Loading...
RELIGI
Penulis: Sotyati 13:01 WIB | Sabtu, 28 Juni 2014

Maroko Promosikan Islam Moderat

Raja Mohamed VI dari Maroko (kanan) ketika menerima kunjungan Emir Kuwait Sheikh Sabah Al Ahmad Al Jaber Al Sabah di Royal Palace, Februari 2013. (Foto: MAP/moroccoworldnews.com)

RABAT, SATUHARAPAN.COM – Maroko mempromosikan Islam versi moderat sebagai penyeimbang terhadap ancaman jihadis yang meluas di Sahara, melatih ratusan imam dari negara-negara yang terkena dampak, sekalipun para analis mempertanyakan motifnya.

Kekerasan masih melanda Libya dan Nigeria, Mali masih belum pulih akibat pengambilalihan setengah wilayah negaranya dari para jihadis, dan Tunisia kerepotan dengan kembalinya warga mereka yang berjuang untuk kelompok Al-Qaeda di Suriah dan Irak.

Maroko menciptakan cengkeraman kuatnya pada bidang agama, yang terkait erat dengan legitimasi negara monarki itu.

Raja Mohamed VI, yang mengklaim keturunan Nabi Muhammad, yang diberi gelar “komandan yang penuh kesetiaan”, dan memiliki stasiun TV dan radio agama yang sama dengan namanya, sibuk membangun citra Maroko sebagai negara Muslim teladan.

Bulan ini, ia melakukan inagurasi “program dukungan agama” yang akan dihadiri 1.300 imam yang telah dilatih di Rabat sejak 2006 untuk kemudian dikirim guna melatih para mubalig yang kurang mendapat pelatihan formal di 50.000 masjid nasional.

“Tugas mereka adalah untuk membantu dan membimbing imam di masjid-masjid untuk melestarikan dasar-dasar Islam di Maroko, berdasarkan Mazhab Imam Malik, bertentangan dengan takfirisme, yang terus-menerus menyerang pikiran kaum muda kita,” kata Menteri Urusan Agama Ahmed Toufiq.

Sekolah Suni moderat bermazhab Imam Malik yang dipraktikkan di Maroko - seperti halnya di sebagian besar Afrika Utara - sering disebut sebagai aspek kunci dari toleransi agama, berlawanan dengan ideologi “takfirist” yang cenderung radikal.

Hal lainnya dari budaya Muslim Maroko termasuk peran sosial penting yang dimainkan oleh persaudaraan Sufi, yang digemakan Toufiq sejak Raja menunjuknya pada 2002, dan ratusan pemuka agama dari kaum perempuan telah dilatih dalam beberapa tahun terakhir di samping para imam.

“Tidak banyak negara Arab lainnya yang sejauh ini berusaha untuk mengontrol wacana agama. Tujuannya adalah untuk memiliki elemen kontra-ekstremisme. Tentu saja juga hal ini memiliki tujuan melegitimasi rezim,” kata Direktur Crisis Group International Afrika Utara Issandr El Amrani kepada AFP.

Apa pun alasannya, model yang diterapkan Maroko menarik minat regional, dengan negara-negara Sahara lainnya yang tersentuh oleh kekerasan jihadis kini meminta bantuan kerajaan itu.

Sekitar 190 imam dari Mali sedang dilatih di Rabat, dari 500 imam di tahun-tahun mendatang, di bawah kesepakatan yang ditandatangani ketika Raja mengunjungi Bamako saat pelantikan Presiden Ibrahim Boubacar Keita pada September 2013.

Tunisia, yang juga menjadi tujuan kunjungan Raja bulan lalu, juga meminta bantuan Rabat untuk melatih para mubalignya, setelah mengalami gelombang serangan kekerasan sejak revolusi 2011, dengan banyak masjid jatuh di bawah pengaruh ekstremis.

Setidaknya 2.400 jihadis Tunisia berjuang di Suriah, ungkap pemerintah pekan ini.

Libya dan Nigeria juga secara terpisah meminta pelajaran agama.

“Saya pikir alasan utama Maroko tertarik dalam mempromosikan Islam, yang memiliki raja di pusatnya, adalah untuk mengekspor gagasan besar Maroko,” kata analis Vish Sakthivel di Washington Institute.

Prioritas yang telah lama didorong Maroko adalah untuk memenangkan persetujuan klaim atas Sahara Barat, yang dicaplok pada 1975 dalam sebuah tindakan yang tidak pernah diakui secara internasional.

Para pejabat menegaskan model Islam Maroko membantu menjelaskan mengapa ideologi radikal gagal bercokol di negara kerajaan itu, yang pernah menderita akibat dua serangan teroris besar sejak 2003, dan mengapa negara-negara lain sekarang berpaling ke Rabat. (AFP/Ant)


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home