Loading...
DUNIA
Penulis: Eben Ezer Siadari 17:09 WIB | Jumat, 13 Februari 2015

Larangan Merayakan Valentine di India Jadi Bahan Tertawaan

Sebuah gambar dari video parodi perihal larangan merayakan Hari Valentine di India (Foto: Youtube)

NEW DELHI, SATUHARAPAN.COM - Setiap tahun balon berbentuk hati meramaikan jalanan di kota-kota metropolitan, seiring dengan tibanya Hari Valentine. Namun di India, hal itu telah mendatangkan penolakan keras dari kelompok minoritas yang vokal dan agresif.

Bentuk penolakan itu diekspresikan dengan berbagai aksi. Mulai dari vandalisme (diantaranya memecahkan jendela restoran dan menjungkar-balikkan meja), menetapkan peraturan moral, perintah untuk melarang perayaan, hingga ancaman kekerasan terhadap pasangan yang mempertunjukkan kasih sayangnya di depan umum.

Tahun ini yang paling menonjol adalah penolakan dari Hindu Mahasabha. Kelompok sayap kanan ekstrem ini mengancam akan menikahkan siapa saja yang saling mendeklarasikan cintanya di Hari Valentine, apakah itu dinyatakan secara langsung atau melalui media sosial (medsos).

Menurut The Washington Post, presiden organisasi tersebut, Chandra Prakash Kaushik, mengatakan bahwa kelompoknya akan memonitor situs medsos. Ketika mereka melihat pasangan yang saling menyatakan cinta, mereka akan memerintahkan mereka untuk menikah. Jika pasangan itu tidak mau, mereka berencana  menghubungi orang tua mereka - terutama mereka yang aktif online.

"Dan meminta orang tua tersebut menikahkan anak-anak mereka jika memang saling mencintai," demikian pernyataan Hindu Mahasabha.

Banyak orang yang tidak menanggapi serius larangan ini. Bahkan tidak sedikit yang menjadikannya bahan tertawaan seraya menantang apakah kelompok Hindu Mahasabha serius akan menikahkan mereka yang merayakan Hari Valentine. Video komedi untuk memparodikan larangan itu pun banyak menyebar, diantaranya oleh East India Comedy.

"Saya ingin gaya pernikahan Hindu dengan banyak ikan karena saya seorang Bengali dan saya tidak bisa hidup tanpanya," kata Shibayan Raha, seorang aktivis.

Raha mengatakan ia berencana untuk menguji klaim Mahasabha yang menyatakan orang yang berpegangan tangan di depan umum akan dipaksa menikah.

"Saya ingin melihat apa tindakan mereka terhadap kami yang berpegangan tangan dan saling menyatakan cinta satu sama lain," kata Raha. Dia berencana akan melakukannya bersama dengan teman-temannya, tiga diantara pria, satu perempuan.

Raha tidak sendirian. Ada juga pasangan homoseksual yang justru ingin memanfaatkan kesempatan ini untuk dapat dinikahkan.

 “Saya dan pacar sangat gembira akhirnya mendapat kesempatan menikah, sebab Mahasabha akan mengakui cinta kami,” kata seorang pria berusia 25 tahun yang tidak mau disebutkan namanya, seperti dilansir oleh scroll.in.

“Orang tua kami tidak pernah mau menyetujui pernikahan kami, sekarang kami ada harapan."

Mereka yang berada di luar New Delhi juga ikut-ikutan menantang ancaman Mahasabha. "Ada yang tahu dimana harus berkencan dengan pacar saya di kota Mumbai sehingga kami dapat dinikahkan? Saya merencanakan pernikahan yang berbiaya rendah," kata Abhishek Singh.

Melalui akun facebooknya, Aritra Mukherjee bertanya-tanya apakah dia bisa mendapatkan pernikahan Gereja Kristen karena pacarnya menginginkannya. "Aku akan datang mengenakan tuksedo dan dia ingin mengenakan gaun," katanya.

Lebih lanjut ia menambahkan bahwa ia tidak benar-benar menginginkan menikah tetapi ingin memberikan pelajaran kepada kelompok agresif tersebut. "Kelompok-kelompok ini telah menjadi wali perilaku kita dan satu-satunya cara untuk membungkam mereka adalah dengan menantang mereka," kata dia.

Suparn Verma dengan akun twitter @Suparn secara bercanda mengatakan Hindu Mahasabha pasti merupakan organisasi paling kaya di dunia. Sebab apabila mereka bertanggung-jawab terhadap ancamannya, mereka harus menyediakan banyak uang untuk menikahkan pasangan India. Sebab, rata-rata biaya pernikahan di India adalah 7,5 lakhs. Dan jutaan pernikahan akan terjadi pada hari Valentine, apabila niat mereka itu direalisasikan.

Editor : Eben Ezer Siadari


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home