Loading...
EKONOMI
Penulis: Diah Anggraeni Retnaningrum 17:37 WIB | Selasa, 11 Agustus 2015

Mata Uang Asia-Pasifik Anjlok Setelah Tiongkok Devaluasi Yuan

Ilustrasi mata uang yuan. (Foto: Istimewa)

TOKYO, SATUHARAPAN.COM – Mata uang Asia-Pasifik berada di bawah tekanan pada Selasa (11/8), setelah Tiongkok secara tak terduga mendevaluasi mata uang yuan dalam menghadapi melemahnya pertumbuhan, mendorong kurs dolar AS lebih tinggi.

Bank sentral Tiongkok mengumumkan penurunan nilai yuan terhadap dolar AS hampir dua persen, penurunan terbesar sejak pematokan mata uang itu terhadap greenback dilepas pada 2005.

Bank sentral Tiongkok, People`s Bank of China (PBoC), menetapkan tingkat referensi harian untuk yuan di 6,2298 terhadap satu dolar AS, dibandingkan dengan 6,1162 yuan sehari sebelumnya, secara efektif 1,86 persen lebih rendah.

Langkah mengejutkan itu mengirim riak ke seluruh pasar mata uang Asia, mengirim dolar Australia -- sering dilihat sebagai proxy untuk yuan -- jatuh 0,90 persen menjadi 73,47 sen AS.

Dolar AS juga menguat terhadap won Korea Selatan dan rupee India, dan diperdagangkan di 124,89 yen pada perdagangan sore di Tokyo, naik dari 124,72 yen di New York pada Senin (10/8)sore.

Pengumuman bank sentral Tiongkok "terlihat menjadi sebuah langkah untuk kebijakan pasar lebih terbuka," Stephen Innes, seorang pedagang senior di Oanda, mengatakan kepada Bloomberg News.

"Para pedagang melihat penguatan dolar AS di seluruh wilayah Asia dan menekan semua mata uang lokal."

Euro merosot setelah diberitakan bahwa Yunani telah mencapai kesepakatan dengan para kreditornya tentang target fiskal, meninggalkannya di jalur untuk kesepakatan dana talangan guna mencegah sebuah gagal bayar pada 20 Agustus.

Mata uang tunggal berpindah tangan pada 1,0970 dolar dan 136,91 yen terhadap 1,1019 dolar dan 137,31 yen.

Dolar jatuh di New York terhadap euro pada Senin karena beberapa pejabat Federal Reserve memberi petunjuk baru tentang waktu kenaikan tingkat suku bunga bank sentral.

Setelah laporan ketenagakerjaan AS untuk Juli yang kuat pada Jumat lalu, banyak analis melihatnya sebuah dukungan untuk Fed menaikkan suku bunga acuan federal fund tingkat-nol pada September.

Tetapi Wakil Ketua Fed Stanley Fischer pada Senin memperlemah harapan itu ketika mengatakan inflasi yang rendah tetap menjadi kekhawatiran untuk ekonomi terbesar di dunia itu.

Di tempat lain, Presiden Fed Atlanta Dennis Lockhart tampak meningkatkan prospek untuk kenaikan suku bunga lebih awal daripada yang diperkirakan.

"Kami semakin dekat dan lebih dekat dengan apa yang terasa seperti keadaan sembuh ekonomi," kata Lockhart dalam sambutannya yang disiapkan untuk Atlanta Press Club.

"Saya pikir titik lepas landas sudah dekat," katanya.

Dalam perdagangan lainnya, dolar naik menjadi 1,3999 dolar Singapura dari 1,3847 dolar Singapura pada Senin, menjadi 32,11 dolar Taiwan dari 31,64 dolar Taiwan, menjadi 64,16 rupee India dari 63,76 rupee, menjadi 13.591 rupiah Indonesia dari 13.540,50 rupiah, dan menjadi 35,35 baht Thailand dari 35,12 baht.

Dolar juga menguat menjadi 45,95 peso Filipina dari 45,73 peso, dan menjadi 1.178,94 won Korea Selatan dari 1.163,13 won, sementara yuan Tiongkok diambil 19,75 yen terhadap 20,01 yen. (Ant)

Editor : Eben E. Siadari


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home