Loading...
SAINS
Penulis: Dewasasri M Wardani 12:48 WIB | Kamis, 23 Oktober 2014

LIPI: Data Litbang Nasional Masih Tercecer

Kepala LIPI, Prof Dr Iskandar Zulkarnain, menegaskan, Indonesia membutuhkan satu pusat data dan informasi ilmiah nasional untuk menyatukan data hasil litbang yang tercecer. . (Foto: Antara)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Prof Dr Iskandar Zulkarnain, menegaskan Indonesia membutuhkan satu pusat data dan informasi ilmiah nasional untuk menyatukan data hasil penelitian dan pengembangan (litbang),  yang tercecer untuk memperkuat acuan pembangunan berkelanjutan di masa depan.

"Kegiatan penelitian dan pengembangan di Indonesia, sebagai upaya menjawab tantangan pengembangan berkelanjutan perlu fokus, dan ditunjang data dan informasi ilmiah yang lengkap. Kita tidak bisa lakukan itu jika data tersebar di berbagai isntitusi dan sulit diakses," kata Iskandar dalam lokakarya nasional Pusat Dokumentasi Informasi Ilmiah LIPI sebagai Pusat Data dan Informasi Iptek Nasional di Jakarta, Kamis (23/10).

Kondisi saat ini ia mengatakan, data-data penelitian dan pengambangan (litbang) yang dimiliki,  masih tercecer bukan saja oleh lembaga-lembaga riset tetapi juga tidak jarang masih berada pada level peneliti di berbagai instansi.

Ketersediaan satu lembaga untuk mengelola data ilmiah secara nasional tidak bisa ditunda, karena hal ini tidak bisa dipisahkan dengan keberhasilan pelaksanaan litbang nasional.

"Kita butuh satu institusi yang bisa sediakan data dan informasi dan menjadi  sangat penting, karena ketersediaan dan kemudahaan itu perlu disediakan satu institusi sehingga dapat dikelola baik secara sistematis, berkelanjutan, dan mudah diakses. Sistem ini kita kenal dengan pelayanan satu pintu untuk layanan optimal," kata Iskandar.

Sementara itu, menurut Deputi Bidang Jasa Ilmiah LIPI Bambang Subiyanto, masih tercecernya berbagai data dan informasi ilmiah sangat merugikan Indonesia.

"Banyak data (mentah) kita bocor ke luar negeri begitu saja. Contoh di Wakatobi 100 peneliti asing masuk tanpa diketahui Kemristek, kalau terus seperti ini bahaya sekali buat Indonesia, semoga tidak terjadi lagi di masa depan," ujar dia.

Data-data dari peneliti-peneliti di perguruan tinggi pun belum terkelola dengan baik. Karenanya, ia mengatakan bagi Pusat Dokumentasi Informasi Ilmiah (PDII) , tugas  pembinaan  dan memberikan jasa informasi ilmiah, menjadi penting.

"Kegiatan utama PDII ini memberikan jasa dokumentasi, informasi, dan pembinaan pengelolaan data dan informasi ilmiah. Jadi, PDII LIPI ini bukan perpustakaan loh ya, selama ini mahasiswa datang ke sini masih menganggap LIPI seperti perpustakaan," kata dia.

Ia memberi masukan, agar data dan informasi ilmiah nasional juga mulai dibuat secara digital memanfaatkan teknologi informasi dan telekomunikasi , sehingga mereka yang berada dipelosok juga dapat mengakses melalui layanan internet.

Ego sektoral dalam bersinergi membangun pusat data dan informasi ilmiah nasional ini dari berbagai lembaga dan instansi di Indonesia pasti ada. Karenanya, ia mengatakan perlu dibuatkan skenario berupa grand design supaya PDII nasional terbentuk dengan baik. (Ant) 

Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home