Loading...
EKONOMI
Penulis: Kartika Virgianti 14:32 WIB | Sabtu, 14 September 2013

Martha Tilaar: Entrepreneur di Indonesia Masih Kurang

Ibu Martha Tilaar, founder Martha Tilaar Group saat menjadi keynote speaker acara Global Environment Facility Small Grant Program. (Foto: Kartika Virgianti)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – “Jumlah entrepreneur di Indonesia baru 0,24% padahal minimal di suatu negara harus ada 2% total populasi,” kata ibu Martha Tilaar (76) dalam pembukaannya sebagai keynote speaker di acara Global Environment Facility – Small Grant Program (GEF-SGP) pada Kamis (12/9) di Hotel Atlet Century, Jakarta Selatan.

Singapura yang hanya mempunyai lima juta penduduk sudah memiliki 7,2% entrepreneur, Malaysia 2,1%, Thailand 4,4%, Korea Selatan 4%, dan AS 11%. Semua gerakan kewirausahaan yang telah dicanangkan pemerintah merupakan tanggung jawab kita bersama, inilah yang dilakukan oleh GEF-SGP.

Asia merupakan pusat dunia baru, khususnya dalam perkembangan ekonomi. Tempat yang paling menarik untuk berinvestasi di kawasan Asia Pasifik menurut PressCon Dunia (World Press Conference) adalah China, India, Australia. Indonesia ada di peringkat keenam. Sedangkan PressCon Asia Tenggara, Indonesia peringkat kelima, Malaysia ketiga, dan Singapura keempat.

Hal itu memotivasi Martha untuk menciptakan the next generation terutama denganmendorong generasi muda. Tanah air Indonesia yang kaya raya, itulah yang menginspirasinya pada waktu ia muda di Amerika. Indonesia adalah zamrud khatulistiwa.

“Flora dan fauna ada 30.000 spesies dan yang 7000 spesies merupakan tanaman obat, kosmetik, dan aromatik. Padahal di Amerika saja hanya ada 120 tanaman yang terdokumentasi sebagai tanaman obat dan kosmetik,” ungkapnya.

Mengapa industri kreatif perlu dikembangkan? Pertama, untuk menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan ekspor. Kedua, menciptakan tenaga pemasarannya. Ketiga adalah citra dan totalitas kita sebagai anak bangsa. Warisan budaya dan nilai lokalnya harus kita kembangkan, jangan justru dihilangkan.

“Jangan selalu berpikir everything from the west is the best, dulu saya berpikir seperti itu. Tapi, saya berubah setelah saya di Amerika, justru kita harus mengembangkan kebudayaan lokal kita untuk menjadi global.”

“Negara kita penduduknya merupakan yang keempat terbesar di dunia dan kesuburan tanah air kita begitu terkenal di mata dunia. Sekarang tinggal bagaimana membangun negara kita menjadi makmur.”

Bisnis harus punya keunikan, keunggulan, dan daya tahan. Meskipun menggunakan prinsip lokal, tapi harus melakukan scientific approach (pendekatan secara ilmiah). Di negeri Belanda tertulis ada beratus-ratusan bahan tanaman dari Indonesia. Maka dari itu Martha Tilaar Group memiliki dua orang profesor yang sudah selama 10 tahun mempelajari etnobotani (cara menanam tanaman untuk bisnis) dan medical antropology (penggunaan bahan menurut ilmu kedokteran). Dari situ ilmu tradisi menjadi scientific, jadi tidak akan ada lagi ‘konon kata nenek moyang’. Karena hal inilah bisnis mereka bisa bertahan sampai 43 tahun.

“Waktu saya diundang menjadi keynote speaker mengenai entrepeneur tahun 2011 di Kazakhstan, saya juga belajar dari presiden Kazakhstan, beliau mengatakan 3C, connect, collaborate, to compete. Dalam arti kita tidak mungkin berjalan sendiri, maka harus connect (jaringan/rekan), bekerja bersama-sama untuk bisa bertahan.”

“Kita sebagai orang Indonesia harus kreatif, apa yang tidak dianggap orang, gali, menjadi sesuatu untuk penciptaan lapangan kerja dan kemakmuran masyarakat.” tegas ibu Martha. 

Editor : Bayu Probo


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home