Loading...
INDONESIA
Penulis: Febriana Dyah Hardiyanti 20:15 WIB | Sabtu, 13 Februari 2016

KPK Disambangi Sineas Film "Pacarku Anak Koruptor"

KPK Disambangi Sineas Film "Pacarku Anak Koruptor" (Foto: Febriana DH)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), hari Jumat (12/2), mendapat kunjungan dari para sineas yang memperkenalkan film drama musikal yang berjudul “Pacarku Anak Koruptor” (PAK) besutan sineas, Sys NS, kepada pimpinan KPK. Film garapan Sys itu menggandeng beberapa sineas senior hingga sineas pendatang baru Indonesia, diantaranya adalah Sabda Ahessa, Jessica Mila, Ray Sahetapy, Ratna Listy, Jajang C Noer, Anwar Fuady, dan lain-lain.

Selain bertemu dengan pimpinan KPK, kedatangan para pemain film PAK ke KPK adalah untuk mengambil adegan terakhir sebelum film diputar di bioskop pada tanggal 4 Mei 2016.

Diungkapkan oleh Sys, film PAK berangkat dari kegelisahan praktik korupsi di Indonesia. "Film PAK berbau romansa berpadu dengan nuansa politik-hukum dan dikemas secara unik," katanya.

“Ada beberapa adegan setelah berdialog lalu saya harus lip sinc, nyanyi, dan koreografi. Ini sebuah tantangan baru buat saya,” ujar Jessica Mila, pemeran utama dalam film PAK.

Jessica berperan sebagai seorang koordinator sebuah organisasi bernama Gerakan Anti Narkoba dan Korupsi (GANK) bernama Sayanda. Sayanda dalam film PAK digambarkan sebagai sosok perempuan muda yang sangat nasionalis dan peduli terhadap teman-temannya yang tergabung dalam geng-geng yang bernama Blujin Belel, Selendank, dan Cepak Ngehe. Selain menggunakan narkoba, anak-anak geng itu juga mempunyai hobi bertaruh lewat adu balap liar di jalan raya. Namun, Sayanda tak pernah bosan mendekati mereka agar menjauhi hal-hal negatif.

Selain sebagai aktivis, Sayanda juga sebagai demonstran yang selalu menyerang si koruptor kelas kakap bernama Marukh Bangetan yang diperankan oleh Ray Sahetapy. Sayanda dibuat pusing lantaran dia mencintai anak semata wayang Maruk Bangetan, Gerhana. Hubungan mereka ditentang oleh Marukh.

“Film ini dapat memotivasi dan menginspirasi bagi siapapun yang menontonnya karena mengandung banyak nilai moral, jadi tidak sekedar sebuah hiburan. Saya sangat bersyukur dapat berperan dalam film ini,” ujar Jessica.

Ketika ditanya awak media mengenai tantangan yang dihadapi dalam perannya sebagai Sayanda, Jessica mengatakan tantangan berperan sebagai ketua aktivis adalah bagaimana agar dapat memberikan gambaran sebagai orang yang benar-benar cinta kepada negerinya, ingin negerinya menjadi lebih baik lagi, ingin masyarakat lebih damai, dan mengungkap kebenaran, walaupun sangat cinta dengan kekasihnya yang adalah anak dari seorang koruptor.

“Keunikan tokoh Sayanda karena memiliki karakter yang kuat, yaitu sangat cinta kepada negerinya dan pasangannya, seimbang,” katanya.

Di dalam film, Jessica bercerita bahwa ia sampai melakukan demo seorang diri di pengadilan, dikatakan olehnya juga bahwa itu menunjukkan bahwa ada kemarahan dalam diri Sayanda yang begitu mendalam karena ulah koruptor.

Menurutnya, koruptor telah membuat banyak orang melarat dan menderita, bahkan orang yang sudah susah semakin susah karena satu orang yang sibuk memperkaya dirinya sendiri.

Aktor kawakan, Ray Sahetapi, yang berperan sebagai Marukh Bangetan, sang koruptor, menghalalkan beragam cara buat menggendutkan kantongnya. Ia mendekati pejabat negara dan anggota parlemen untuk memainkan proyek. Cara lain juga digencarkan Marukh agar DPR menyetujui revisi UU KPK, termasuk dengan menyuplai uang pelicin.

"Dia bisa putar uang jadi apapun. Dia koruptor terhebat dan kurang membahagiakan orang banyak, hanya membahagiakan dirinya dan keluarganya," kata Ray.

Dalam film tersebut, Gerhana, yang diperankan Sabda Ahessa, mulanya tidak tahu ayahnya adalah koruptor. Ia menjalani kehidupan layaknya anak muda lain, termasuk dalam urusan percintaan.


Ray Sahetapy saat ditanya mengenai apa yang ingin disampaikan film ini mengatakan tidak akan mungkin sebuah bangsa yang korup akan menjadi bangsa yang besar, ini yang akan kita sampaikan melalui film ini.

Menurutnya, film tersebut, secara intrinsik, mengungkapkan miniatur keterpurukan bangsa Indonesia yang terjerat dalam budaya korupsi.

“Sudah cukup lama ada korupsi di Indonesia, tapi semakin ke sini semakin teratasi dengan baik semenjak adanya KPK. Film ini juga membantu KPK dalam memberantas korupsi di negera ini. Ada beberapa dialog yang menunjukkan harapan dari masyarakat luas tentang bagaimana peran KPK di negeri ini. Dialog dalam film ini tidak sekedar dialog, tapi dapat menjadi pengetahuan bagi masyarakat,” ucap Jessica.

Film PAK merupakan film yang diangkat dari sudut pandang masyarakat luas, aktivis, dan keluarga dalam melihat kasus korupsi.

“Dilema yang besar bagi anak-anak Indonesia yang orang tuanya tersandung kasus korupsi, menjadi pelajaran penting bagi mereka untuk berlapang dada dan tetap mengungkap kebenaran.

Jessica mengungkapkan proses persiapan dirinya dalam film ini tanpa ada proses reading dan pendalaman karakter karena dilakukan dalam waktu yang singkat.

“Tidak sempat ada proses reading dan pendalaman karakter. Semua itu dilakukan di lokasi shooting,” kata Jessica.

Film PAK digarap selama 16 hari di Jakarta dan Bogor.

Editor : Eben E. Siadari


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home