Loading...
DUNIA
Penulis: Sabar Subekti 18:02 WIB | Rabu, 16 Juli 2014

Lanjutkan Serangan, Israel Peringatkan Warga Gaza untuk Mengungsi

Foto yang diambil dari perbatasan Gaza-Israel menunjukkan asap mengepul dari wilayah Jalur Gaza setelah serangan udara Israel pada Rabu (16/7). Serangan udara dan tank Israel terbaru di Gaza dan serangan roket dari Hamas terjadi setelah gencatan senjata yang diusulkan mesir gagal dicapai. (Foto: AFP)

TEL AVIB, SATUHARAPAN.COM - Israel mendesak sekitar 100.000 warga Gaza untuk meninggalkan rumah mereka pada hari Rabu (16/7), memperingatkan akan serangan militer intensif yang berlanjut ke Gaza.

Sejauh ini, serangan Israel telah membunuh 208 warga Palestina, dan sebuah kelompok hak asasi yang berbasis di Gaza mengatakan lebih dari 80 persen korban adalah warga sipil. Sementara itu,  militan Hamas telah menembakkan lebih dari 1.200 roket ke Israel, yang pada hari Selasa mengklaim membunuh seorang warga Israel.

Hari Selasa malam, pesawat tempur menyerang sekitar 40 lokasi di seluruh Gaza, di antaranya  menarget pimpinan politik Hamas.

Angkatan udara Israel menjatuhkan selebaran yang memperingatkan sekitar 100.000 warga Palestina di timur laut Jalur Gaza untuk meninggalkan rumah mereka pada pukul 05.00 GMT(atau pukul 12.00 WIB), sebelum meluncurkan serangan yang membunuh sedikitnya tiga orang di Khan Yunis di wilayah selatan.

Selebaran itu mengancam "serangan udara terhadap situs teror dan yang bekerja sama" di Zeitun dan Shejaiya, dua distrik di timur Kota Gaza yang menjadi sumber utama "tembakan roket".

Sebuah pesan yang sama dikirim ke warga di Beit Lahiya di bagianutara, menyampaikan peringatan yang dikirim oleh tentara pada hari Minggu (13/7). Hal itu menyebabkan lebih dari 17.000 penduduk dari utara melarikan diri untuk menyelamatkan hidup mereka, kebanyakan mencari perlindungan di sekolah yang dikelola PBB.

Selebaran (flyers) itu  terlihat jatuh di Zeitun, dan penduduk di tempat lain juga melaporkan menerima pesan telepon dan mencatat pesan teks mendesak mereka untuk mengungsi dan tidak kembali sampai pemberitahuan lebih lanjut.

Namun peringatan itu tidak menimbulkan efek apapun secara langsung, dan hanya beberapa orang yang meninggalkan rumah mereka. Anak-anak terlihat mengambil selebaran dan menjadikannya  maninan, serta beberapa merobeknya  dan hamburan potongan-potongan ke udara.

"Mereka menjatuhkan kertas selebaran itu dari pesawat memberitahu orang-orang untuk pergi. Ke mana kami harus pergi?" tanya Faisal Hassan, yang tinggal di Zeitun.

"Saya tidak akan meninggalkan rumah saya, apapun yang terjadi. Aku punya lima anak, kami tidak memiliki makanan, kami tidak memiliki gaji. Kami tinggal di sini di bawah kemurahan Tuhan."

Sementara pihak Hamas mendesak warga untuk mengabaikan peringatan itu. "Tidak perlu khawatir tentang (peringatan) ini, atau berurusan dengan mereka. Jangan menanggapi mereka dengan cara apapun," kata pesan itu. "Ini adalah bagian dari perang psikologis yang dimaksudkan untuk mengganggu (situasi) domestik."

Memperluas Serangan

Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, telah bersumpah bahwa tentaranya akan "memperluas dan mengintensifkan" operasinya setelah Hamas menolak proposal gencatan senjata yang diajukan Mesir, dan menembakkan puluhan roket melintasi perbatasan, meskipun tentara siap menembakkan senjata untuk enam jam.

"Ini akan lebih baik diselesaikan secara diplomatis ... tapi Hamas membuat kita tidak punya pilihan selain untuk memperluas dan mengintensifkan serangan melawan itu," kata dia.

Meskipun Israel masih lebih suka gencatan senjata daripada operasi darat, kabinet keamanan Israel yang bertemu Selasa malam untuk membahas kemungkinan dilakukan operasi darat terbatas, kata radio militer Israel melaporkan.

Kabinet menyetujui rencana untuk menghancurkan jaringan terowongan yang digunakan oleh militan Hamas yang terlibat dari asal serangan roket, kata radio tersebut.

Pertemuan juga membahas kemungkinan serangan terbatas di darat namun tidak akan melibatkan penyusupan memasuki kota dan desa-desa, dan Israel terus membangun kekuatan militernya di sepanjang perbatasan.

Pertemuan di Kairo

Presiden Palestina, Mahmoud  Abbas, dijadwalkan tiba di Kairo pada hari Rabu (16/7) malam di mana dia diharapkan bertemu pejabat Mesir untuk upaya gencatan senjata. Abbas juga akan ke Turki sehari kemudian, kata para pejabat.

Hamas menjelaskan penolakannya terhadap upaya Kairo menyepakati gencatan senjata dengan mengatakan  bahwa mereka tidak dimasukkan dalam diskusi, dan dengan demikian tidak berkewajiban untuk hadir.

Namun, Mussa Abu Marzuq, anggota senior politburo gerakan di pengasingan, mengatakan bahwa Hamas  masih mungkin masuk dalam diskusi tentang gencatan senjata.

Dalam sambutannya pada Selasa malam, Netanyahu menyerang balik kritik yang dilontarkan terhadapnya dari dalam negeri tentang keputusannya untuk menerima proposal Mesir. Tidak lama kemudian dia memecat wakil menteri pertahanan. (AFP)


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home