Loading...
HAM
Penulis: Reporter Satuharapan 09:16 WIB | Rabu, 04 November 2015

Masyarakat Adat Lumad Memohon Hak Asasi Manusia di Filipina

Fr Rex Reyes berbicara pada acara WCC pada 2014.

MINDANAO, SATUHARAPAN.COM – Masyarakat adat yang mendiami pulau Southern Mindanao di Filipina Lumad kafilah telah tiba di Manila sebagai peserta Manilakbazan 2015 dan akan mengikuti serangkaian kegiatan di dalamnya untuk menyuarakan pelanggaran HAM dalam masyarakat Lumad di Filipina.

Sekitar 700 Lumad berangkat bersama-sama dengan pendukung mereka dari Mindanao ke Manila. Perjalanan dari kota Surigao ke Visayas Timur, sebelum menyeberang ke Luzon, mereka tiba di Manila pada hari Minggu 25 Oktober, seminggu setelah meninggalkan komunitas asal mereka.

Mindanao kaya akan sumber daya mineral, diberkati dengan hutan lebat dan karunia alam lainnya. Namun, adanya perusahaan pertambangan, perkebunan, dan proyek ekstraktif lainnya dalam skala yang besar dilaporkan memicu dan pembiayaan militerisasi wilayah tersebut.

Akibatnya, menurut organisasi hak asasi manusia daerah seperti Karapatan, lebih dari seribu keluarga Lumad (atau lebih dari 4.000 orang) telah dipaksa untuk meninggalkan tanah leluhur mereka dan sekarang tinggal di pusat-pusat evakuasi. Serangan terhadap sekolah, siswa, guru, dan organisasi non-pemerintah masyarakat Lumad berupa pembakaran, penggerebekan, pelecehan dan intimidasi telah terjadi. Sekitar 56 pemimpin Lumad dan aktivis lingkungan yang menolak proyek pertambangan skala besar di Mindanao telah dibunuh sejak tahun 2010.

Dewan Nasional Gereja-Gereja di Filipina (NCCP) dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan pada 1 September mengutuk pembunuhan yang terjadi baru-baru ini terhadap tokoh masyarakat Lumad Emerito Samarca dan Dionel Campos.

Manilakbazan 2015 merupakan aksi dari Ziarah Keadilan dan Perdamaian di seluruh dunia.

"Kami menyambut Manilakbazan, Lumad, Moro, dan pembela HAM dari Mindanao yang tak henti-hentinya berharap dan berjuang," kata Sekjen Kasimbayan Norma Dollaga yang sebelumnya pada Ekumenis Pusat Pengembangan dan Diakones yang melayani di Gereja Methodist Inggris di Filipina.

"Mereka menyampaikan kepada kita begitu banyak hal yaitu untuk mempercayai mimpi mereka, tidak pernah menyerah untuk memperjuangkan martabat serta hak asasi, dan melanjutkan perjuangan para pahlawan yang terlah berjuang dan mati," lanjutnya.

"Perjuangan terus menerus dari Lumad di Mindanao untuk membela tanah leluhur mereka adalah perjuangan untuk hidup, seperti tanah bagi mereka adalah kehidupan. Dalam melakukan perjalanan dengan Lumad, Dewan Nasional Gereja-Gereja di Filipina selalu berdoa serta mendukung penuh mereka dalam memperjuangkan tanah dan kehidupan yang lebih baik," kata Sekretaris Jenderal Komnas Pastor Rex Reyes Jr yang juga anggota Komite Sentral Dewan Dunia Gereja-gereja (WCC). (oikoumene.org)

Editor : Bayu Probo


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home