Loading...
INSPIRASI
Penulis: Lidia Lebang 11:52 WIB | Minggu, 22 Januari 2017

Mempraktikkan Deep Listening

Mendengarkan bukanlah sebuah tindakan yang mudah.
Thich Nach Hanh (foto: istimewa)

SATUHARAPAN.COM – Setelah merampungkan skripsi, tiba saatnya mengingat orang-orang yang perlu saya sebutkan namanya dalam ucapan terima kasih. Setelah keluarga, dan para teman seperjalanan dalam studi, ada nama dosen pembimbing saya. Masa iya, karya tulis bisa selesai kalau tidak ada yang membimbing? Di dalam ucapan terima kasih itu, saya tambahkan sedikit keterangan bahwa dalam komunikasi, beliau selalu mempraktikkan apa yang disebut sebagai deep listening (pendengaran mendalam) oleh Thich Nach Hanh, seorang biksu asal Vietnam.

Menurut Thich Nach Hanh, deep listening menolong pencerita untuk mengeluarkan apa yang ada di dalam hatinya. Lebih lagi, menurutnya, deep listening bertujuan untuk mengosongkan hati Si Pencerita dan dengan demikian, jika si pencerita sedang dalam keadaan menderita—bukan penderitaan fisik, tetapi batiniah—maka pendengar sudah mengurangi penderitaannya. Bukankah seseorang datang menghampiri dan berbicara karena ada sesuatu yang ingin disampaikan? Sesuatu itu bisa informasi, curahan hati, atau pendapat.

Thich Nach Hanh juga menambahkan bahwa ketika seseorang menyampaikan hal-hal yang dalam persepsi kita keliru, keinginan untuk mengoreksi sebaiknya ditunda, dan tetaplah mendengarkan. Koreksi bisa dilakukan nanti. Melalui deep listening, kita bisa belajar lebih tentang diri dan persepsi kita, juga dengan diri dan persepsi Si Pencerita. Di sinilah tantangannya, dan saya hampir tidak pernah berhasil melakukannya!

Manusia memiliki indera untuk mendengar. Tetapi, mendengarkan bukanlah sebuah tindakan yang mudah. Butuh kesabaran untuk itu. Saya sendiri sering tidak sabar saat seseorang berbicara, kadang juga menimpali sebelum seseorang menyelesaikan kalimatnya. Apalagi mempraktikkan deep listening! Pastilah orang-orang yang mampu melakukannya telah melewati disiplin rohani. Kemampuan seperti itu tidak bisa datang dalam sekejap.

Tich Nach Hanh mengajarkan deep listening tentu tidak lepas dari ajarannya yang lain tentang hidup di sini dan kini. Memang, sejauh pengalaman saya, hanya orang yang hidup di sini dan kini yang mampu melakukan deep listening. Sebab, saya sendiri  sering mendengar informasi berulang-ulang, namun tidak sanggup mengartikulasikan kembali maknanya karena keberadaan saya tidak sepenuhnya di sana saat itu.

Selamat menempuh disiplin rohani, untuk menjadi pendengar yang baik, syukur-syukur kita mampu mempraktikkan deep listening.

 

Email: inspirasi@satuharapan.com

Editor : Yoel M Indrasmoro


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home