Loading...
SAINS
Penulis: Ignatius Dwiana 21:13 WIB | Jumat, 07 Februari 2014

Manfaat Cagar Biosfer Wakatobi bagi Ekosistem Laut di Indonesia

Sekretaris Daerah Pemerintah Kabupaten Wakatobi Sudjiton di sebelah kiri tengah memberi penjelasan dalam siaran pers cagar biosfer Wakatobi. (Foto: Ignatius Dwiana)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Penetapan Taman Nasional (TN) Wakatobi sebagai cagar biosfer dunia oleh Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) UNESCO pada Juli 2012 lalu tidak terlepas dari delapan sumber daya hayati yang terkandung di dalamnya. Ini disampaikan Kepala Balai TN Wakatobi AG Martana dalam siaran pers ‘Cagar Biosfer Wakatobi dan Manfaatnya bagi Ekosistem Laut di Indonesia’ di Jakarta pada Kamis (6/2).

Delapan sumber daya hayati itu di antaranya terumbu karang, mangrove, padang lamun, tempat pemijahan ikan, tempat bertelur burung pantai, peneluran penyu, cetacean serta potensi ikan yang bernilai ekonomis. “Luasnya kawasan, kompleksnya isu seputar perikanan tangkap serta terbatasnya infrastruktur yang kami miliki menjadi tantangan tersendiri dalam pengelolaan TN Wakatobi.” jelasnya.

TN Wakatobi berperan penting dalam kelestarian ekosistem laut terutama di kawasan Indonesia bagian timur. Martana berharap Pemerintah Pusat, Provinsi, dan Kabupaten bersama masyarakat dan para pemangku kepentingan lain dapat bersinergis dalam upaya pengelolaan TN Wakatobi terlebih dalam kapasitasnya sebagai cagar biosfer.

“Saat ini kami cukup terbantu dengan partisipasi aktif masyarakat lewat kelompok-kelompok nelayan dalam membantu pengawasan aktifitas di kawasan TN Wakatobi. Ke depannya kami mengharapankan adanya hubungan antar pihak yang lebih erat sehingga pelestarian TN Wakatobi sebagai cagar biosfer dapat terjada keberlangsungannya.

Kabupaten Wakatobi di provinsi Sulawesi Tenggara memiliki kondisi geografis unik dengan hanya tiga persen kawasannya berupa daratan. Di sinilah letak TN Wakatobi dengan luas 1.390.000 hektar dan meliputi 39 pulau, 3 gosong, serta 5 atol. Kawasan ini merupakan tempat bernaung lebih dari 112 jenis karang habitat alami ratusan spesies mulai dari pogo-pogo, napoleon, kepe-kepe, hingga kakaktua. Berdasarkan SK Menhut Nomor 7651/Kpts-II/2002 pada 19 Agustus 2002 kawasan ini ditetapkan sebagai Taman Nasional.  UNESCO resmi menetapkan  kawasan TN Wakatobi pada Juli 2012 sebagai salah satu cagar biosfer bumi dari 117 negara.

Sekretaris Daerah Pemerintah Kabupaten Wakatobi Sudjiton mengatakan,“Selama sepuluh tahun terakhir ini Pemda melalui pelbagai Dinas terkait dan dukungan Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Pusat berupaya membangun sarana dan prasarana yang mendukung peningkatan dua sektor unggulan daerah yaitu sektor kelautan/perikanan dan sektor pariwisata/budaya untuk mepercepat pencapaian kesejahteraan masyarakat, tentu saja dengan memperhatikan pelestarian lingkungan untuk menjamin pembangunan berkelanjutan.”

Tambahnya,“Predikat sebagai salah satu cagar biosfer dunia membuat kami saat ini lebih fokus dalam mengembangkan sektor pariwiasata/budaya, terutama yang berbbasis lingkungan yang bertumpu pada sumber daya laut dengan keanekaragaman hayati yang dimilikinya.”

Kearifan Lokal Turut Melestarikan Cagar Biosefer

Hampir dua tahun setelah penetapan Wakatobi sebagai cagar biosfer dunia, The Nature Conservancy (TNC) bareng WWF Indonesia dan mitra lainnya mencapai kemajuan dalam mendukung pengelolaan TN Wakatobi.

Beberapa kegiatan rutin yang menunjang keberadaannya sebagai dengan melibatkan masyarakat kampung dan tokoh adat dalam bentuk penyuluhan, pelatihan dan penguatan kearifan lokal, monitoring biota laut, dan penguatan kelembagaan di pelbagai tingkat.

Ketua Komunitas Adat Mandati Pulau Wangi-Wangi Kabupaten Wakatobi La Ode Usman Baga  mengatakan,”Kami masyarakat adat senang dan bersyukur kearifan lokal yang telah berlangsung turun temurun kembali dikuatkan. Kami juga bahagia dapat secara aktif berpartisipasi dalam perlindungan kawasan-kawasan konservasi di wilayah kami.”

Sementara tokoh adat Wali Binongko Jaenuddin menambahkan,”Ke depannya kami berharap Wakatobi sebagai cagar biosefer dapat juga memberikan kesejahteraan bagi masyarakat lokal.”

Penasihat Senior bidang Kelautan TNC Indonesia Abdul Halim mengatakan,”TNC memandang predikat sebagai cagar biosfer dunia ini sebagai peluang sekaligus tantangan untuk pengelolaan kawasan konservasi laut yang unik seperti TN Wakatobi. Pengelolaan keragaman hayati, kearifan lokal, serta kesejahteraan masyarakat lokal harus saling mendukung satu sama lain. Inilah salah satu alasan TNC mendukung pertemuan Man and Biosphere (MaB) pertama di Bogor yang diselenggarakan bersama MaB-LIPI untuk mendorong kerjasama para pihak yang terkait di Wakatobi.”  (PR)

 

Editor : Bayu Probo


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home