Loading...
FOTO
Penulis: Tunggul Tauladan 07:06 WIB | Kamis, 13 Februari 2014

Lecutan Cambuk Paku Alam IX Tandai Pembukaan Pekan Budaya Tionghoa Yogyakarta

Lecutan Cambuk Paku Alam IX Tandai Pembukaan Pekan Budaya Tionghoa Yogyakarta
Sri Paduka Paku Alam IX melecut cambuk sebagai tanda pembukaan PBTY ke-9 pada Senin (10/2). (Foto-foto: Tunggul Tauladan)
Lecutan Cambuk Paku Alam IX Tandai Pembukaan Pekan Budaya Tionghoa Yogyakarta
Ketua Panitia PBTY ke-9, Ana Haryadi Suyuti.
Lecutan Cambuk Paku Alam IX Tandai Pembukaan Pekan Budaya Tionghoa Yogyakarta
Penampilan Liong Putra Mataram.
Lecutan Cambuk Paku Alam IX Tandai Pembukaan Pekan Budaya Tionghoa Yogyakarta
Barongsay Putra Mataram.
Lecutan Cambuk Paku Alam IX Tandai Pembukaan Pekan Budaya Tionghoa Yogyakarta
Tarian Kuda Melayu.
Lecutan Cambuk Paku Alam IX Tandai Pembukaan Pekan Budaya Tionghoa Yogyakarta
Salah satu gerobak dagang.
Lecutan Cambuk Paku Alam IX Tandai Pembukaan Pekan Budaya Tionghoa Yogyakarta
Pengunjung sedang membeli pernak-pernik Imlek.
YOGYAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Etnis Tionghoa di Yogyakarta kembali menggelar Pekan Budaya Tionghoa Yogyakarta (PBTY). Perhelatan yang rutin diadakan setiap tahun ini digawangi oleh Jogja Chinese Art Culture Centre (JCACC) yang merupakan sebuah wadah dari 14 perkumpulan Tionghoa di Yogyakarta.
 
Pembukaan PBTY yang tahun ini merupakan perhelatan kesembilan pada Senin (10/2) malam dibuka oleh Wakil Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Sri Paduka Paku Alam IX dengan melecut cambuk sebanyak tiga kali.
 
Istri Wali Kota Yogyakarta, Ana Haryadi mengatakan bahwa pekan budaya Tionghoa Yogyakarta sudah ditetapkan sebagai agenda pariwisata tahunan. 
 
“Perhelatan PBTY ini telah ditetapkan menjadi kalender pariwisata tahunan di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan Kota Yogyakarta. Oleh karena itu, berbagai pihak, seperti Pemerintah Provinsi DIY, Pemerintah Kota Yogyakarta, dan JCACC, senantiasa bekerjasama untuk mewujudkan terselenggaranya perhelatan ini,” kata Ana Haryadi saat memberi sambutan.
 
Ana Haryadi menambahkan bahwa PBTY menyuguhkan beragam acara selama sepekan.
 
“Acara PBTY kesembilan ini diisi dengan pertunjukan seni-budaya, seperti atraksi liong dan barongsay; pertunjukan Wayang Po Tay Hee (Potehi) untuk anak-anak dan dewasa; pembacaraan puisi Mandarin; Jogja Dragon Festival; panggung hiburan; hingga stan bazar yang diisi dengan pernak pernik Imlek, kuliner khas Tionghoa, penjualan uang kuno, hingga pengobatan tradisional Tionghoa,” kata Dia.
 
Seperti tahun-tahun sebelumnya, PBTY kali ini juga dihelat di Kampung Ketandan atau Pecinan Yogyakarta. Panggung utama PBTY berdiri megah di halaman eks Kampus UPN Veteran, Jalan Ketandan Wetan Nomor 30, Yogyakarta.
 
Beragam kesenian, baik kesenian dari warga Tionghoa maupun kesenian dari etnis lainnya tampil berbaur dalam satu panggung. Beragam kesenian yang tampil malam itu, seperti pertunjukan naga (liong) dan barongsai dari Perkumpulan Naga Barongsay Putera Mataram, Tarian Kuda Melayu, kesenian daerah Lampung, hingga performance dari Jen Shyu (seorang artis dari Taiwan) yang berkolaborasi seniman Yogyakarta Didik Nini Thowok.
 
PBTY ini merupakan rangkaian dari Imlek 2565 mengetengahkan tema, “Melestarikan Budaya, Meneguhkan Ke-Indonesiaan”. Acara yang digelar selama sepekan (lima hari) akan berakhir pada Jum’at (14/2). Puncak acara nanti adalah perayaan Cap Go Meh yang biasanya dirayakan dengan menyantap kuliner khas Tionghoa, Lontong Cap Go meh.

Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home