Loading...
INDONESIA
Penulis: Martahan Lumban Gaol 15:50 WIB | Selasa, 28 Oktober 2014

Melani Leimena: Sumpah Pemuda Mengajarkan Persatuan

Melani Leimena saat menerima anugerah Bintang Mahaputera Adipradana dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, pada 13 Agustus 2014. (Foto: dok pribadi)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – “Janganlah kita merusak apa yang telah dipersatukan atau justru kita mau dipecah oleh bangsa lain, karena Sumpah Pemuda mengajarkan kita tentang persatuan.”

Hal tersebut disampaikan oleh Putri Pahlawan Nasional Johannes Leimana, Melani Leimana Suharli kepada satuharapan.com, di Kantor Fraksi Partai Demokrat DPR, Kompleks Gedung MPR/DPR/DPD, Senayan, Jakarta Pusat, Selasa (28/10).

Sosok yang kini menjadi Anggota DPR dari Fraksi Partai Demokrat periode 2014-2019 itu pun mengajak seluruh masyarakat muda Indonesia untuk menggelorakan semangat Sumpah Pemuda dengan tidak membuang waktu dan tetap melakukan hal terbaik serta bermanfaat.

“Yang harus kita ingat dari Hari Peringatan Sumpah Pemuda ini adalah bagaimana pemuda zaman dulu memiliki cita-cita dan pemikiran mengenai bangsa ini ke depan, padahal saat itu kita belum merdeka, itu luar biasa,” ucap Melani.

Hari Sumpah Pemuda menurutnya juga membawa memori masyarakat Indonesia akan perjuangan para pejuangnya yang sudah lahir sejak Negara Kesatuan Republik Indonesia belum terbentuk. “Semangat itu harus tetap ada, apalagi kita sudah 69 tahun merdeka, sekarang waktunya kita mengisi kemerdekaan itu dengan semangat Sumpah Pemuda,” tutur Melani.

“Bagaimana kita tetap berbahasa satu Bahasa Indonesia. Kita boleh saja memegang teguh nilai kebudayaan daerah asal kita masing-masing, tapi yang harus tetap kita pertahankan adalah Bahasa Indonesia menjadi bahasa persatuan,” dia menjelaskan.

Jadilah Pahlawan

Wakil Ketua MPR periode 2009-2014 itu pun berpandangan masyarakat Indonesia harus senantiasa membela bangsa dan negara, namun bukan dengan cara berperang, melainkan menjadi pahlawan di bidang dan keahlian masing-masing individu. “Contohnya, yang ahli di bidang olahraga, ya menjadi pahlawan di sana, dengan mengharumkan nama Indonesia,” kata dia.

“Untuk sosok-sosok yang ada di eksekutif, hendaknya menggunakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dengan baik, demi kesejahteraan rakyat, sedangkan teman-teman di legislatif harus membuat undang-undang (UU) yang bertujuan memperbaiki kinerja eksekutif demi kemakmuran seluruh masyarakat Indonesia,” Melani menambahkan.

Menurut Melani, semangat Sumpah Pemuda di lembaga legislatif (DPR) kian terlihat pada periode 2014-2019 lewat salah satu anggota yang berusia 26 tahun (Ade Rezki Pratama, Fraksi Partai Gerindra). “Artinya pemuda semakin tertarik dengan dunia politik, jiwa muda itu juga ingin berbuat sesuatu bagi bangsa dan mengabdi,” Anggota DPR Fraksi Demokrat itu mengungkapkan.

Putri Johannes Leimena itu pun mengungkapkan semangat Sumpah Pemuda telah menyetuh hingga anak-anak kecil yang mampu mengumandangkan nama Indonesia lewat olimpiade sains. “Anak-anak itu adalah cikal bakal yang akan mempertahankan Indonesia ke depannya, mereka mampu mengisi kemerdekaan dengan berbuat sesuatu untuk bangsa dan negara di tingkat internasional. Itu satu perjuangan yang harus kita apresiasi,” ujar dia.

Empat Nilai Luhur

Selanjutnya, Melani juga menanggapi berbagai macam isu perbedaan yang acap kali dicampur adukan dengan politik belakangan ini. Menurut dia, hal tersebut harus disikapi dengan empat nilai luhur bangsa, yaitu Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika.

“NKRI bisa digabung dengan Sumpah Pemuda, maksudnya dengan semangat Hari Sumpah Pemuda kita menginkan agar NKRI tetap menjadi satu, kemudian bertemu dengan Bhinneka Tunggal Ika yang membawa slogan berbeda-beda tapi tetap satu jua,” ujar dia.

“Sehingga mau apapun perbedaannya, baik itu agama ataupun suku, kita harus bersatu demi kebesaran demi cita-cita NKRI, jangan ada lagi perbedaan karena kita satu,” Melani menjelaskan.

Namun, lanjut dia, segala perbedaan tersebut harus diselesaikan lewat komunikasi yang baik agar tidak menimbulkan perasaan curiga. “Contoh kasus, saat buruh meminta peningkatan upah, seharusnya dibangun komunikasi. Misalnya dengan mengajak mereka berpikir bila gajinya dinaikkan terlalu tinggi maka perusahaan bisa bangkrut dan mereka kehilangan pekerjaan,” tutur dia.

“Jangan biarkan buruh itu berpikir upahnya kurang padahal perusahaan untung banyak,” dia menambahkan.

Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home