Loading...
RELIGI
Penulis: Prasasta Widiadi 19:29 WIB | Rabu, 06 Agustus 2014

Menag Ingin Toleransi Sebagai Sarana Perdamaian Konflik Syiah Sampang

Pertemuan Lukman Hakim Saifuddin (kanan atas) dengan sejumlah pengungsi Syiah di Sampang, Madura. (Foto: setkab.go.id)

SAMPANG, SATUHARAPAN.COM – Menteri Agama Republik Indonesia Lukman Hakim Syaifuddin menginginkan kerukunan dan toleransi di kalangan masyarakat Sampang Madura karena adanya perbedaan pemahaman agama, Sunni dan Syiah. Toleransi tersebut guna mencari jalan keluar dari konflik yang ada selama ini.

Menurut Menag, dalam konteks konflik di Sampang, toleransi menjadi hal penting, yaitu bagaimana setiap warga dapat memahami orang lain yang berbeda, tidak menuntut untuk dipahami. “Masing-masing pihak perlu sadar akan itu,” kata Lukman saat berkunjung ke Madura untuk mendengar dan mendapat masukan dari berbagai pihak terkait perkembangan terakhir penyelesaian konflik Sampang.

“Perbedaan berpotensi menjadi problem jika masing-masing pihak menuntut untuk lebih dimengerti. Kita akan mendorong agar semua pihak bisa lebih memahami orang lain yang berbeda, bukan menuntut dipahami,” kata Lukman di Pamekasan Madura pada Selasa (5/8).

Lukman beserta rombongan tidak hanya mengunjungi satu tempat di Pulau Madura yang diawali dengan silaturahmi ke Pengasuh Pesantren Misdad Putri KH Ali Karrar Shinhaji di Desa Lenteng Kecamatan Proppo, Pamekasan. Dari Pamekasan, Menag melanjutkan kunjungannya  ke lokasi konflik Sunni-Syi’ah di Karanggayam dan Blu’uran, Kabupaten Sampang.

Menag Lukman Hakim Saifudin mengakhiri kunjungannya dengan meninjau langsung kondisi masyarakat Sampang, penganut Syiah yang sudah dua tahun hidup di lokasi pengungsian, Sidoarjo. Menag pun menyempatkan diri berdialog langsung dengan para pengungsi.

“Kami akan mendukung proses ini agar bisa lancar dan cepat, tapi sifatnya dukungan saja. Yang paling menentukan justru pihak yang di sini dan di kampung sana,” tambah mantan salah satu mantan wakil ketua MPR tersebut.

Menag Lukman Hakim Saifudin optimistis bahwa konflik akan mudah diatasi, kalau ada toleransi. Lukman dengan dibantu kementeriannya menyerahkan sepenuhnya mengenai kesadaran tentang toleransi ini kepada pihak yang bertikai.

“Pemerintah tentu harus menjembatani. Sebab, di satu sisi ada yang boleh kembali tapi dengan syarat, sementara di sini lain ingin kembali tanpa syarat. Ini yg harus dipertemukan,” tutur Menag.

Menag berharap dalam kondisi seperti ini, masing-masing pihak dapat berjiwa besar.

“Saya tidak bisa menjanjikan apa-apa. Tapi saya optimis bisa menyelesaikan ini karena ada keinginan untuk kembali pulang dari kalian semua. Mudah-mudahan Allah mempertemukan hati kita semua sehingga persaudaraan ini bisa diraih kembali,” kata politisi Partai Persatuan Pembangunan itu.

Pemimpin Syiah Sampang, Iklil Almilal mengatakan dalam kesempatan yang sama pihaknya menginginkan Kementerian Agama bersedia menyelesaikan masalah yang ada di antara pengungsi jangan sampai berlarut-larut dan pemulangan masyarakat pengungsi ke kampung halamannya di Sampang jangan sampai tertunda lagi. (setkab.go.id/kemenag.go.id).

Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home