Loading...
SAINS
Penulis: Dewasasri M Wardani 09:06 WIB | Jumat, 20 Januari 2017

Lebih dari Setengah Primata di Dunia Hadapi Kepunahan

Ilustrasi: Primata-primata di luar manusia yang menghadapi kepunahan. (Foto: voaindonesia.com)

CHICAGO, SATUHARAPAN.COM - Riset baru menunjukkan bahwa hampir semua primata di dunia berisiko dan lebih dari setengahnya menghadapi bahaya kepunahan.

Ketika profesor antropologi dari University of Illinois, ​Paul Garber, akan melakukan kajian komprehensif mengenai status primata nonmanusia di dunia, ia yakin masih ada harapan. Namun, harapan itu telah sirna. Sekarang, ia mengatakan, "Setelah mengerjakan artikel ini, kenyataan membuat harapan saya kecil."

Dipublikasikan Rabu (18/1) di jurnal ​Science Advances seperti yang dikutip dari voaindonesia.com, riset Garber menunjukkan bahwa saat ini "lebih dari setengah dari primata nonmanusia sedang mendekati kepunahan."

Penyebabnya tidak hanya satu, katanya, tapi gabungan ancaman-ancaman dari manusia yang mencakup "perburuan, perdagangan hewan ilegal dan hilangnya habitat karena manusia terus menebang hutan-hutan tropis, membangun jalan dan menambang" dengan cara yang menurut Garber "secara tidak perlu destruktif dan tidak berkelanjutan".

Tepatnya, ia mengatakan, "60 persen spesies primata sekarang diancam kepunahan dan sekitar 75 persen menghadapi penurunan populasi."

Primata adalah kelompok yang beragam, diperkirakan mencakup 600 spesies yang berbeda, mulai dari ​tikus lemur yang mungil dan hidup di Madagaskar (lemur dewasa berbobot sekitar 31 gram) sampai gorila, spesies primata terbesar yang dapat berbobot sampai 250 kilogram.

Namun, ada satu kesamaannya yakni ancaman dari aktivitas manusia. "Tidak ada yang dapat menyanggah bahwa kepunahan massal primata nonmanusia dan fauna serta flora lain terjadi secara alami. Secara kolektif, manusia menciptakan situasi ini," kata Garber.

Masalahnya, katanya diperburuk oleh fakta bahwa lebih dari setengah spesies primata berkumpul di empat negara: Brasil, Indonesia, Madagaskar, dan Republik Demokratik Kongo.

Ia mengatakan, masing-masing negara ini berupaya membantu melindungi primata-primata ini di wilayah-wilayah mereka, "namun sering kali tidak ada apakah itu dana, dukungan komunitas, atau keahlian di dalam negeri untuk mengatasi masalah-masalah konservasi mereka."

​Garber mengatakan, satu-satunya cara untuk menyelamatkan spesies-spesies ini adalah negara-negara di seluruh dunia bekerja sama untuk membantu, bukannya bergantung pada aksi masing-masing negara.

"Tanpa bantuan negara-negara konsumen dan organisasi-organisasi internasional dan dengan korporasi-korporasi multinasional yang mengekstraksi sumber-sumber daya dari negara tersebut, kita ada di ambang kepunahan puluhan spesies primata dalam dekade berikut," kata Garber, memperingatkan. 

Editor : Sotyati


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home