Loading...
EKONOMI
Penulis: Kartika Virgianti 14:49 WIB | Minggu, 22 September 2013

Madu Hutan Sebagai Upaya Pelestarian Area Hutan dan Alternatif Pendapatan Masyarakat Lokal

Madu hutan sebagai upaya pelestarian hutan, di samping memperoleh penghasilan tambahan bagi masyarakat lokal. (Foto: Kartika Virgianti)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Madu hutan bukan hanya berguna bagi kesehatan manusia saja, tapi juga berfungsi sebagai agen pelestarian hutan, membantu komunitas masyarakat lokal, alternatif pendapatan bagi warga setempat, menjaga keberlangsungan penyerbukan tumbuhan, dan banyak hal lain yang sangat bermanfaat untuk seluruh kehidupan.

Wirausaha komunitas Riak Bumi, yang berada di Kawasan Taman Nasional Danau Sentarum, Kalimantan Barat, yang juga tergabung dalam Jaringan Madu Hutan Indonesia (JMHI) ini, mengelola hasil hutan berupa madu.

Sedangkan wirausaha komunitas Dian Niaga Jakarta sebagai mitra utama JMHI yang mendapat mandat untuk membantu melakukan quality control, pengawasan, pemasaran dan pengenalan produk-produk madu hutan dari JMHI secara nasional, terutama di Jakarta.

Perbedaan Madu Hutan dan Madu Ternak

Lebah ternak merupakan jenis Apis cerana dan Apis melifera. Sedangkan lebah hutan (Apis dorsata) merupakan lebah madu Asia yang paling produktif menghasilkan madu. Spesies ini berkembang hanya di kawasan sub-tropis dan tropis di Asia, sepeti Indonesia, Filipina, India, Nepal, dan tidak terdapat di luar asia.

Madu hutan merupakan produk organik karena dipanen langsung dari hutan, sedangkan madu ternak seringkali diternakan di pertanian yang kemungkinan menggunakan pupuk kimia. Lebah hutan hanya mengambil makanan langsung dari hutan, sedangkan lebah ternak mempunyai periode dimana harus diberi air gula sebagai sumber pakannya.

Beda Wilayah, Beda Hasil Produknya

“Beda wilayah beda pula hasil madunya, bahkan hanya jarak beberapa kilometer atau istilahnya beda Kecamatan dalam satu hutan, bisa berbeda warna, rasa dan kadar airnya,” kata Famy salah satu marketing dari wirausaha komunitas Dian Niaga Jakarta yang memamerkan produknya di acara Global Economy FacilitySmall Grant Program (GEF-SGP).

Famy menjelaskan, curah hujan juga sangat berpengaruh karena jika curah hujan terlalu tinggi, otomatis bunga rontok dan lebah juga tidak mendapatkan makanan, sehingga produksi madu menurun. Selain itu cuaca panas yang ekstrim juga bisa berpengaruh, karena bunga tidak bisa bertahan dalam kondisi panas yang ekstrim.

Inilah yang menjadi alasan mengapa lebah madu jenis Apis dorsata hanya terdapat di iklim tropis dan sub-tropis, seperti di hutan Indonesia, karena curah hujan dan kondisi panas yang sedang mendukung kelangsungan hidup spesies ini, dengan catatan selama hutan masih terjaga dengan baik.

Produk Madu Mendorong Pelestarian Hutan Tropis Indonesia

Lebah madu hanya bisa bersarang di pohon dengan kondisi hutan yang masih terjaga. Radius lebah mencari nektar bunga kurang lebih tiga kilometer dari tempat mereka bersarang. Jadi apabila di suatu daerah terdapat koloni lebah hutan dan masyarakat sekitar memperoleh insentif langsung dari hasil madu hutan tersebut, bisa dipastikan masyarakat akan menjaga lokasi pohon dan juga area sekitar tempat lebah mencari nektar, terutama dari ancaman pengrusakan hutan, pembakaran hutan, penebangan liar, maupun konvensi lahan.

JMHI Memberdayakan Petani Lokal

JMHI yang berdiri sejak tahun 2005, memiliki jaringan kelompok tani yang tersebar di beberapa wilayah hutan Indonesia, antara lain Riau, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, dan Sumbawa.

Dengan mengupayakan pelatihan bagi kelompok tani maupun organisasi atau komunitas lokal yang dimulai sejak tahun 2005, sampai pada tahun 2007 JMHI bisa mulai memasarkan produknya. Melalui kualitas terbaik, maka JMHI bisa merasakan peningkatan harga madu dari tahun ke tahun, yang juga membawa manfaat bagi petani lokal yang memanen produk madu tersebut.

Kualitas dan Harga

Ada kualitas, tentu ada harga yang sebanding. Untuk harga bervariasi, mulai dari madu hutan Kalimantan dihargai Rp.135.000, ada pula yang dari sumbawa seharga Rp.120.000 untuk kemasan 600 gram, sedangkan harga Rp.100.000 untuk kemasan 300 gram. “Perbedaan harga madu ini tergantung dari kadar airnya, semakin sedikit kadar air maka harganya bisa lebih mahal,” kata Famy.

Madu JMHI ini telah memasarkan produknya di gerai-gerai di Jakarta, antara lain terdapat di Jalan Bogor Raya, Grand Indonesia, dan MW Indonesia (salah satu MLM untuk produk UKM Indonesia). 

Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home