Loading...
FOTO
Penulis: Dedy Istanto 14:51 WIB | Selasa, 29 Maret 2016

Massa AGRA Unjuk Rasa Tuntut Hentikan Perampasan Tanah

Massa AGRA Unjuk Rasa Tuntut Hentikan Perampasan Tanah
Massa aksi yang tergabung dalam Aliansi Gerakan Reformasi Agraria (AGRA) berorasi di hadapan puluhan petani dari berbagai wilayah dalam aksi unjuk rasa Aksi Global Hari Ketiadaan Tanah di seberang Istana Negara, Jalan Medan Merdeka Utara, Jakarta Pusat, Selasa (29/3). Dalam aksinya massa meminta negara untuk menghentikan perampasan serta monopoli tanah yang menjadi hak petani di Indonesia. (Foto-foto: Dedy Istanto).
Massa AGRA Unjuk Rasa Tuntut Hentikan Perampasan Tanah
Seorang petani perempuan berteduh di pinggir jalan dalam aksi unjuk rasa menuntut pemerintah untuk menghentikan perampasan dan monopoli tanah dan lahan yang dinilai merugikan bagi petani, yang digelar di seberang Istana Negara, Jakarta Pusat.
Massa AGRA Unjuk Rasa Tuntut Hentikan Perampasan Tanah
Warga terlihat duduk saat menggelar aksi unjuk rasa dalam rangka memperingati Hari Ketiadaan Tanah di seberang Istana Negara, Jakarta Pusat.
Massa AGRA Unjuk Rasa Tuntut Hentikan Perampasan Tanah
Salah satu warga membawa atribut poster bertuliskan protes bersama puluhan petani lain yang menggelar aksi unjuk rasa di seberang Istana Negara menuntut negara untuk menghentikan perampasan dan penggusuran tanah dan lahan.
Massa AGRA Unjuk Rasa Tuntut Hentikan Perampasan Tanah
Seorang warga membawa atribut poster bertuliskan protes yang dibawa dalam aksi unjuk rasa yang digelar di seberang Istana Negara, Jakarta Pusat.

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Massa yang tergabung dalam Aliansi Gerakan Reforma Agraria (AGRA) menggelar aksi unjuk rasa di seberang Istana Negara, Jalan Medan Merdeka Utara, Jakarta Pusat, pada hari Selasa (29/3), dalam rangka Aksi Global Hari Ketiadaan Tanah.

Aksi unjuk rasa yang dijaga ketat puluhan aparat kepolisian itu diwarnai orasi meneriakkan tuntutan terkait dengan perampasan tanah dan lahan yang dilakukan oleh negara. Massa terdiri atas elemen masyarakat berbagai wilayah itu juga menuntut persoalan monopoli dan perampasan tanah yang telah membuat mereka harus kehilangan penghidupan dan terusir dari lahan garapan. Akibatnya jutaan kaum petani dan keluarga mereka terpaksa bekerja ke luar negeri sebagai buruh migran dan ke kota besar untuk bekerja sebagai buruh pabrik dengan upah murah.

Mereka menilai, perampasan tanah, penggusuran yang selama ini terjadi selalu dibarengi dengan tindakan teror, intimidasi, kriminalisasi, dan juga kekerasan. Melihat kondisi itu, bertepatan pada Hari Ketiadaan Tanah, petani yang datang dari berbagai wilayah mendeklarasikan diri dengan menggelar aksi menuntut untuk menghentikan perampasan dan monopoli tanah.

Editor : Sotyati


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home