Loading...
HAM
Penulis: Yan Chrisna Dwi Atmaja 19:53 WIB | Rabu, 03 Desember 2014

Korban Perbudakan Modern Tercatat 21 Juta Jiwa

Anak-anak bekerja mengumpulkan batu dan pasir di Jaflong, Sylhet Bangladesh. (Foto: un.org)
JENEWA, SATUHARAPAN.COM - Laporan terbaru dari badan PBB yang mengurusi masalah buruh menyatakan bahwa hingga hari ini puluhan juta jiwa di seluruh dunia masih terjebak dalam perbudakan.
 
Organisasi Buruh Internasional PBB (International Labour Organization /ILO) pada Selasa (2/12) mengeluarkan laporan terbaru dalam rangka menyambut Hari Penghapusan Perbudakan Internasional yang mengatakan sebanyak 21 juta jiwa termasuk anak-anak masih menjadi korban perbudakan di era modern sekarang ini.
 
Dalam pesannya menyambut Hari Penghapusan Perbudakan yang dirayakan setiap tanggal 2 Desember, Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon menyerukan kepada seluruh pemimpin dunia, perusahaan-perusahaan dan masyarakat untuk secara bersama-sama "meninggalkan praktik barbar" seperti perdagangan manusia, eksploitasi seksual, memperkerjakan anak di bawah umur, kawin paksa, dan melibatkan anak-anak dalam konflik bersenjata.
 
"Setiap hari, perempuan diperdagangkan, dijual dan terkunci di rumah bordil. Setiap hari, gadis-gadis muda dipaksa menikah, mendapat pelecehan seksual atau dieksploitasi sebagai pekerja rumah tangga," kata Ban Ki-moon.
 
"Banyak pria terpisah dari keluarga mereka, terkunci di pabrik-pabrik rahasia, terpaksa bekerja dalam belenggu upah yang diabaikan yang menjadikan mereka kesulitan membayar hutang," tambah Sekjen PBB.
 
Hari Penghapusan Perbudakan Internasional diperingati setiap 2 Desember setelah Majelis Umum PBB pada 2 Desember 1949 mengeluarkan Konvensi PBB dalam hal Pemberantasan Perdagangan Manusia dan Eksploitasi Prostitusi.
 
Guy Ryder, Direktur Jenderal ILO menegaskan bahwa semua pihak di seluruh dunia perlu mengatasi perbudakan modern yang dianggap sebagai bisnis besar itu.
 
"Kita perlu mengatasi akar penyebab sosial-ekonomi perbudakan modern, seperti sistem tradisional sewa tanah, serta sumber tenaga kerja yang tidak diatur dan praktik perekrutan," kata Guy Ryder, Direktur Jenderal ILO.
 
"Kita perlu meningkatkan kurangnya akses terhadap pendidikan dan keterampilan bagi orang-orang yang hidup dalam kemiskinan dan mengalami diskriminasi. Kita harus melawan penindasan pekerja yang berusaha untuk bergabung dengan serikat buruh. Dan kita harus memastikan penegakan hukum yang lebih kuat untuk menghentikan perdagangan manusia, "tambahnya.
 
ILO memperkirakan dari hasil bisnis perbudakan modern ini telah menghasilkan keuntungan ilegal sebesar 150 miliar dolar AS per tahunnya. Sekitar dua pertiga keuntungan tersebut berasal dari mengeksploitasi perempuan dan anak-anak yang pekerjakan di industri seks dan hiburan. Sedangkan sisanya dari kerja paksa di bidang pertanian, konstruksi, manufaktur, pertambangan, pekerjaan rumah tangga dan sektor lainnya.
 
Guy Ryder meminta kepada negara-negara untuk meratifikasi hukum baru ILO tentang kerja paksa seperti yang tertuang dalam Protokol 2014 untuk Konvensi Kerja Paksa, 1930 (No. 29). Protokol 2014 tersebut memberikan bimbingan dan perlindungan dalam pemberantasan praktik kerja paksa, perdagangan manusia dan perbudakan. (un.org)

BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home