Loading...
RELIGI
Penulis: Bayu Probo 10:54 WIB | Rabu, 08 April 2015

Mahasiswa Muslim AS Luruskan Kesalahpahaman Masyarakat

Mahasiswa Muslim AS Luruskan Kesalahpahaman Masyarakat
Faran Saeed, mahasiswa pascasarjana jurusan pendidikan di Louisiana State University menceritakan keseharian mahasiswa Muslim di kampusnya. Pada ini mereka sedang menikmati perahu Kayak. (Foto-foto: Faran Saeed/huffingtonpost.com)
Mahasiswa Muslim AS Luruskan Kesalahpahaman Masyarakat
Berdiskusi tentang pentingnya komunitas sosial.
Mahasiswa Muslim AS Luruskan Kesalahpahaman Masyarakat
Salat berjamaah.
Mahasiswa Muslim AS Luruskan Kesalahpahaman Masyarakat
Mahasiswa dari Oman sedang menolong temannya memakai sorban khas Oman.
Mahasiswa Muslim AS Luruskan Kesalahpahaman Masyarakat
Presiden Asosiasi Mahasiswa Muslim LSU, Hafsah Mohammed promosi Muslim Hijab Day.

SATUHARAPAN.COM – Media massa yang dianggap tidak imbang membuat umat Muslim di negara Barat mendapat cap negatif. Huffington Post mewawancarai beberapa mahasiswa Muslim untuk mendapat cara pandang dari sudut mereka.

Lana Idris

Mahasiswi tahun pertama di Harvard University; dari Texas; mempelajari biologi evolusi manusia.

Saya ingin non-Muslim untuk mengetahui  apa saja tentang kehidupan saya sebagai mahasiswa. Terutama, kami memiliki perjuangan yang khusus untuk melaksanakan ibadah kami. Misalnya, mencari waktu untuk salat di antara jadwal-jadwal kuliah yang padat. Sebagian besar, kami mengalami fase yang sama seperti dalam hidup setiap mahasiswa lainnya. Kami berusaha menunjukkan kepribadian kami sendiri, mencari tahu siapa kami, dan tempat kami dapat masuk ke dalam masyarakat.

Satu hal yang mungkin berbeda adalah bahwa kadang-kadang rasanya seperti kami sedang berusaha untuk mengukir ruang dalam masyarakat yang tampaknya selalu salah paham terhadap kami dan menolak kami karena semata kami adalah Muslim. Jadi saya akan mengatakan itu adalah perjuangan yang sama, hanya bernuansa berbeda tergantung pada konteks kita.

Masud Rahman

Mahasiswa tahun kedua di University of California, San Diego; dari California; mempelajari ilmu matematika komputer.

Saya ingin non-Muslim mengetahui bahwa kami memiliki perjuangan yang sama seperti Anda.

Jika ada non-Muslim memiliki ketakutan atau kekhawatiran mengenai Muslim di kampus atau Islam secara umum, silakan hubungi Asosiasi Mahasiswa Muslim setempat dan silakan berbincang dengan seorang Muslim.

Tesneem Alkiek

Mahasiswa senior di University of Michigan; dari Michigan; mempelajari studi Islam dengan minor pada awal Kristen, religi.

Seluruh kehidupan saya sebagai mahasiswa—kuliah, kegiatan sosial, belajar, dan sebagainya—berputar di sekitar salat lima waktu saya. Bahkan, sebelum saya mendaftar untuk mata kuliah tertentu, saya memastikan bahwa jadwal praktikum di laboratorium selama tiga jam tidak akan mengganggu salat magrib. Yang dibutuhkan adalah lima menit lima kali sehari, tetapi beberapa menit  itu memaksa saya untuk berpikir tentang di mana saya akan menghabiskan waktu sepanjang hari dan cara saya untuk mengikuti perintah Allah. Ini rahasia saya dalam menjaga disiplin diri dan mengatur waktu saya dengan baik.

Fatima Chowdhury

Mahasiswa yunior di University of Michigan; dari New York; mempelajari studi internasional dan studi Timur Tengah dan Afrika Utara.

Apa yang harus disadari orang-orang adalah bahwa umat Islam adalah juga manusia.

Fatmah Berikaa

Mahasiswa di Boston College; dari Massachusetts; belajar pendidikan menengah dan Inggris.

Jika Anda belum pernah bertemu seorang Muslim, Anda hanya mendapatkan gambar dari yang Anda lihat di media. Dan, itu bukan seperti itu keadaan kami. Itu tidak kompatibel dengan apa yang diperjuangkan Islam.

Saya ingin orang mengerti bahwa kami juga manusia. Ketika tragedi terjadi—karena saya merasa sepertinya dalam Islam tidak dibahas kecuali jika dalam konteks tragedi tertentu—kami terimbas. Dalam tragedi itu sebenarnya kami juga merasakan sakit, takut, dan marah. Kami melalui emosi yang sama seperti keluarga korban. Jika membedakan kami, atau mengatakan "Kamu tidak bisa merasakan itu, karena itu orang-orang kalian yang melakukan itu", itu tidak masuk akal.

Saya ingin orang melihat saya sebagai manusia sejati. Saya tidak ingin kepribadian saya dan agama saya untuk menjadi eksklusif. Saya sudah bertemu dengan orang yang berkata, "Kamu begitu baik, saya hampir tidak memperhatikan jilbabmu!" Saya mengerti bahwa mereka sedang berusaha bersikap baik, dan saya menerima itu. Tetapi pada saat yang sama, saya ingin Anda tahu bahwa saya baik dan saya ingin Anda ‘memperhatikan’ jilbab saya, karena jilbab itu adalah bagian dari diri saya. Saya tidak ingin orang berpikir bahwa saya harus mengorbankan bagian dari diri saya sendiri untuk bagian lain dari diri saya sendiri. Kedua hal ini dapat hidup berdampingan.

Aisha Subhan

Tahun kedua di UC San Diego; dari Arizona; mempelajari ilmu hubungan internasional politik.

 

​

BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home