara Islam Irak dan Suriah NIIS atau ISIS) bertanggung jawab atas beberapa serangan menggunakan senjata kimia.
Duta Besar Amerika Serikat untuk PBB, Samantha Power, hari Rabu (24/8) mengatakanbahwa laporan itu menganalisis sembilan kasus penggunaan senjata kimia.
Laporan itu disusun oleh Joint Investigative Mechanism (JIM / Mekanisme Investigasi Bersama) dari Organization for the Prohibition of Chemical Weapons (OPCW / Organisasi untuk Pelarangan Senjata Kimia), kata Deputi Tetap Wakil Prancis untuk PBB, Alexis Lamek, sehari sebelumnya.
Laporan itu menyimpulkan adanya satu kasus penggunaan gas mustard oleh Daesh, sebutan ISIS dalam bahasa Arab, dan dalam dua kasus penggunaan klorin yang dimodifikasi oleh rezim Suriah."
Kasus-kasus itu "mengerikan" dan "penghinaan terhadap abad upaya untuk menciptakan dan menegakkan norma internasional terhadap penggunaan senjata kimia", katanya.
Dewan Keamanan diharapkan untuk mempertimbangkan laporan tersebut setelah diumumkan, menurut sebuah pernyataan PBB.
Tindakan DK PBB
JIM dibentuk pada bulan Agustus sesuai resolusi Dewan Keamanan PBB Non 2235 dalam menanggapi laporan serangan menggunakan kimia dalam perang di Suriah. Tim itu bekerja penuh pada November dan dinyampaikan laporan pertamanya pada bulan Februari.
Laporan ini jelas menyatakan bahwa rezim Suriah dan Daesh telah melakukan serangan dengan senjata kimia di Suriah. Dewan Keamanan PBB diharapkan mengambil tindakan, dan telah memiliki semua elemen untuk bertindak.
Pada pemberitaan sebelumnya, laporan serangan dengan senjata kimia terhadap penduduk sipil dan pejuang oposisi terus disampaikan sejak Agustus 2013, dan menewaskan lebih dari 1.400 orang di Ghouta Timur, dekat ibu kota, Damaskus.
Jaringan Suriah untuk Hak Asasi Manusia juga mengatakan mendokumentasikan 139 serangan senjata kimia sejak September 2013, ketika Dewan Keamanan mengeluarkan resolusi 2118 untuk pembongkaran gudang senjata kimia di Suriah. "Sebagian dari 136 serangan itu dilakukan oleh rezim Suriah," kata kelompok yang berbasis di London.
Namun Daesh juga dilaporkan melakukan tiga serangan dengan senjata kimia di Suriah sejak 2013. Menurut kelompok itu, sekitar 88 orang telah tewas dalam serangan senjata kimia di Suriah sejak 2013, termasuk 45 pejuang oposisi dan 36 warga sipil. Serangan dengan senjata kimia tercatat di Provinsi Idlib, Provinsi Rif Dimashq dan Provinsi Hama.
Kantor berita Turki, Anadolu, pada 2014 menerbitkan gambar serangan di Ghouta. Laporan video menunjukkan adanya jenazah perempuan dan anak-anak di lokasi kejadian, dan para dokter yang berusaha menolong korban yang terkena serangan gas kimia.
Perang di Suriah yang berlangsung hampir enam tahun telah menyebabkan lebih dari 10 juta warga Suriah mengungsi, menurut catatan PBB. Perang meletus pada 2011 setelah Presiden Bashar Al-Assad menanggapi demonstrasi dengan kekuatan militer. Korban meninggal dalam perang itu diperkirakan lebih dari 470.000 orang.
Editor : Sabar Subekti
Kenang Ayahnya, Anak-anak Maradona Dirikan Yayasan
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Anak-anak legenda sepak bola Diego Maradona mendirikan yayasan untuk meng...